Mohon tunggu...
Subhan Saleh
Subhan Saleh Mohon Tunggu... Dosen - Rumah Toleransi

Pambusug

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lebaran yang Substantif

2 Juni 2020   19:59 Diperbarui: 2 Juni 2020   20:07 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebulan sudah puasa di jalani dengan tetap d rumah (stay at home). Lebaran pun menyapa dengan suasana yang tidak berbeda pada saat kedatangan bulan suci ramadhan tepatnya sebulan yg lalu, tanpa riak-riak yg menyertainya.

Tradisi tarwih berjama'ah, witir bersama, qasidahan sampai tadarrusan bersama yang tiba tiba hilang di malam-malam ramadhan pada saat pandemi menambah suasana batin semakin gundah gulana merasakan suasana yang sangat berbeda dengan ramdhan yang lalu-lalu.

Suasana ramadhan dan lebaran kali ini boleh kita rasakan tak sama tetapi hidmat dalam ibadah tak boleh berbeda bahkan lebih ditingkatkan agar kita termasuk orang yang meraih kemangan sebagai hadiah spritual sejati dari Allah swt, hadiah yang diberikan bagi mereka yang benar-benar menjalani ibadah puasanya dengan baik.

Di saat kebanyakan manusia merayakan hari kemenangan ini dengan pesta materi duniawi, dengan suguhan menu makanan yang beragam, pakaian yang serba baru dikuti kumandang takbir, tahmid dan tahlil, keluarga suci Nabi saw imam Ali kw beserta anaknya Hasan dan Husain melafalkan kalimat tayyibah itu di malam lebaran, dalam kesibukan ibadah sosialnya sebagai ungkapan rasa empatinya kepada para fakir miskin dan yatim piatu.

Dikisahkan, sore itu sehabis shalat ashar dengan penuh kesedihan karna ramadhan akan segera pergi, beliau (imam Ali kw) kembali ke rumah dan disambut oleh senyum sang istri tercinta Fatima az-Zahra dengan pertanyaan yang penuh perhatian "apa gerangan yang membuat engkau terlihat pucat duhai kekasihku".

Tak ada tanda tanda kecerian di wajahmu padahal sebentar lagi kita akan menyambut hari kemenangan? Ali kw terlihat lesu, sejenak kemudian meminta tanggapan sang istri untuk menyedekahkan semua simpanan pangannya kepada fakir miskin dan yatim piatu.

Sore sampai larut malam keluarga suci itu sibuk membagikan tiga karung gandung dan dua karung kurma untuk fakir miskin dan yatim piatu, rasa empati dan peduli lahir dari puasa sebulan yang telah dilalui, suatu pendidikan yang mengajarkan bahwa rasa haus dan lapar itu amatlah pedih.

Esok harinya keluarga suci Muhammad saw itu sehabis shalat ied dirayakan dengan suguhan roti kering yang sudah membusuk karna sudah basi lalu disantapnya makanan yang tidak layak komsumsi itu dengan lahapnya. Rasa syukur karena sebulan penuh perutnya terus terisi membuatnya sedih dan membagikan seluruh simpanan gandung dan kurmanya hingga tak tersisah baginya.

Begitulah keluarga suci itu menyambut dan merayakan hari kemenangan, mereka maknai hari kemenangan sebagai hari bersyukur bagi mereka yang berhasil di bulan suci ramdhan dalam ibadah dan penghambaannya pada Allah swt, hari rahmat dan ampunan bukan hari raya pesta materi duniawi.

Inilah hari kemenangan bagi kaum Muslim yang sesungguhnya. Sebuah hari yang mengakhiri sebulan ibadah
dan penyucian diri dengan semata-mata mengharapkan ridha Allah Swt.

()
()

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun