Mohon tunggu...
Subekti Rahayu
Subekti Rahayu Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Seorang ibu yang berprofesi sebagai Psikolog Klinis di Pusat Kesehatan Masyarakat. Email: sub3kti.rahayu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Mampukah Nakes Menolong Kesehatan Mentalnya Sendiri Kala Kasus Covid-19 Meningkat?

21 Juli 2021   00:00 Diperbarui: 18 Juni 2022   05:57 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua orang tenaga kesehatan beristirahat sejenak saat menunggu pasien di ruang isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum (RSU) Dadi Keluarga, Kabupetan Ciamis, Jawa Barat, Senin (14/6/2021). (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI)

Mimpi buruk ini mulai meningkat lagi saat pertengahan Juni 2021. Setelah saya dan rekan lainnya yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan menerima hasil swab rutin di faskes tempat kerja, rasa cemas dan panik segera menyebar. 

Bagaimana tidak? Saat kasus Covid-19 mengalami peningkatan di tengah masyarakat, saya melihat banyak rekan sesama nakes yang terkonfirmasi positif.

Tak hanya tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terkena, bahkan rekan-rekan security, driver, dan cleaning service juga. 

Kondisi tidak semakin membaik manakala swab kedua dilakukan sebagai tindak lanjut dari temuan swab pertama. 

Silih berganti semakin banyak nama nakes yang dicetak dengan huruf merah, POSITIF. Peningkatan rasa cemas dan panik juga dipengaruhi banyaknya kabar duka dari rekan nakes atau anggota keluarga lingkaran sosial terdekat. 

Saya juga semakin banyak menerima curhatan mengenai seberapa terpukulnya sisi psikis rekan-rekan nakes akibat kehilangan pasien dan banyaknya laporan kematian yang harus diterima hingga sempat kehabisan peti mati.

Belum lagi pemicu stres di luar tempat kerja, seperti hoaks yang beredar di medsos. Saya sempat mengecek dan mengklarifikasi beberapa info yang tidak valid. 

Misalnya video nakes wisma atlit yang sempat berekreasi di awal bulan April, namun disebarkan lagi seakan-akan kegiatan tersebut dilakukan dalam kondisi terkini. 

Beberapa hoaks lain yang berupa status tuduhan, bantahan, dan sanggahan sebenarnya bersumber dari ketidaksetujuan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang akhirnya menjelma jadi ketidakpercayaan pada layanan kesehatan. 

Belum lagi kehadiran pakar-pakar kesehatan dadakan yang patut dipertanyakan kompetensinya kemudian menyebar info tidak valid tentang Covid-19 dan penanganannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun