Mohon tunggu...
Suci AuliaPuspa
Suci AuliaPuspa Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Ilmu Komunikasi FISIP Untirta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nasionalisme Itu Penting atau Genting?

7 Desember 2019   14:10 Diperbarui: 7 Desember 2019   14:37 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita pastinya sudah belajar dari bangku sekolah dasar tentang Nasionalisme sendiri itu seperti apa. Apakah dengan kita mencintai bangsa dan lahir di Indonesia itu bertanda bahwa kita sudah memiliki jiwa nasionalis? Sebagai generasi muda saat ini kita harus bahkan wajib untuk memahami nasionalisme dan memiliki jiwa nasionalisme bukan hanya tahu saja, tetapi kita harus paham betul Nasionalisme itu sendiri. Nasionalisme yang khalayak ketahui sendiri secara ringkasnya adalah suatu paham atau bentuk rasa cinta segenap bangsa artinya begitu penting untuk bangsa dan negara kita, karena semangat nasionalisme inilah yang membawa bangsa Indonesia untuk keluar dari era kolonialisme.

Namun, ternyata arti Nasionalisme sebenarnya sangat luas juga bias. Karena nasionalisme juga dianggap sebagai doktrin kepada rakyat yang digunakan oleh para golongan elite untuk mendapatkan "kepentingan" sendiri yang dapat memunculkan konflik, dari konflik tersebut dapat menimbulkan perpecahan dan persaingan antar-kelompok, jika sudah terjadi seperti itu rakyat pun bisa tidak percaya dengan Negara, Alhasil Negara dapat menjadi gagal dan runtuh.

Salah satu keefektifan suatu Negara adalah dengan memahami geopolitik. Sebagai syarat utama terbentuknya Negara yang kokoh maka rasa kebangsaan yang diyakini oleh segenap warga Negara adalah syarat mutlak yang wajib ditumbuh kembangkan melalui nasionalisme, karena dari pemahaman geopolitik kita diajarkan untuk mencapai kepentingan nasional itu harus mengenal sejarah apa yang terjadi dimasa lalunya, apa yang menjadi ciri khasnya terlebih dahulu.

Jika kita salah bertindak dan tidak mengenal betul sejarah dan ciri khas bangsa kita sendiri, akan muncul era dimana jaman jerman nazi kembali. Jerman Nazi merupakan salah satu bentuk contoh nasionalisme sebagai doktrin. Dimana pada saat itu Jerman sedang terjadi krisis global pada saat itu warga disana tertarik oleh Nazi yang dapat merubah nasibnya, setelah mendapat empati dari warga nya Hitler membangun kekuasaanya dengan memakai sistem dimana rakyat harus tunduk, mereka seperti terisolasi oleh Nazi pada saat itu.

Suatu kepentingan nasionalisme lainnya yang dipermainkan oleh golongan elite tanpa kita sadari berada di Indonesia, seperti pemilu kemarin. Jiwa nasionalisme para rakyat dipermainkan dan diadu dombakan semakin lama sikap nasionalisme nya pada saat itu mengubah menjadi sikap fanatik yang buta menjadi biang dari tindakan intoleran yang melahirkan berbagai kekerasan yang mengatasnamakan agama. Terlebih jika fanatisme itu sudah tersusupi paham ideologi tertentu. 

Rakyat dipermainkan dan dibelah menjadi dua kubu sehingga setiap kubu merasa superior. Taktik yang dilakukan si elite ini dengan perlahan tetapi menusuk, elite mampu mengubah perspektif-perspektif rakyat lalu saling menguasai media akhirnya keduanya berbolak-balik melempar hoax, bahkan fitnah agar kedua kubu panas. Memang, pada hakikatnya politik itu bersifat relatif bagaimana yang memandangnya, maksudnya dari kedua belah pihak kubu mereka menganggap masing-masing kubu itu benar juga saling menjatuhkan kedua pihak. Pada akhirnya setelah mengagungkan kedua kubu tersebut, Apakah rakyat mendapatkan apa yang diinginkannya? Nyatanya golongan elite saling menyusun siasat dengan bekerjasama untuk menikmati kepentingannya sendiri, elite hanya memperalat nasionalisme rakyat agar mendapat empatinya saja.

Politik memang bermuka berdua, politik memang muka tembok, semua demi kepentingan sendiri-sendiri karena berpolitik itu tidak ada yang abadi selain kepentingan. Golongan elite sangat terdorong mengembangkan doktrin nasionalis yang bersifat eksklusif dalam dua macam situasi. Pertama, semakin merasa terancam golongan elite oleh demokratisasi, semakin kuat dorongan mereka untuk memanfaatkan doktrin nasionalis guna mencegah ancaman itu. Kedua, semakin lemah lembaga-lembaga demokratis yang bisa dipakai memerintah oleh golongan elite, semakin kuat mereka mengandalkan wawasan nasionalisme sebagai landasan untuk melakukan tindakan kolektif nasional. Bila lembaga-lembaga perwakilan dan pemerintah lemah, jalan termudah bagi golongan elite untuk memperoleh dukungan massa guna membangun lembaga-lembaga nasional adalah dengan menyebarkan masalah-masalah bersifat SARA dan revolusioner.

Akar-akar Nasionalisme ternyata dapat ditemukan dalam ayat Al-Quran tercantum pada surat al-Hujarat (49):13 "Wahai manusia kami sesungguhnya telah menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantar kamu disisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal".

Namun untuk itu mari kita lihat pada akhir zaman itu muncul, apakah nasionalisme ini tetap dipakai nantinya? Di akhir zaman nanti banyak peperangan yang memecah belah umat islam karena pemikiran-pemikirannya sendiri, umat islam terbagi-bagi atas beberapan golongan. Penyatuan umat nanti nya akan berdasarkan agama, saat itu mereka bersatu untuk melawan batil. Ibnu Umar r.a meriwayatkan berita gembira lainnya dalam sebuah hadist yang berbunyi "Rasulullah saw bersabda: Orang Yahudi akan memerangi kalian, lalu kalian dapat mengalahkan mereka. Kemudian sebuah batu akan berkata:'Hai orang Muslim, ini orang Yahudi dibelakang ku, bunuhlah dia' Dalam sebuah perkataan hadist pun dijelaskan bahwa akan datang pada masa sebelum datang hari kiamat bahwa kaum muslimin dan bangsa yahudi akan mengalami peperangan besar dan ini adalah suatu hal yang akan pasti terjadi.


*Penulis adalah mahasiswa semester 1 (satu) mata kuliah Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun