Mohon tunggu...
Udin Suchaini
Udin Suchaini Mohon Tunggu... Penulis - #BelajarDariDesa

Praktisi Statistik Bidang Pembangunan Desa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kedekatan Salah Sasaran

15 Januari 2020   09:50 Diperbarui: 15 Januari 2020   10:03 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada jenis kedekatan yang menyulitkan orang lain dan lingkungan? Kedekatan itu hanya sebuah rasa optimisme bahwa pilihan pimpinan di kantor sudah tepat menempatkan seseorang menempati pejabatannya. Menyangka orang terpilih dapat berkomunikasi dengan baik, berkinerja baik, dan menghasilkan hasil yang terbaik. Namun akhirnya keterbatasannya lah yang mengatakan itu sebuah kebohongan.

Kedekatan itu hanya sebuah rasa optimisme bahwa pilihan pimpinan di kantor sudah tepat menempatkan seseorang menempati pejabatannya.

Di dalam sebuah kantor, ada model pegawai yang semacam ini. Semua kata pimpinan diamininya, semua argumennya untuk menyenangkan hati. Tak terkecuali saat menilai orang lain yang dibenci.

Asal-usul kedekatan ini berawal dari keinginan membuat pimpinannya puas. Pujian dan sanjungan dari keinginan untuk dinilai baik oleh pimpinannya. Tepatnya, persangkaan bahwa apa pun caranya supaya pegawai ini terlihat baik di mata pimpinan.

Membuktikan kedekatan salah tempat itu, jika ada pejabat yang diangkat dan tak terbukti bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, saya akan bertanya "apa pertimbangan beliau dipilih". Jawaban yang sering saya dengar adalah "Beliau kan dekat dengan si A atau si B". Kedekatan menjadi kunci yang harus diselesaikan, entah bagaimanapun caranya.

Dari kedekatan itu, segala sanjungan ditunjukkan, maka semakin pimpinan dibuat terlena, dan akhirnya terjebak dalam kedekatan semu.

Dari kedekatan itu, segala sanjungan ditunjukkan, maka semakin pimpinan dibuat terlena, dan akhirnya terjebak dalam kedekatan semu. Karena, ciri-ciri pencari jabatan adalah selalu memuji dan mengamini tanpa argumentasi, lebih lagi menyudutkan orang lain yang tidak disukai pimpinannya. 

Dasar sang pimpinan juga suka dipuji, maka akan membuat hubungan itu semakin melenakan untuk keduanya. "Tidak bisa begitu dong! Ini soal pekerjaan. Harus yang berkualitas dan memiliki kinerja dengan baik yang pantas dilantik," katamu.

Tapi dasar kita hanya bisa melihat dan merasakannya, maka pertanyaan pun diubah, "Apa hasil kerja terbaiknya?". Semakin sulit menunjukkan, semakin nyata bahwa kedekatan itu lebih menguatkan dibandingkan dengan menunjukkan hasil kerja. 

"Sudah, biarlah dia mempelajari dulu apa yang diperlukannya." Buseeeettttt, kataku. Jadi ada pelantikan pejabat, sementara orang yang dilantik belum pernah tahu pekerjaan yang ada di dalamnya! Kedekatan model ini sangatlah keterlaluan.

Ciri-ciri kenaikan jabatan hanya karena kedekatan berikutnya adalah: pejabat yang baru dilantik itu menjadi kantor pos antara pekerjaan bawahan dan pimpinannya.

Begitu optimis pimpinan kantor mengangkat pejabat dibawahnya, maka anak buahlah yang tanggung resikonya. Ciri-ciri kenaikan jabatan hanya karena kedekatan berikutnya adalah: pejabat yang baru dilantik itu menjadi kantor pos antara pekerjaan bawahan dan pimpinannya. 

Ia hanya cuma menerima perintah dan meneruskan ke anak buahnya, tanpa intruksi yang jelas, apa yang diinginkan dan bagaimana melakukannya. Akhirnya anak buahnya yang kelabakan menuruti keinginannya, hingga ujungnya: "Sak karepmu!" Anak buah menjadi antipati.

Sang pejabat membayar kedekatan, tapi justru mendapatkan hasil kerja yang tidak lebih baik, bahkan berpotensi merusak hubungan kerja di antara pegawainya.

Sang "Sak Karepmu!" ini membuktikan dirinya, bahwa pejabat itu tak mampu bekerja dengan baik di mata anak buahnya. Si pejabat ini akhirnya benar-benar kehilangan bawahan yang dipercaya, hingga mencari-cari pegawai lain yang menuruti segala perintahnya. Si pejabat ini merasa kekurangan pegawai di lingkungannya. Ia mungkin tak keliru, yang keliru justru yang melantiknya.

Sang pejabat membayar kedekatan, tapi justru mendapatkan hasil kerja yang tidak lebih baik, bahkan berpotensi merusak hubungan kerja di antara pegawainya. 

Karena optimisme yang diperoleh dari kedekatan apalagi di luar sistem, mampu menjerumuskan lingkungan kerja semakin terpuruk. Ternyata, kesalahan mengangkat pejabat baru tanpa membangunnya dari dalam, sang pimpinan tak hanya mendapatkan hasil kerja yang tidak lebih baik, tapi juga kehilangan kepercayaan, memperburuk lingkungan kerja, kehilangan kreativitas anak buahnya. Ada empat kehilangan sekaligus. Bayangkan!

Sari semua kehilangan itu, sang pimpinan akan mendapat ganti ketidak relaan, kecewa, marah, dan kebencian menjadi kebiasaan baru. Sementara, anak buah yang merasa menjadi korban, tak lebih dari mengumpat dan melempar kutukan. 

Jadi, kantor ini tidak hanya kehilangan empat, tapi semakin berlipat. Jadi, lewat satu soal yang kusangka kedekatan, suatu kantor bisa menderita delapan kerugian! Bayangkan!

Ternyata, dalam kantor ada kedekatan yang sedemikian memporak-porandakan. Mengapa ada kedekatan yang begitu membahayakan?  Karena ia baru persangkaan. Menyangka orang yang dilantik adalah orang yang tepat, yang ternyata tak lebih dari sebuah kebohongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun