Mohon tunggu...
Subagiyo Rachmat
Subagiyo Rachmat Mohon Tunggu... Freelancer - â—‡ Menulis untuk kebaikan (titik!)

(SR Ways) - Kita mesti peduli dengan sekeliling kita dan bisa berbagi sesuai kapasitas, kadar dan kemampuan masing-masing sebagai bagian dari masyarakat beradab.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

PJJ, Saatnya Menyatukan Indonesia demi Anak-anak Didik

2 Agustus 2020   01:15 Diperbarui: 2 Agustus 2020   01:58 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Situasi Pandemi tak kunjung usai, dan tak ada yang tau kapan akan usai. Hal ini tentu membuat keadaan menjadi tak menentu, sehingga menyulitkan semua pihak-tak terkecuali dalam dunia pendidikan Nasional kita dan keberlangsungan proses belajar-mengajar.

Pemerintah sudah mengambil pilihan kebijakan bahwa pemulihan ekonomi dan pananganan pandemi berjalan simultan, termasuk dalam proses belajar-mengajar dalam dunia pendidikan.

Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dengan protokol kesehatan dan covid-19 menjadi hal penting untuk dijalankan secara disiplin dan konsisten oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang kini sudah menjadi kesadaran kita bersama agar penyebaran dan penularan virus bisa dihentikan atau diminimalisir.

Dalam situasi Pandemi, Tahun ajaran baru 2020/2021 sudah berjalan sejak 13 juli yang lalu- dengan pilihan penerapan model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau sekolah online atau daring sebagai pilihan rasional dalam situasi kedaruratan.

Mendikbud mengatakan bahwa platform Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini akan dipermanenkan dalam sebuah model hybrid yang merupakan kombinasi antara antara model PJJ dengan pemanfaatan teknologi dan model tatap muka, sebuah visi masa depan tentang dunia pendidikan di Indonesia.

Penerapan PJJ dalam Situasi Kedaruratan Pandemi

PJJ sudah berjalan sejak 13 juli lalu dengan banyak kendala, keluhan, saran dan kritik dari hampir semua kalangan pemangku kepentingan. Semua pihak memang dibuatnya repot karena model PJJ merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian besar masyarakat, termasuk juga bagi para guru dan pihak manajemen sekolah. Disamping itu juga ada persoalan dengan ketersediaan dan keterjangkauan berbagai infrasruktur pendukung- utamanya di daerah-daerah.

Bagi para Guru, yang sebelumnya biasa mengajar dengan tatap muka, semua serba manual, sederhananya tinggal datang ke kelas- ada white board atau LCD dan presentasi power point semua beres- interaksi belajar-mengajar dengan anak-anak didik bisa berlangsung.

Kini, dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), guru mesti menyiapkan segala sesuatunya menyesuaikan dengan kebutuhan model PJJ, seperti dalam pembuatan bahan ajar berupa video atau yang lain, menyiapkan media pembelajaran melalui WA, Google Classroom, Google form, Google meet, dll, juga menyipakan teknis penilainnya terhadap anak-anak didiknya, menyiapkan akses/fasilitas belajar-mengajar, dan sebagainya.

Pihak Manajemen Sekolah juga mesti menyiapkan segala sesuatunya agar semua kegiatan belajar-mengajar model PJJ ini bisa berjalan dan terkontrol dengan baik, juga dalam membangun komunikasi dengan siswa dan orang tua siswa.

Dari sisi anak-anak didik, yang biasanya mereka hanya cukup datang ke sekolah dengan model tatap muka, kini mesti menyiapkan segala sesuatunya agar bisa mengikuti pembelajaran PJJ dari rumah dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun