Mohon tunggu...
Asep Sudrasyah
Asep Sudrasyah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Membaca teks dan konteks

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Keheninganku

25 Mei 2013   20:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:02 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lelah rasanya

menari di lingkaran keramaian kota

seakan ingin pergi meninggalkanya

menikmati sebuah keheningan

***

Aku ingin berlari ke hamparan hijau

biar diselimuti embun  sampai matahari naik ke atas bumi pelahan

kemudian  rebah  di pelataran keheningan

sehingga  angin mengelus rambutku

membawa kepangkuan  tangan masa lalu

yang membelai lembut mengusap kepalaku  dengan nyanyian doa-doa

***

Dengan penuh harap suaraku  menembus dinding tebing

Menanti gema memancarkan  kata-kata suci

Ingin rasanya aku melepaskan kehidupan

Yang kadang membuat aku lupa pulang

***

Apakah itu  keheninganku ?

***

Terbayang…

Aku melihat wajah  kebahagiaan dalam keheningan

para perempuan pemetik  teh  yang dinyatakan  dalam dendang  nyanyian

sementara  tangan-tangannya  memetik dengan tangkas

Indah rasanya…

Tangan tangkasnya adalah amal

Nyanyiannya adalah doa-doa

***

Oh…keheningan, ternyata

Nyanyian-nyanyian doa  bersetubuh amal

Bukan seperti  yang  aku inginkan

berlari ke keheningan,  berdiam diri menikmati kesunyian di keramaian kota

sebagai pecundang, tanpa amal dan doa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun