Mohon tunggu...
Sudirman Hasan
Sudirman Hasan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Asli Jombang dan kini mengabdikan diri di sebuah lembaga pendidikan di Malang. "Dengan menulis, aku ada. Dengan tulisan, aku ingin hidup seribu tahun lagi..."

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Ungkapan Hati Asesor Baru

28 Desember 2019   23:20 Diperbarui: 28 Desember 2019   23:22 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya sekarang sedang menunggu pesawat di Terminal 3 Bandara Sukarno Hatta. Waktu menunjukkan 23.14 WIB. Sangat malam dan ngantuk. Sebelum ini, perjalanan panjang sudah saya lalui: Malang-Surabaya lalu Surabaya-Jakarta. Saya tadi berangkat dari rumah pukul 14.30 WIB dengan jasa mobil online menuju terminal Arjosari. 

Lalu, saya naik bis patas yang cukup nyaman dengan tujuan terminal Bungurasih. Terakhir saya harus naik taksi online untuk mencapai bandara Juanda. Biasanya saya naik travel Malang-Juanda, namun sayang kursi travel langganan saya sudah penuh. Maklum, sekarang sedang musim liburan sehingga intensitas orang bepergian sangat tinggi.

 Saya masih setia menunggu keberangkatan pesawat yang akan membawa saya ke Ternate, sebuah kota yang berada di kawasan timur Indonesia, nanti pukul 01.35 dini hari. 

Masih 2 jam lebih saya harus menunggu. Lelah dan ngantuk, tapi bahagia. Saya bahagia karena tugas ini sangat mulia, yakni tugas visitasi ke IAIN Ternate. Saya ditugasi oleh BAN-PT untuk menilai mutu pendidikan di salah satu kampus di bawah naungan Kementerian Agama. 

Walau perjalanan panjang, Surabaya-Jakarta-Ternate yang membutuhkan waktu jalan setengah hari, saya tidak kecewa. Saya bangga karena saya akan berperan sebagai mitra kampus untuk mendiskusikan kualitas pendidikan yang menjadi komoditas utama perguruan tinggi. 

Untuk bisa berperan seperti ini, saya sudah melalui sejumlah seleksi, mulai seleksi tingkat kampus hingga seleksi tingkat nasional. Alhamdulillah, saya resmi mendapat amanah sebagai asesor sejak November 2019.

Untuk bisa sampai tahap visitasi atau asesmen lapangan, ternyata seorang asesor dituntut untuk bekerja keras, cepat, dan cermat dengan batas waktu yang ditentukan BAN-PT. Asesor tidak bisa menilai sesuka hati tanpa fakta.  Saat menilai borang untuk mencapai angka kecukupan, asesor harus membaca tiga bendel berkas untuk dianalisis. Setelah itu, asesor harus bertanggung jawab atas deskripsi dan nilai yang diberikan kepada validator.  

Validator adalah asesor senior yang bertugas mengecek kembali pekerjaan asesor. Jadi, jika penilaian asesor dianggap tidak serius dan tidak berdasarkan fakta dalam borang, maka validator akan meminta asesor untuk membaca ulang borang dan mendeskripsikan kembali hasil telaahnya. Pada poin ini, tidak hanya program studi yang diuji, asesor pun diuji. Asesor bahkan tidak hanya sekali atau dua kali memperbaiki deskripsi penilaiannya, bahkan bisa berkali kali sampai validator merasa yakin dan puas.  

Dari sini dapat dipastikan bahwa asesor tidak bisa bermain mata dengan prodi yang menjadi asesinya. Hasil pekerjaan asesor akan selalu bermuara di validator, baik sebelum maupun setelah visitasi. Untuk itu, sangat benar jika dikatakan bahwa asesor harus menjaga integritasnya. Sekali bermain angka atau menerima gratifikasi, profesi asesornya terancam dicabut oleh BAN-PT.

Jadi, kesimpulannya, menjadi asesor itu sangat membanggakan. Tapi, tantangannya juga sangat dinamis. Liku-liku dalam memberi penilaian tidak bisa egois atau hanya kira-kira belaka. Fakta di borang harus dikutip dalam penilaian. Perjalanan panjang melintasi pulau menjadi kenangan tersendiri. Semoga senantiasa sehat dan bermanfaat untuk umat!!! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun