Mohon tunggu...
Muhammad Eko Subagtio
Muhammad Eko Subagtio Mohon Tunggu... Freelancer - History Educator

Historia Est Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis..!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengaruh Pemikiran John Dewey Terhadap Perkembangan Kurikulum Social Studies di Turki

6 September 2020   22:42 Diperbarui: 7 September 2020   02:44 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Pendidikan Turki di Era Modern, Sumber : news.schmu.id)

Pada masa pemerintahan Turki Utsmani tidak ada subjek (mata pelajaran) Social Studies di sekolah-sekolah khusus. Namun, ada beberapa mata pelajaran dalam sistem pendidikan yang melibatkan topik umum tentang Ilmu Sosial. Oleh karena itu, untuk dapat memahami posisi studi Ilmu Sosial, kita perlu melihat pada sistem pendidikan dan sekolah di Turki pada pada umumnya. Sejak Kekaisaran Ottoman menjadi pemimpin negara Islam dunia, filosofi sistem pendidikan didasarkan pada prinsip-prinsip Islam dan tradisi Turki. Hal itu dipengaruhi oleh para ulama dan lembaga-lembaga Islam yang lebih dominan.

Ottoman mendirikan sekolah-sekolah yang lokasinya berada di dekat masjid, dan menyelenggarakan sistem pendidikan berjenjang, dari yang terendah Mektep (SD) hingga madrasah tertinggi (Universitas). Selain sekolah-sekolah agama, ada beberapa lembaga lain yang memiliki peran cukup penting dalam menjalankan fungsi pendidikan. Sebagai contoh, terdapat lembaga yang terkenal dengan  nama Enderun Mektebi (Sekolah Istana) yang terdiri dari siswa pilihan (diantaranya terdapat non-Muslim) yang dipilih oleh Kekaisaran, sekolah tersebut melatih mereka dalam berbagai hal seperti  kejuruan, pendidikan fisik (semi militer) dan mempersiapkan mereka untuk posisi tertinggi di Royal Court (pengadilan kerajaan), tentara, serta birokrasi sipil (Kazamias & Massialas : 1965 dalam Turan : 1997).

Royal Court dan Madrasah adalah dua lembaga utama yang memberikan kontribusi terhadap kebesaran dan kekokohan bangsa Ottoman. Kurikulum dan kebijakan lembaga-lembaga ini dikembangkan dan diimplementasikan secara serius. Bahasa pengantar di semua tingkatan sekolah menggunakan bahasa Arab. Program pengajaran atau kurikulum tampaknya telah dikelompokkan dalam tiga spesialisasi: (1) Agama dan Hukum, (2) Ilmu Pengetahuan Alam, (3) Ilmu Instrumental.

Agama dan Hukum ( pengetahuan maju Islam) meliputi :

  • Tafsir ( makna dan interpretasi dari teks-teks di Al-Qur'an),
  • Hadis ( ucapan Nabi dan memeriksa keaslian daripadanya),
  • Fiqh ( sistematis, studi sejarah hukum Islam),
  • Kelam ( filsafat Islam membela iman Tevhid / kesatuan)

Ilmu Alam meliputi : ilmu rasional, filsafat, matematika dan astronomi,

Ilmu-ilmu instrumental meliputi : logika, retorika, kefasihan, ikhtisar menulis dan estetika.

Sistem pengajaran yang dikembangkan pada era Turki Utsmani adalah menghafal matan-matan meskipun murid-murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal Matan Al-Jurmiyah, Matan Taqrib, Matan Al-Fiyah, Matan Sultan, dan lain-lain. Murid-murid setelah menghafal matan-matan itu barulah mempelajari syarahnya. Walaupun pelajaran tersebut tergolong berat dan sulit untuk dihafalkan, namun ada yang masih menggunakan sampai sekarang.

Selama Negara Ottoman mengalami proses keruntuhan, beberapa upaya dilakukan guna mencapai perubahan. Sejak awal abad ke 17, konsep reformasi, modernisasi, perubahan, dan westernisasi telah menjadi bagian dari kehidupan sosial, politik, dan pendidikan di Turki.

Deklarasi Turki menjadi negara Republik telah membawa perubahan besar pada struktur fundamental negara, tak terkecuali dunia pendidikan. Sistem pendidikan telah menjadi komando pusat untuk perubahan ini (Tarman, 2008 & 2010). Sejak saat itu, Departemen Sistem Pendidikan Nasional bertanggung jawab atas kinerja, pengawasan dan audit dari semua layanan pendidikan, atas nama Pemerintah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Pendidikan Nasional. Dari awal era republik sampai sekarang, telah terjadi pembaharuan kurikulum sebanyak dua belas kali, perubahan tersebut terjadi pada tahun-tahun sebagai berikut : 1924; 1926, 1930, 1932, 1936, 1948, 1962, 1968, 1989, 1993, 1999 dan 2005.

Pada kurikulum 1968 mata pelajaran social studies (IPS) mulai dipraktikkan, tujuan utama dari program ini adalah untuk menciptakan warga negara yang percaya bahwa Republik Turki adalah negara nasional yang demokratis berdasarkan nilai-nilai hak asasi manusia. Nama mata pelajaran yang dulunya disebut Studies on Society and Country (Studi pada Masyarakat dan Negara) diubah menjadi social studies (studi Ilmu Sosial/IPS). Perubahan yang paling penting dalam kurikulum ini yaitu adanya konsep integrasi untuk mata pelajaran social studies (IPS) dibandingkan kurikulum sebelumnya. Dengan kurikulum ini, program social studies dan studi sains di samping program studi kehidupan diselenggarakan oleh sekolah sebagai mata pelajaran utama. Dalam kurikulum ini, semua tujuan pembelajaran berpusat pada siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun