Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sajian Kuliner Pekalongan Mengoyang Lidah

31 Juli 2015   08:53 Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:30 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun lama tinggal di kota, saya dan sepupu-sepupu tidak pernah merasa jaim dan sungkan menikmati hidangan lebaran ala Kabupaten Pekalongan. Bahkan sepupu saya yang sebagian besar tinggal di Jakarta seperti melihat kebahagiaan yang luar biasa saat bisa menyantap makanan khas Pekalongan.

Tak heran, karena mereka hanya menemukan dan menikmati hidangan khas kota batik tercinta saat pulang (sesekali) dan bagi yang tidak sempat pulang, hanya menikmati saat mudik lebaran saja.

Kuliner Pekalongan yang membuat rindu dan mengoda antara lain kluban , bothok, keong, pindang thethel, taoto dan pechak ikan. Semua makanan tersebut dijual pedagang kecil yang betebaran di sepanjang jalan kecil. Anda dengan mudah akan menemukan pedagang makanan tersebut.

Keong atau kroco (dok. Suci)

Biasanya, saat acara halal bihalal keluarga, warga  menyajikan menu khas Pekalongan tersebut untuk menjamu kerabat. Begitu juga dengan keluarga besar kami, setipa tahun mengadakan acara halal bihalal keluarga dan menu tersebut tidak pernah ketinggalan. Ya paling tidak ada dua menu khas Pekalongan yang disajikan.

 

Krupuk usek, digoreng tanpa  mengunakan minyak tetapi pasir (dok. Suci)

Kluban terbuat dari bermacam sayur-sayuran , ya kalau di Solo dan kota lain mirip dengan sayuran gudangan/ urap. Sayuran di rebus dan dikasih bumbu parutan kelapa yang dicampur cabe dan beberapa bumbu lainnya.

Kluban, dari sayur-sayuran (dok. Suci)

Keong ini untuk ukuran besar. Ukuran keong yang kecil biasa di sebut kroco. Nah ini makanan yang mengoyang lidah. Direbus dengan campuran kelapa parut dan bermacam bumbu. Saat sudah mendidih dan matang, keong disajikan dengan sambal atau bisa dimakan apa adanya. Cara makannya tidak perlu repot memecahkan cangkang (hehe), tinggal mengambil daging keong dengan tusuk gigi. Di cungkil dan langsung dimakan. Nyam..nyam, enak, kenyal dan sedap. Untuk urusan makan keong, saya dan sepupu tidak pernah malu-malu, begitu tersedia langsung di sikat bahkan untu rebutan. Hehehe.

Pindhang thethel terbuat dari jeroan, tetelan, gajih, kulit dari daging kerbau atau bisa diganti dengan daging sapi. Biasaanya kalau di Pekalongan terbuat dari tetelan, gajih, kulit kerbau. Proses memesakknya tidak butuh waktu lama. Semua thethelan, kulit dlll di rebus dengan bermacam bumbu seperti sereh, bawang putih, bawang merah, plus ditambah kluwek biar warnanya hitam legam. Kuah pindhang thethel kalu di berbagai daerah lainnya mirip dengan rawon. Hitam kelam, tetapi harum baunya dan sedap rasanya. Saat makan dalam kondisi kuah panas ditambahkan sambal pedhas dan jangan lupa di tambahkan krupuk usek (krupuk yang di goreng tanpa menggunakan minyak tetapi dengan pasir).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun