Mohon tunggu...
Subakti Amengku Broto
Subakti Amengku Broto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Diksasindo angkatan 2018

Menjadi musisi itu susah, jika tidak berminat

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kritik Isu Lingkungan lewat Animasi Spongebob Squarepants, Ditujukan untuk Orang Dewasa atau Anak-anak?

28 Mei 2021   18:43 Diperbarui: 28 Mei 2021   18:46 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebagai masyarakat kabupaten Malang---khususnya Malang Selatan---tidak akan jauh dari yang namanya laut dan pantai. Mendengar kata 'laut' seakan kita teringat akan deburan ombak yang menawan, air laut yang jernih, serta hamparan pasir putih bagaikan sutera menyambut kaki-kaki kita dan memeluknya. Yha~ namanya juga berandai-andai, namun kenyataan yang terjadi adalah tidak sama persis seperti apa yang saya atau kita bayangkan. 

Sampah dimana-mana, di bibir pantai, di jalan raya sepanjang pantai, di antara ombang-ambing ombak semuanya sampah. Jika itu sampah alami (ganggang laut, buah kelapa, atau rumput laut) saya maklumi, lah ini botol mineral, kemasan mi instan, sandal jepit, botol kaca serta teman-temannya yang merupakan jenis sampah yang sukar terurai secara alami. Mengotori pemandangan pantai yang harusnya indah dan asri menjadi daratan sampah yang kotor.

Pada saat kita duduk di bangku sekolah dasar, mungkin kita sudah diajari untuk menjaga kebersihan, entah dari keluarga, guru ataupun tulisan-tulisan dinding yang senantiasa mengingatkan kita untuk berbuat demikian. Kita mungkin tidak asing dengan kalimat-kalimat seperti "Jagalah kebersihan" atau "Buanglah sampah pada tempatnya" atau juga "Kebersihan sebagian dari iman" tapi kenapa, masih ada saja orang yang dengan sadar dan disengaja, membuang sampah seenaknya sendiri. 

Bahkan beberapa kasus belakangan ini yang sedang ramai dibicaran adalah pengunjung taman safari di Bandung, membuang botol plastik ke dalam mulut Kuda Nil---meskipun sudah klarifikasi, yha---namun tetap saja hal ini merupakan kesengajaan yang dilakukan oleh pihak terkait. Kembali pada kebersihan laut, dilansir pada halaman JawaPos.com pada tahun 2018 kawasan wisata pantai di Kabupaten Malang, diketahui merupakan salah satu penyumbang sampah terbanyak. 

Hal ini, diakui oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Budi Iswoyo. Budi menambahkan, masalah sampah di kawasan wisata pantai selatan adalah, sampah hanya digali dan diuruk saja. 

Dibiarkan dan tidak diolah. Sehingga, menumpuk. Kondisi ini juga diperparah dengan tidak adanya TPS tersentral. Sejak dibukanya Jalur Lintas Selatan, semakin banyak pantai-pantai baru yang dibuka untuk umum, tentu saja hal ini menjadi pemicu utama datangnya pada wisatawan untuk berlibur atau mencoba suasana pantai baru tersebut. Tanpa adanya TPS yang memadai dan pengelolahan sampah yang baik pula dari pihak pengelola pantai, hal ini menjadi pemicu pantai semakin kotor dan laut semakin banyak sampah, ditambah lagi sampah rumah tangga yang dibuang di sungai, menjadikan laut sebagai pelabuhan sampah. 

Penggunaan sampah plastik---khususnya sedotan plastik---bisa membahayakan kehidupan makhluk-makhluk air. Pada tahun 2020 dilansir pada Tempo.co Kelestarian penyu di perairan laut selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, terancam oleh sampah plastik dan perburuan. Tiap tahun ada saja penyu yang mati akibat menelan plastik, sementara perburuan mengintai di pantai yang sepi. Lagi-lagi kelalaian kita sebagai manusia dalam menjaga kebersihan dan mengelolah sampah, menjadikan bencana bagi makhluk lain.

Dari adanya berbagai masalah tersebut saya teringat dengan episode Spongebob Squarepant yang berjudul High Sea Diving. Siapa, sih yang tidak akrab dengan serial animasi yang satu ini? Serial animasi yang diciptakan oleh Stephen Hillenburg seorang ahli biota laut pada tahun 1999 di Amerika Serikat ini mengangkat kehidupan tokoh sebuah spon laut yang tinggal di dalam nanas. Spongebob Squarepant yang sudah akrab dengan kehidupan saya memberikan hiburan serta pendidikan-pendidikan yang mungkin saja sudah diselipkan oleh penciptanya. 

Pada musim ke-11 episode 230 dengan judul High Sea Diving merupakan episode dengan kritik yang disampaikan oleh penciptanya. Sinopsis dari episode ini adalah ketika tokoh utama yaitu Spongebob Squarpant, mencoba untuk menuju permukaan air laut, sebagai spons pertama yang bisa sampai permukaan. Dengan berbagai cara ia mencoba untuk mengapung hingga bisa sampai permukaan dan pada akhirnya sampai juga ia menuju tujuannya dengan bantuan balon milik Sandy. Belum sampai hal itu, ternyata sebelum menuntaskan misinya---untuk menjadi spons pertama di permukaan---Spongebob terhalang oleh pulau sampah raksasa.

Spongebob berkeliling mencari tahu dimana permukaan laut tersebut, namun ia terhalang dengan berbagai sampah yang menumpuk dipermukaan. Spongebob tanpa sengaja bertemu dengan tokoh Pak Tua Jenkin yang ternyata terjebak pada daratan sampah tersebut, hingga akhirnya mereka berkelahi. Kedua tokoh tersebut melemparkan berbagai sampah yang ada pada pulau sampah itu, yang menyebabkan sampah-sampah tersebut jatuh lebih dalam menuju Bikinibottom atau kota dari makhluk hidup di laut. 

Awalnya orang-orang di kota tersebut berfikir bahwa benda-benda yang jatuh dari langit itu adalah hadiah dari Neptunus. Beberapa ikan diperlihatkan mendapatkan rumah dari sampah tersebut, ada yang menjadikan sampah tersebut sebagai kendaraan pula. Namun, semakin banyak sampah yang turun, menjadikan masalah, ikan-ikan dan kota Bikinibottom tertimpa oleh sampah-sampah tersebut, hingga menjadikan kota tersebut kotor.

Jika melihat dalam sebuah realita, sampah manusia---semisal bangkai kapal---terkadang menjadi sebuah hunian baru bagi para makhluk laut. Hunian ini akan menjadi keuntungan bagi makhluk laut dengan catatan bangkai kapal tersebut tidak membawa racun atau limbah. Hunian ini menjadi tempat berlindung bagi ikan-ikan dan menjadi tempat tumbuhnya tanaman laut. Berbeda dengan sampah berupa plastik yang jauh lebih lama untuk musnah. Terkadang sampah jenis plastik akan menyangkut pada tubuh-tubuh penyu atau burung laut bahkan ada yang memakan benda tersebut, biasanya beberapa jenis ikan mengira bahwa plastik yang tembus pandang adalah ubur-ubur. 

Sebagai masyarakat doyan makan ikan laut---karena Ayah saya adalah seorang pemancing ikan di lautan---akan sedikit menjijikan jika mengingat ikan yang saya makan setiap hari adalah ikan yang mengonsumsi sampah dari kami, manusia. Para pemancing yang sering saya temui mengaku bahwa saat ini, sulit sekali mendapatkan ikan kecuali menaiki perahu dan menuju ke tengah laut, berbeda dengan 10 sampai 15 tahun yang lalu. 

Ternyata sampah di laut juga menjadi penyebab kerugian bagi manusia secara ekonomi juga. Sampah menyebabkan spesies plankton menjadi menurun jumlahnya, padahal dalam rantai makanan, hal ini akan merugikan bagi ekosistem paus-paus di lautan, sebab mereka memakan makhluk kecil tersebut. Belum lagi terumbu karang dan tanaman laut yang rusak sebab sampah dan limbah sungai yang bermuara di laut. Faktanya, oksigen terbesar disumbang oleh lautan yang dihasilkan oleh tanaman laut.

Kembali lagi pada episode High Sea Diving mencoba mengkritik perlakuan acuh manusia terhadap alam yang dikemas dengan cerita fiktif, karena audiens yang dituju oleh serial animasi ini adalah anak-anak. Dari menonton episode tersebut, anak-anak akan dihibur serta dididik. Mungkin bukan saja anak-anak, remaja atau bahkan orang dewasa seperti saya, masih setia untuk menonton serial animasi yang satu ini. Tentunya terdapat unsur rekreasional dan membangun layaknya sebuah karya sastra yang baik. 

Teeuw (1988) menjelaskan bahwa sebuahs sastra tidak hanya dilihat dari bentuk fisik dan menghibur, namun lebih dalam lagi, sastra baiknya mampu memberikan pemahaman serta menggerakan para penikmatnya. Hall ini termasuk kedalam bentuk movere yang bergerak kearah yang lebih baik tentunya. Hal-hal yang dimaksud di atas, bisa dituangkan dalam episode High Sea Diving.

Sayangnya, tulisan ini akan berakhir dengan saran yang klise, mudah ditebak dan bisa untuk dicari celahnya. Ya, yaitu dengan jangan membuang sampah sembarangan. Bagi siapa? Tentunya bagi diri penulis sendiri. 

Di sini saya menyadari bahwa seberapa besar kekuatan saya dalam membangun kesadaran terhadap masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya akan berujung kepada hal yang kurang maksimal. Saya belum memiliki suara yang bisa didengar oleh banyak orang, suara yang bisa menggerakkan masyarakat bahwa sampah merupakan masalah kita semua. Saya belum memiliki kuasa untuk membuat peraturan terkait kebijakan dalam memproduksi sampah dan mengolah sampah. 

Saya juga belum bisa mengingatkan warga dunia agar tidak terus-terusan membuang sampah sembarangan, menjaga lingkungan dan melindungi binatang-binatang. Saya belum bisa memberikan solusi terkait produsen-produsen besar yang mengemas produk mereka dengan plastik yang sulit terurai. Namun saya meyakini dengan menanamkan kesadaran diri akan pentingnya menjaga lingkungan bagi diri saya dan anak-anak saya kelak, maka secara mental dan personal saya akan terus memupuk kesadaran saya dalam mengola dan mengkonsumsi sampah. 

Semoga kebiasaan membuang sampah pada tempatnya dan bijak dalam menggunakan plastic bisa diteruskan oleh penerus-penerus saya, karena yang akhirnya saya ciptakan adalah ideologi bersih lingkungan dari sampah dan plastik.

Sebagai seorang khalifah di muka bumi ini, ada baiknya kita lebih peduli dan sadar terhadap kebersihan lingkungan kita. Semoga pemerintah Indonesia---khususnya pemerintah Malang Raya---bisa lebih bijak lagi dalam menangani isu sampah di lingkungan dan pantai Malang Selatan dan semoga masyarakat bisa lebih sadar mengenai, betapa pentingnya kebersihan lingkungan bagi hidup mereka dan bagi hidup generasi penerus mereka. Kita harus mencoba lebih bijak dalam menggunakan plastik, dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena apa yang akan kita jaga, akan turut serta menjaga kita, begitupun sebaliknya. Sayangi alam, sayangi lautan, maka alam dan laut akan turut menyayangi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun