Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Murid Menceletuk "Kamu Nanyea", Guru Harus Bagaimana?

9 Januari 2023   00:03 Diperbarui: 11 Januari 2023   09:00 1989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa SMA sedang mengerjakan tugas kelompok. (sumber: Shutterstock/Ibenk_88 via kompas.com) 

Konten  viral di media sosial berpotensi menjadi tuntunan. Baik itu konten positif maupun negatif. Tanpa adanya upaya memfilter, konten-konten tersebut akan secara mentah-mentah ditelan pengguna media sosial. 

Bukan saja kalangan dewasa, melainkan juga anak-anak. Bagi orang dewasa tentu tidaklah sulit melakukan filterisasi konten. 

Beda halnya dengan anak-anak. Kondisi yang masih labil, membuat anak-anak cenderung belum mampu mengambil keputusan secara mandiri. Dalam hal ini keputusan terkait memilih dan memilah konten media sosial.

Murid di sekolah yang masih termasuk kategori anak-anak membutuhkan pendampingan dalam melakukan filterisasi konten viral. Peran guru menjadi sangat vital. Sebagai seorang pendidik tentu harus bisa mengarahkan konten viral menjadi sesuatu yang positif. 

Hal ini karena seperti kita ketahui bersama bahwa tidak semua konten viral itu bersifat mendidik. Beberapa konten viral memang positif. Ada juga yang sifatnya hanya hiburan semata. Bahkan tidak jarang konten viral justru menjurus ke perilaku negatif. 

Hingga saat ini konten viral terus bertambah dari masa ke masa. Akhir-akhir ini linimasa media sosial dipenuhi dengan viralnya penyanyi cilik bersuara emas, Farel Prayoga. 

Lagu yang dibawakannya pun sontak dihafal oleh anak-anak termasuk murid di sekolah. Dalam berbagai kesempatan lagu tersebut didendangkan. 

Bahkan saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Alih-alih menemukan aksi nyata kreatif terkait lagu dalam proses pembelajaran, beberapa oknum guru justru menyalahkan lagu tersebut.

Sebelum viral mainan jadul latto-latto yang membuat beberapa pemerintah daerah melarang murid membawanya ke sekolah, juga ada konten viral lainnya. 

Konten viral tersebut adalah hadirnya seorang sadboy, Fajar. Beruntung sejauh ini di sekolah tidak terlihat begitu booming. Dalam artian hampir tidak terlihat adanya murid yang mengikuti perilaku Fajar yang larut dalam kesedihan karena ditinggal kekasihnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun