Mohon tunggu...
SUDARMANTO
SUDARMANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 7 Probolinggo

Merenung sejenak dan sanggup mempertalikan hati dengan alam itu lebih baik dari 1000 tahun hanya untuk mengumpulkan kuliyah dan hujjah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kemegahan Hagia Sophia hingga Aya Sofia

20 Februari 2023   11:26 Diperbarui: 24 Februari 2023   13:38 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika datang ke Istanbul rasanya belum lengkap jika belum singgah ke Masjid Aya Sofia peninggalan Muhammad al-Fatih yang genius itu, yang mana sebelumnya Aya Sofia merupakan Gereja Kristen Ortodoks bernama Hagia Sophia yang dibangun pada masa Kaisar Justinianus penguasa Byzantium pada tahun 558 Sebelum Masehi.

Istanbul sebelumnya bernama Konstantinopel, yaitu sebuah kota yang didirikan oleh koloni Yunani Kuno dari Megara pada tahun 667 Sebelum Masehi dan dijadikan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Byzantium sebagai pelanjut dari kedaulatan Kekaisaran Romawi pada wilayah yang menggunakan bahasa Yunani pada abad Kuno dan Pertengahan.

Hagia Sophia waktu itu merupakan simbol kemegahan bagi Romawi Timur atau Byzantium beratus tahun lamanya dan kemudian beralih fungsi menjadi sebuah Masjid dengan nama Aya Sofia (bahasa Turki) setelah Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkannya pada tahun 1453 Setelah Masehi.

Dokumen Probadi
Dokumen Probadi
Muhammad al-Fatih adalah nama lain dari Muhammad II bin Murad II atau Sultan Murad II penguasa Daulah Utsmaiyah. Ia dilahirkan pada 30 Maret 1432 di Edirne ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu dan wafat di tengah pasukannya pada pada 3 Mei 1481 sekitar 25 km dari Konstanopel serta dimakamkan di sekitar Masjid Aya Sofia.

Muhammad II bin Murad II kemudian memperoleh gelar Muhammad Sang Penakluk (al-Fatih_bahasa Arab) setelah menaklukkan Konstantinopel pada tahun pada tahun 1453 yang kemudian lekat menjadi Muhammad al-Fatih sampai sekarang.

Dalam sejarah Islam Muhammad al-Fatih dikenal sebagai pemimpin yang genius, cakap serta memiliki kepakaran dalam militer dan ilmu pengetahuan, terutama Matematika dan Fisika, ia menguasai 6 (enam) bahasa dunia; Turki, Arab, Persia, Latin, Yunani, dan Ibrani. Dari kecil dalam asuhan gurunya sudah mampu menghafal al-Qur'an 30 juz serta mempelajari ilmu hadits, memahami ilmu fiqih, ilmu falak, dan ilmu strategi perang.

Luar biasa, Muhammad al-Fatih yang waktu itu masih berusia 21 tahun mampu memimpin sepasukan perang untuk menggempur pertahanan Konstantinopel, padahal waktu itu Konstantinopel merupakan kota besar yang memiliki sebaik-baiknya pertahanan di Romawi Timur.

Yach, waktu aku menginjakkan kaki di halaman masjid Aya Sofiya dalam antrian masuk perasaanku membawa khayalku seolah aku terhanyut terbawa ikut arus dalam rombongan kapal-kapal perang yang dipimpin al-Fatih itu. Aku turut merasakan semangat mendorong dan menyeret kapal perang dari selat Bosphorus lewat daratan melalui Bukit Galata menuju ke Tanduk Emas (Golden Horn). 

Dengan bantuan kayu bulat yang dihaluskan dan dilumuri lemak sapi untuk dijadikan landasan, maklum aja waktu itu belum ada alat berat untuk mendorong atau mengangkut kapal perang, sehingga kapal-kapal itu dalam waktu yang singkat tidak sampai satu malam telah berhasil dipindahkan ke daratan yang siap menggempur benteng pertahanan Konstantinopel. 

Kegeniusan strategi al-Fatih ini telah mencengangkan pihak lawan, Bizantium dibuatnya kaget dan kelabakan di pagi harinya karena tidak menyangka jika al-Fatih bersama pasukannya akan membawa kapal perangnya lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pepohonan besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun