Dari Ramadan ke Ramadan: Evaluasi Pengeluaran agar Tidak Meninggalkan Beban Finansial
Kata orang bijak bahwa pengalaman adalah guru yang berharga. Dari pengalaman akan membuat kita banyak refleksi dan sekaligus evaluasi untuk mengelola keuangan dengan bijak. Banyak godaan yang menyapa saat menahan lapar dan menahan mata untuk tidak tergoda dan lebih fokus pada kebutuhan. Sebab, kita hidup tidak di bulan Ramadan saja dan masih ada banyak kebutuhan menanti setelah Ramadan.
Dari pengalaman itulah yang membuat kita bersyukur atas karunia nikmat yang ada dan menikmati Ramadan dengan penuh kesederhanaan. Dari Ramadan sebelumnya sampai Ramadan saat ini, kita telah menemukan kesalahan atas menuruti ego dan gengsi semata yang disebabkan kecenderungan kita mengulangi pola konsumtif yang sama dengan belanja secara berlebihan, membeli makanan secara impulsif, atau hanya mengikuti gaya hidup orang yang sering membuat konten di sosial media yang tidak sesuai dengan kemampuan keuangan keluarga.
Bayangkan setelah Ramadan usai, kita mengalami beban masalah yang tidak berpihak akibat keuangan tak mendukung. Kebutuhan penting tiba-tiba hadir menyapa sedangkan daya tak ada. Kita terjebak dengan cara kurang baik untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan berhutang yang selama ini tak pernah kita lakukan. Hidup yang biasa tenang kini terlilit akibat memenuhi ego semata. Boleh saja kita melakukan penghargaan kepada diri dan keluarga manakala perhitungan keuangan itu matang sehingga kebutuhan utama tidak terganggu. Tapi jika hal sebaliknya, maka kita tanamkan mindset kepada seluruh keluarga bahwa momen puasa kali ini hanya bisa sederhana yang terpenting tidak mengurangi esensi makna puasa.
Kita bersyukur masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan bulan yang penuh istimewa. Kebahagiaan sejatinya adalah kita menikmati hidup yang ada tanpa harus melakukan segala cara yang membuat pengeluaran meningkat, belanja tak terkendali, dan bahkan menyenangkan hati secara berlebihan tanpa menyimpan cadangan untuk persiapan keperluan mendadak. Oleh sebab itu, penting bagi kita melakukan refleksi dari Ramadan sebelumnya agar kita lebih bijak dalam mengelola pengeluaran berikutnya.
Dari beberapa ulasan sebelumnya dan renungan atas beban keuangan kita dapat mengenali penyebab yang dijadikan patokan untuk tidak terulang pada kegiatan yang sama sehingga kita bisa menjalani hidup penuh bahagia tanpa beban, di antaranya
Godaan variasi menu berbuka. Saat kondisi lapar tentu banyak khayalan ingin makan apa saja sehingga kadang kalap banyak membeli makanan akhirnya meninggalkan di kulkas. Jika dipanasi rasa dan teksturnya juga tak sama seperti awal sehingga terbuang tanpa manfaat. Dari pengalaman ini kita belajar untuk menyediakan sendiri dengan melibatkan seluruh keluarga agar lebih sesuai dengan kebutuhan. Jika sesekali merasakan takjil di luar dapat membeli sesuai keperluan.
Euforia berlebihan dalam belanja. Menyambut lebaran tidak harus lebar dalam istilah jawa habis-habisan meskipun terkadang orang lain mesti menyediakan makanan berlimpah dan baju baru yang mahal. Meskipun banyak godaan promo atau diskon kita tetap prioritaskan sesuai perencanaan yang dibutuhkan.
Kebiasaan jajan dan bukber yang berlebihan. Meskipun ajakan itu untuk kebersamaan tapi kita bisa mengajukan saran agar tidak menambah pengeluaran membengkak. Jika ternyata tak bisa kita mengikuti gaya mereka, maka sampaikan dengan kalimat yang bijak meskipun anggapan miring selalu ada. Tapi perlu diingat bahwa kita susah belum tentu teman membantu. Berbeda halnya saat senang banyak yang datang selalu mengaku menjadi teman sejati.
Kurangnya perencanaan anggaran yang matang. Untuk yang satu ini kadang kita perlu cermat agar dapat meninggalkan saldo untuk disimpan dalam tabungan. Kadang pribadi membuat rekening yang tidak ada ATM sehingga menghindari godaan pengeluaran karena telah memiliki konsep untuk ke depan. Sementara yang berATM disesuaikan keperluan sehari-hari. Sehingga dengan begitu, kita telah membuat anggaran khusus selama ramadan dan lebaran agar tidak mengalami pembengkakan.
Setelah kita analisis penyebab, saatnya kita dapat menentukan cara penyelesaian agar kita tidak terjebak dalam kesalahan yang sama, di antaranya