Mohon tunggu...
Hts. S.
Hts. S. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Tak bisa peluk ayahmu? Peluk saja anakmu!" Hts S., kompasianer abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ulos Batak Ragidup, Simbol Pengharapan

8 September 2015   13:23 Diperbarui: 8 September 2015   13:42 2373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ulos merupakan kain selendang tenun dengan motif tertentu. Jika anda ingin mengoleksinya, sekarang mudah didapat dengan cara membelinya di Pasar Senen bagi yang tinggal di Jabodetabek. Ulos yang dibeli seperti itu belum memiliki makna khusus bagi pemiliknya, tak lebih dari benda seni berbentuk selendang.

Ulos akan menjadi bermakna ketika kain tenun Batak tersebut diberikan dalam sebuah upacara adat, baik kecil maupun besar. Melalui upacara adat itulah ulos diberikan secara resmi dengan pengantar umpasa (syair/pantun doa), sehingga ulos menjadi bermakna bagi yang menerima karena sudah turut serta dalam doa dari yang memberikan.

Memberi dan menerima ulos mengikuti aturan tertentu berlandaskan hukum adat Batak “Dalihan na Tolu”. Semua sistem hukum masyarakat Batak mengacu kepada dasar ini. Tentang ulos, yang pantas memberikannya adalah dari pihak yang lebih tua kedudukannya dalam struktur Dalihan na Tolu yaitu disebut “Hula-hula”. Hula-hula adalah marga asal dari istri, ibu, nenek, neneknya bapak dan seterusnya ke atas dalam pohon silsilah. Mereka berada pada posisi yang harus dihormati, dan mereka siap memberikan doa pasu-pasu (doa berkat) bagi kita. Lebih lanjut tentang Dalihan na Tolu (hubungan affina Dongan Tubu, Hula-hula, Boru) dapat dibaca dalam tulisan . J.C. Vergouwen (1986) Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Tema Dalihan na Tolu termasuk rumit untuk dijelaskan, kalau mau jadi insider saja, menikahlah dengan orang Batak agar lebih mudah memahaminya.

Ulos sebagai simbol kasih sayang, maka kasih sayang itu didapatkan dari orang tua (yang lebih tua), dalam hal ini adalah hula-hula memberikan kasih sayang kepada boru. Dalam bahasa Batak disebut:

Natoras na tutu manghaholongi ianakhonna,

Ianakhon na tutu pasangap natorasna

Artinya: orang tua mengasihi anak-anaknya, anak-anaknya menghormati orang tuanya.

Maka memberi dan menerima ulos merupakan kegiatan reciprocity yang menunjukkan kasih sayang dan penghormatan. Penghormatan dari boru diberikan dalam simbol piso-piso (sejumlah uang yang bergantung kepada kemampuan) agar hula-hula menjadi bersuka cita pula.

Sebagaimana diterangkan di atas, bahwa ulos diberikan pada saat khusus saja. Ulos yang diberikan pun tidak boleh sembarang ulos. Bukan hanya jenisnya yang harus diperhatikan, tetapi juga kualitas buatannya. Ulos yang dipilih biasanya disebut ulos sinagok artinya ulos yang tenunan, motif dan warnanya sempurna. Hanya penenun yang sudah mahir dapat menghasilkan ulos berkualitas sinagok ini (Sihombing TM, 2000).  Selanjutnya saya akan membahas salah satu jenis ulos Batak yaitu Ragidup.

Ragidup, Ulos Lambang Pengharapan

Kain ulos itu bermacam-macam jenisnya, ditandai dengan motif dan warna kaleur yang berbeda-beda pula. Makna dan penggunaanya berbeda-beda. Jenis-jenis ulos dari Batak Toba diantaranya: ragidup, ragihotang, dan sibolang. Simalungun, Mandailing, Karo, dan Pakpak juga memiliki jenis ulos masing-masing, dengan keragamannya (tentang macam-macam ulos dapat juga dibaca dalam buku “Warisan Leluhur Batak yang Terancam Punah” karya Siahaan Bisuk, 2015).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun