Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seberapa Penting Peranan Leadership bagi Guru?

29 Januari 2023   19:12 Diperbarui: 29 Januari 2023   19:16 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Leadership biasa disebut sebagai kepemimpinan. Setiap manusia yang diutus ke bumi sebagai khalifah atau pemimpin. Menjadi seorang pemimpin tidak selalu identik dengan memimpin orang lain tapi bagaimana memimpin dirinya juga bisa dikatakan sebagai leadership. 

Untuk menumbuhkan leadership memerlukan sarana dan metode dalam prosesnya. Anda tak perlu khawatir dalam menumbuhkan itu. Asal Anda berkenan belajar semua hal yang tak mungkin akan terasa lebih mudah.Nah, sebelum kita tahu bagaimana cara menumbuhkan leardership. Lalu timbul pertanyaan di benak kita. Seberapa pentingkah peranan leadership itu bagi guru? Apa selama ini terjadi miskonsepsi bahwa yang belajar kepemimpinan hanya terkhusus kepala sekolah dan pengawas yang salah satunya tugas utamanya melakukan pembinaan kepada guru dan manajemen sekolah. Anggapan itu tak selamanya salah tapi perlu diluruskan bahwa kepemimpinan itu perlu bagi guru miliki sebagai pemimpin dan mengelola kelas yang diajarnya. Selain itu, bagaimana mengelola emosinya dalam pembelajaran agar pembinaan dan pengajarannya dapat menghadirkan rasa nyaman bagi murid.

Guru dapat belajar leadership melalui komunitas belajar. Komunitas belajar  salah satunya melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran atau dikenal dengan sebutan MGMP mata pelajaran. Nah, jangan sampai terjadi miskonsepsi mengenai keikutsertaan dalam komunitas ini. Kita harus membuang jauh-jauh anggapan berikut

1.  Buang-buang waktu

Nah, ini anggapan yang keliru. Segala sesuatu yang kita lakukan memerlukan pengorbanan baik waktu maupun tenaga. Tidak serta merta langsung jadi. Kita jangan mudah tergoda dengan melihat seorang yang berhasil tanpa ingin mengetahui bagaimana prosesnya. Anggapan ini yang menjadi miskonsepsi. Hal ini hendaknya dibuang dari benak kita.

2. Sebagai tempat  bercerita tak ada manfaat

Miskonsepsi yang kedua adalah sebagai tempat bercerita. Anggapan ini tentu keliru. Kekeliruan harus ditepiskan. Jika kita datang hanya mengobrol sesuatu yang kurang berguna seakan waktu yang digunakan kurang berfaedah. Kita boleh mengobrol untuk menjalin silaturahmi. Ingat, ada batasan yang mesti kita punya dan fokus pada tujuan pertemuan agar hasilnya sesuai harapan.

3.  Tempatnya jauh dan bisa dikerjakan sendiri

Kadang ada istilah yang tren di kalangan kita dengan sebutan mager (malas gerak). Karakter ini akan menumbukan kebiasaan untuk berkembang. Tempat yang jauh kalau menjadi beban tentu akan menjadi hambatan untuk mengaktualisasi diri. Tapi, selama menjadi tantangan, seberat apapun itu atau sejauh apa pun medan jaraknya tak menghalangi langkah untuk belajar. Selain itu, tak selamanya kita mampu menyelesaikan sendiri persoalan yang berkaitan dengan ilmu dan pengalaman. Kita membutuhkan orang lain dalam berbagi praktik baik guna memperbarui pengalaman yang kita miliki.

sumber: dokumen penulis
sumber: dokumen penulis

Nah, bagaimana kita menghilangkan miskonsepsi mengenai belajar di komunitas salah satunya MGMP. Inilah tips sederhana yang patut diikuti sebagai langkah menumbuhkan leadership kita sebagai guru. Hal ini sangat berguna memperbaiki kualitas diri sebagai guru dan menjalin hubungan dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun