Mohon tunggu...
Yoanda Suastanti
Yoanda Suastanti Mohon Tunggu... Buruh - saya

selalu ada jalan untuk orang-orang yang masih menggenggam harapan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Novel "Kim Ji-yeong" dalam Kajian Feminisme

8 Mei 2020   15:33 Diperbarui: 8 Mei 2020   16:37 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam teori marxis dijelaskan bahwa penindasan perempuan karena perbedaan jenis kelamin. Novel ini menjelaskan berbagai penolakan berbagai penindasan terhadap perempuan. Ide kesetaraan gender digagas sebagai sumber kebebasan dari penindasan terhadap perempuan.

Dalam novel Kim Jiyeong lahir 1992 terdapat banyak kasus ketidakadilan gender pada pendidikan Korea. Tergambar dalam kehidupan ibu Kim Jiyeong yang harus putus sekolah karena harus bekerja demi menyekolahkan kakak laki-lakinya. Pada saaat zaman ibu Kim Jiyeong kecil, wanita tidak diberi kesempatan untuk bersekolah tinggi. Dan hanya laki-laki yang harus bersekolah tinggi dan mendapat kesempatan yang lebih banyak dalam menentukan pilihan.

Di dalam novel ini dijelaskan pula bahwa kedudukan suami itu selalu diatas perempuan dalam hal apapun. Tergambar dalam kehidupan Kim Jiyeong yang harus selalu menghabiskan liburan hari chuseok (hari raya Korea hari ke-15 dibulan ke-8, menurut kalender bulanan) dikampung halaman suaminya. 

Tergambar pula pada keadaan nenek Kim jiyeong yang mempunyai suami yang berwajah pucat dan bertangan halus sama sekali tidak menyentuh tanah seumur hidupnya, ia adalah pria yang tidak memiliki keahlian atau tekad apapun untuk mengurus keluarga. 

Namun, nenek Kim jiyeong tidak marah pada suaminya, ia berfikir bahwa suaminya adalah pria yang baik karena tidak berselingkuh dan tidak memukul istri. Nenek Kim Jieyong bersusah payah membesarkan empat putranya tanpa campur tangan suami. Dijelaskan pula bahwa budaya patriarki tergambar pada kehidupan sehari-hari di mana saat mengambil nasi pun selalu ayah atau anak laki-laki terlebih dahulu, yang selalu mendapatkan makanan terbaik adlah laki-laki.

Adapun penindasan terhadap perempaun dalam bentuk lainnya dari seksual antara lain:

1. Adanya Diskriminasi Terhadap Perempuan

Ketidakadilan gender terjadi jika seorang perempuan sudah menikah harus segera memiliki anak, jika belum memiliki anak, maka wanita lah yang dianggap bermasalah dalam kesehatannya. Hal ini dibuktikan dalam kutipan :

'' ... para orang tua terus bertanya pada Kim Jiyeong, apakah belum ada kabar baik dan usaha apa yang sudah dilakukan selama ini..'' (hlm:133)

''... kerabat Jeong Dae Hyeong (suami Kim Jiyeong) mulai berdiskusi di antara mereka sendiri tentang kenapa sampai sekarang Kim Jiyeong masih belum hamil. Kim Jiyeong tidak muda lagi,tubuhnya terlalu kurus dan tangannya terlalu dingin, peredaran darahnya tidak lancar, dagunya yang berjerawat menandakan rahimnya tidak bagus... pokoknya, seakan-akan masalahnya ada pada diri Kim Jiyeong.'' (hlm:133)

Citra feminine dalam novel Kim Jiyeong Lahir Tahun 1982 ini bahwa wanita harusnya menjadi ibu rumah tangga dengan segala pekerjaannya, tidak memikirkan bagaimana beratnya situasi sebagai seorang istri dan ibu, bahkan banyaknya anggapan-anggapan negative yang dicitrakan pada seorang perempuan ketika sudah menikah, istilah ibu-ibu caf yang berarti wanita boros, jika seorang perempuan bepergian sendiri atau hanya bersama anaknya. Mereka akan dikritik sebagai wanita yang egois, seperti pada kutipan berikut ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun