Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bolehkah Guru Mempertahankan Ego Diri?

16 Januari 2023   05:57 Diperbarui: 16 Januari 2023   06:09 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan generasi juga menuntut peran guru melakukan inovasi. Setiap genarasi memiliki keunikan atau ciri khas yang berbeda dan tak boleh disamakan dengan generasi sebelumnya. Sehingga gaya mendidik dan mengajar pun mengalami pembaharuan yang membuat murid merasa nyaman dengan kelas yang dipandu oleh seorang guru. 

Guru menjadi pemimpin kelas yang menghadirkan suasana yang nyaman dan juga dirindukan kehadirannya. Kehadiran guru membawa sejuta warna dan dampak bagi dunia pendidikan.

Bagaimana seorang guru tetap memiliki menset bahwa dirinya satu-satunya sosok pemimpin kelas yang wajib dipatuhi oleh murid dan enggan menerima masukan perbaikan dirinya? 

Tentu suasana kelas menjadi tak kondusif dan bahkan wajah yang tampak di hadapan guru tertekan namun disembunyikan. Untuk itu, kepekaan seorang guru diperlukan dengan melakukan evaluasi diri agar guru meninggalkan kesan yang mendalam di hati murid dan menjadi panutan yang dikenang sepanjang masa.

Berbicara tentang evaluasi diri pernah diri pribadi mengalaminya. Sebagai guru pemimpin kelas tentu dipengaruhi ego diri dan tak pekan terhadap keadaan kelas. Semua murid wajib mengikuti kehendak guru demi terwujudnya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Apalagi kala itu target Ujian Nasional menjadi tren yang menguras tenaga dan pikiran. 

Murid dituntut semangat berbagai kondisi seolah tak diperhatikan kebebasan. Meskipun hasil sepadan dengan kerja keras tapi ada satu kegagalan. Guru tak pernah mencari tahu apakah cara yang digunakan itu disukai atau tidak. Mungkin murid dapat dengan mudah memaaafkan bila guru meminta maaf bila kurang berkenan mengajar dan mendidik selama proses pembelajaran. Tapi kesan yang ditimbulkan akan membekas di kalbu.

Dari kisah tersebut, diri pribadi tidak boleh menutup mata. Apa senangnya bila yang tampak itu bahagia tapi hati seakan menolak kehadiran kita sebagai guru. Bukankah itu terasa menyakitkan bukan? Guru tak boleh mempertahankan ego diri dan semaunya mengatur kelas tanpa mengabaikan masukan yang ada. Apalagi kemerdekaan kelas menjadi hak murid yang menjadi kewajiban guru lakukan.

Sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, guru tak hanya menjadi seorang pengajar yang handal tapi lebih dari itu. Guru hendaknya membuka mata dalam menerima segala masukan dari semua orang di sekelilingnya. Belajar dari murid juga tak mempengaruhi harga diri guru. 

Justru akan membuat guru lebih terhormat dengan melakukan suatu trobosan demi perbaikan pribadi yang lebih baik. Bukankah kelas hendaknya dikemas seperti rumah sendiri yang menghadirkan kenyamana bagi setiap penghuninya?

Itulah pentingnya kita belajar dari dunia luar dan tak menganggap bahwa proses pembelajaran yang dilakukan selalu benar. Kemerdekaan dalam belajar perlu diciptakan agar bakat dan minat dapat tumbuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun