Mohon tunggu...
Subur Melati Br Ginting
Subur Melati Br Ginting Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Hakuna matata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tren Tanaman Hias sebagai Suatu Bentuk Simbol dan Stratifikasi Sosial di Masyarakat

5 Desember 2020   21:23 Diperbarui: 5 Desember 2020   21:31 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dimana ada tiga komponen yang Weber percaya mendorong adanya golongan-golongan masyarakat adalah kekuasaan (power), privilese/hak istimewa(wealth) dan prestise (prestige). Dengan kata lain stratifikasi sosial ini sudah pasti di dalamnya terdapat status sosial yang sesuai dengan lapisannya.

Adanya fenomena berlomba memamerkan koleksi tanaman hias, dan harga harga-harga dari tanaman hias sangat marak terlihat tidak hanya di satu daerah karena melalui sosial media juga dapat dirasakan tren tanaman hias saat ini.

Ketika setiap kali ada pertambahan koleksi tanaman hias akan di sebarluaskan historis dari tanaman hias serta nominal harganya. Dan mungkin ini menjadi salah satu bentuk "power" bagi kelas atas ketika pajangan berbagai tanaman hias ini di lihat masyarakat lainnya ketika melewati rumah atau berkunjung ke rumah mereka dan melihat koleksi tanaman hias tersebut.

Mereka yang stratifikasi nya berada pada lapisan menengah ke atas akan memiliki tanaman hias yang cukup mahal sebagai sebuah simbol yang mengisyaratkan bahwa stratifikasi sosial mereka berada di kelas atas dan merasa status sosialnya akan meningkat. 

Sedangkan masyarakat yang berada pada kelas rendah tidak mampu bersaing dalam pertunjukkan koleksi tanaman hias yang saat ini sedang viral di berbagai daerah. 

Jangankan untuk membeli berbagai jenis tanaman hias yang memiliki harga tinggi, untuk mencari makan saja ada kelas-kelas tertentu (menengah-kebawah) tidak semudah membalikkan tangan dan juga  hal yang paling menyedihkannya adalah masyarakat kelas bawah ini memiliki pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari lebih kecil dari pada harga tanaman, menyedihkan sekali ketika ajang perlombaan ini membuat para masyarakat kelas bawah semakin tersudutkan.

Contohnya tanaman yang mencapai harga jutaan lebih mahal dibandingkan kebutuhan sehari-hari sebuah keluarga yang berada pada kelas menengah-kebawah hanya mencapai puluhan sampai ratusan ribu saja perharinya, dan walaupun mereka memelihara tanaman hias tentunya tanaman hias yang tidak begitu mahal atau bahkan beberapa hasil berburu tanaman hias di hutan dengan modal yang lebih kecil namun dengan resiko yang lebih tinggi akan bahaya ketika berada di hutan. 

Namun, karena tren tanaman ini seakan akan menjadi sebuah ajang memperlihatkan eksistensi stratifikasi sosial tentunya membuat pihak kelas atas tidak bisa diam saja dengan satu koleksi tanaman hias.

Fenomena stratifikasi sosial melalui tanaman hias ini juga di dukung karena tanaman hias telah menjadi sebuah "simbol" kelas sosial tertentu. Hal ini sejalan dengan pandangan perspektif sosiologi oleh Bourdieu mengenai Modal Simbolik. 

Menurutnya modal simbolik tidak lepas dari kekuatan simbolik, yaitu kekuasaan yang memungkinkan untuk mendapatkan setara dengan apa yang di peroleh melalui kekuatan fisik atau ekonomi, akibah sebuah mobilisasi. Dengan kata lain modal simbolik ini dapat memunculkan suata identitas.

Untuk memperlihatkan keberadaan kelas sosial/stratifikasi sosial yang tinggi maka tanaman hias menjadi sebuah simbol. Simbol agar di akui eksistensinya di tengah-tengah masyarakat dan menaikkan martabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun