Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenalkan Anak Calistung Tanpa Belajar

14 Agustus 2015   09:45 Diperbarui: 14 Agustus 2015   09:53 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - anak belajar menulis (Shutterstock)

Sebagai orangtua, maunya saat anak masih kecil diajak bermain saja tanpa harus di bebani dengan "belajar" membaca, menulis, berhitung (Calistung). Toh anak-anak balita memang waktunya untuk bermain, bermain, dan bermain. Belajar hanya akan membuatnya merasa  kebebanan dan ujung-ujungnya membuat waktu bermainnya tidak asyik lagi.

Tetapi, apa mau dikata, meskipun sebagai orangtua kita mendambakan anak di masa usia emas tersebut hanya bermain, tetapi saat anak disiapkan untuk masuk bangku Sekolah Dasar (SD) mereka harus bisa calistung. Sebagian besar SD (bahkan mungkin semua SD di Indonesia) menerima murid kelas satu dengan persyaratan bisa calistung. Meskipun ada SD yang mengklaim tidak mensyaratkan calistung tetapi faktanya saat kelas satu tidak ada lagi pelajaran belajar membaca, menulis, berhitung. Nah, mau tidak mau orangtua harus mempersiapkan anak-anaknya bisa calistung saat mau masuk SD.

Tak salah jika saat memasukkan anak-anak ke PAUD, TK pun, biasanya orangtua memilih sekolah tersebut yang juga memberikan materi calistung entah dengan sistim apa pun. Ada yang dikemas dalam permainan atau mengajarkan secara langsung. Usia anak yang seharusnya lebih banyak bermain dan bersosialisasi dengan teman, guru, dan orang lain akhirnya juga berkurang karena "dibebani" dengan "pelajaran".

Membantu anak untuk mengenal calistung mestinya dilakukan dengan metode permainan yang menarik dan tidak membosankan anak-anak, dan yang penting anak tidak merasa sedang "belajar". Anak harus merasa memang sedang bermain-main tetapi pada akhirnya mereka ternyata belajar calistung.

Salah satu hal yang barangkali menarik untuk dilakukan, seperti yang saya terapkan untuk anak-anak saya, membantu anak mengenal huruf, membaca, menulis dan berhitung dengan cara yang sederhana, yaitu:

Pertama, tulis huruf besar dan kecil di kertas, misalnya Aa Bb dst, potong dan tempel secara acak di berbagi tempat di rumah. Bisa di tembok, pintu, jendela, lemari, tempat yang mudah dilihat anak. Sambil lalu kita bisa mengenalkan huruf tersebut dengan menyebutkan huruf. Tanpa diminta anak akan menirukan sendiri.

Kedua, beri tulisan nama barang yang ada di rumah dengan tulisan huruf besar atau bisa kecil. Misalnya di pintu tempelkan tulisan PINTU, jendela ditempeli tulisan JENDELA. Sambil lalu kita bisa menunjukkan ke anak nama barang tersebut plus kita mengenalkan kata dengan mudah. Anak akan mengingat jelas nama barang dan tulisannya.

Ketiga, Sediakan pensil/kapur/spidol, di tempat tertentu plus dengan kertas kosong atau papan tulis. Kalau bisa ditempel di bawah tulisan. Anak biasanya akan tertarik dan iseng menuliskan sesuai dengan contoh. Apalagi kalau diawali dengan bapak/ibu menulis di kertas/papan kosong tersebut. Tanpa segaja anak belajar menulis.

Keempat, untuk membantu anak belajar berhitung, mudah saja. Saat melakukan apa pun, ibu/bapak jangan lupa sambil menyebutkan jumlahnya. Misalnya, memberikan roti, bisa sambil bilang, "Adik, ini Bunda kasih roti ya, ada 2. Satu... dua. Nah rotinya ada 2 ya." Atau sambil memandikan anak bisa sambil berhitung, "Adik mau berapa kali disiram air? Sepuluh kali? Yuk kita hitung ya," dll. Intinya sambil melakukan apa pun ajak anak untuk mengenal hitungan benda. 

Secara bertahap 'materi' yang diajarkan akan bertambah. Misalnya sampai menulis kata, membaca dari hal sederhana sampai membaca buku cerita dan berhitung. Sesuaikan dengan bertambahnya usia. Tetapi tetap dengan metode yang sederhana dan tidak terkesan benar-benar belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun