Tanda baca memberi arti berbeda pada setiap pembaca, terutama tanda seru (!). Apalagi penggunaan tanda seru yang lebih dari sekali, kaum milenial pun menganggapnya sebagai "Ngegas" berkali-kali. Anggapan ini tidak berbeda, SAAT KITA MENULIS DENGAN HURUF KAPITAL SEMUA. Pembaca akan menganggap, sang penulis sedang mengungkap sebuah perasaan emosi negatif. Jika kedua hal ini dikombinasikan, sungguh menjadi kolaborasi yang mematikan.
Kombinasi ini dilakukan oleh sebuah resto di bilangan Cilandak Jakarta Selatan, hingga  akhirnya viral akibat memasang peringatan dan petunjuk yang ditempel di kaca jendela.Â
Salah paham pun terjadi. Kombinasi mematikan antara tanda baca dan huruf kapital menjadi lebih membinasakan. Saat sang pembaca mempertahankan emosi negatifnya, tidak mencari tahu (tabayyun), hanya sekedar membaca dan tersinggung dibuatnya.Â
Tak hanya itu, media sosial tempatnya mencurahkan rasa emosi itu pun menjadi partner strategis untuk menjadikan fenomena ini menjadi nuklir aktif. Cukup taruh bukti foto, ledakan viral pun tak terbendung oleh jagat maya yang terkenal mudah menghujat.
Malang nian nasib resto di bilangan Cilandak Jakarta Selatan yang sedang ramai dibicarakan itu. Dihujat beramai-ramai via media sosial, serangan rating ke berbagai postingan internet, termasuk rating lokasi resto di google map.
"Segitu hinanya kah kita sampai tidak boleh injak kaki lantai mereka... Padahal kita tanggung biaya sebelum pick up selesai lewat saldo gopay kita... Adakah aturan @gojekindonesia @gofoodindonesia @gofoodpartners yang melarang kami melangkah ke sana, jawabannya TIDAK," tulis cuitan pada twitter ini.
Pembaca larangan tersebut berasa menjadi korban. "Apakah kami sehina ini". Dalemmmmmmmm, sakit tak berdarah. Saya mengartikannya demikian. "Betapa jahatnya pihak resto", begitulah kiranya. Pihak resto yang terlanjur dihujat, sekaligus menjadi korban bullying media sosial.
Kombinasi huruf besar dan tanda seru, memberikan hentakan magis yang kuat luar biasa. Kamus bahasa Indonesia menjelaskan tanda baca seru yang dipakai sesudah ungkapan dan pernyataan merupakan seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. Terlebih, TANDA SERUNYA LEBIH DARI SEKALI!!! TIGA KALI!!!
Salah kaprah dan salah paham, ini yang mungkin bisa saya simpulkan. Penulis tanda larangan salah kaprah penggunaan tanda baca pada petunjuk, pembaca salah paham memaknai saat membaca.Â
Kombinasi dari kedua kondisi ini bisa membuat kedua belah pihak "baku hantam". Keduanya akan menyakini apa yang dilakukannya adalah benar.
Jika ini yang terjadi, inilah masa-masa pasca kebenaran (post-truth). Masa di mana orang benar dengan keyakinan, dan tidak nyaman dengan kebenaran yang sebenarnya.