Mohon tunggu...
Hts. S.
Hts. S. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Tak bisa peluk ayahmu? Peluk saja anakmu!" Hts S., kompasianer abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

[Bukan Ilmiah] Bertelur? Saatnya Mencatat Manusia sebagai Aset?

10 November 2014   06:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:12 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak perusahaan mempunya divisi bahkan direktorat khusus yang menangani tenaga kerjanya. Mereka kadang dinamai Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM). Ada juga yang menyebut Direktorat Human Capital. Manusia adalah sumber daya, atau manusia adalah modal - kapital.

Hal mulia tentang penghargaan kepada tenaga kerja selalu dikampanyekan, didengungkan, dan dilaksanakan berupa pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, agar tenaga kerja semakin terampil dan produktif.

Tapi belum pernah (sepengetahuan penulis), oleh entitas perusahaan manusia (tenaga kerja) dicatat sebagai Aset atau Modal. Tidak seperti sumber daya lain yang dimasukkan dalam Aset perusahaan. Yang terjadi adalah, manusia dimasukkan dalam laporan laba rugi sebagai beban tenaga kerja. Manusia adalah beban kalau dilihat di laporan keuangan perusahaan. Bukan aset atau modal.

Mendengar berita yang sedang hangat, ada seseorang yang bisa bertelur. Telurnya sudah mencapai 200 butir, itu sama dengan 100 kali lipat telur normal pria (hehehe).

Kalau ada beberapa orang yang bisa seperti itu, bisa juga dibuat agro industri penghasil telur, dimana yang bertelur adalah orang-orang, bukan ayam.

Dengan demikian orang-orang tersebut yang adalah manusia, bisa dicatat sebagai aset. Dengan nama akun "Manusia yang Sudah Menghasilkan". Untuk pengakuan awalnya, maka semua pengeluaran yang diperlukan sejak manusia itu lahir sampai berproduksi (bertelur) dikapitalisasi dalam akun "Manusia Belum Menghasilkan" sampai kemudian direklasifikasi ke dalam akun "Manusia yang Sudah Menghasilkan" Sementara telur yang dihasilkan merupakan produk agrikultur yang bisa dicatat dalam akun "Persediaan".

Karena belum adan Standar Akuntasi Keuangan yang mengatur tentang manusia bertelur, maka sesuai PSAK No. 25 : manajemenmenggunakanpertimbangannyadalammengembangkandanmenerapkansuatukebijakanakuntansi yang menghasilkaninformasi yang relevan & andal (menyajikanjujur, mencerminkansubstansiekonomi, netral, pertimbangansehatdanlengkap). Sumberacuanmanajemendalammembuatpertimbangandalampenerapankebijakan (urutan): (a) Persyaratan dan panduan dalam PSAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan terkait (b) Definisi, kriteria pengakuan, konsep pengukuran untuk aset, liabilitas, penghasilan dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

Panduan yang lebih mendekati adalah Pedoman yang diterbitkan Babepam tentang untuk emiten yang bergerak dalam industri "Peternakan" (Lampiran 12 SE 02/2002 Bapepam). Tentu manusia bukanlah ternak, namun pola bertelurnya bisa sama jika manusia bertelur benar-benar diproduktifkan dalam sebuah perusahaan penghasil telur.

Referensi lainnya bisa dilihat di IAS 41 Agriculture.

Selamat malam...

Jangan percaya artikel ini, kalau mau belajar catat mencatat peristiwa ekonomi, yang meyakinkan silahkan baca literatur yang lebih baik, atau baca SAK terbaru.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun