Mohon tunggu...
wacana_rakyat
wacana_rakyat Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Dari Mana, ke Mana?

11 Juli 2022   23:35 Diperbarui: 11 Juli 2022   23:40 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Ilustrasi/gerai.kompas.id

Pertanyaannya adalah mengapa opini publik sudah sedemikian kuat memegang anggapan bahwa tujuan sekolah sama dengan mencari kerja? ini tak lain akibat dominannya budaya pragmatisme di masyarakat dan pendidikan kita. 

Mempertegas agumen saya tadi, Agus Nuryatno dalam bukunya Mazhab Pedidikan Kritis menyebutkan, dalam sebuah workshop di perguruan tinggi ternama di Yogyakarta, seorang Prof. Bidang Ekonomi mengatakan "Sebuah perguruan tinggi yang tidak mengikuti arus pasar, maka perguruan tinggi tersebut sakit,". 

Ini pernyataan yang berlebihan dan terkesan telah menundukan institusi akademik di bawah korporasi, yang artinya perguruan tinggi kita telah terjebak pada budaya pragmatisme. Salah satunya ialah dengan menjadikan corporate values sebagai nilai utama dalam membangun institusi pendidikan melebihi academic values. 

Tarik menarik kepentingan antara idealisme dan prgamatisme (dalam pengertian populer) dalam dunia pendidikan memang selalu terjadi. Pendidikan punya peran dalam membentuk kehidupan publik. 

Dalam hal ini pertanyaan yang mendasar adalah, "kehidupan publik seperti apa yang hendak dibentuk oleh dunia pendidikan?" Pendidikan diyakini memainkan peran dalam membentuk kehidupan politik dan kultural. 

Pendidikan adalah media untuk menyiapkan dan melegitimasi bentuk-bentuk tertentu kehidupan sosial. Jika hal seperti ini yang dikedepankan, maka yang menjadi basis isntitusi pendidikan adalah nilai-nilai idealisme. 

Lalu bagaimana jika pertanyaan tadi dibalik menjadi "Pendidikan seperti apa yang dibentuk oleh pasar?" maka jawabannya dunia pendidikan akan terseret dan didikte oleh kepentingan pasar. Ideologi pasar jelas berbeda dengan ideologi pendidikan. 

Ideologi pendidikan lebih mementingkan nilai-nilai etis-humanistik, sedangkan ideologi pasar lebih bertumpu pada nilai-nilai pragmatis-materialistik dan menekankan kompetisi dibanding koperasi. Ketika ideologi pasar mendominasi dunia pendidikan maka pendidikan kita akan mengedepankan nilai-nilai korporasi yang menekankan teknik-teknik dasar yang diperlukan dalam dunia kerja. 

Dalam level perguruan tinggi pun juga terjangkit budaya pragmatisme. Misalnya, ada universitas ternama yang mencanangkan diri sebagai universitas riset. Tapi ternyata masih banyak membuka progtam ekstensi. Bagaimana logikanya? Visinya research university tapi mengapa banyak mengadakan progtam ekstensi? pertimbangannya tentu sangat pragmatis, sebab program ektensilah yang bisa menghasilkan banyak uang dibanding program reguler.

Kita bisa menyimpulkan bahwa pendidikan kita sejalan dengan ekonomi pasar bebas. Sebagai solusinya, kita harus menyadari bahwa pendidikan dan sekolah tidaklah identik dengan mencari kerja. Asumsi sekolah sama dengan mencari kerja adalah akibat budaya pengaruh pragmatisme. 

Mencari kerja bukanlah inti orang belajar dan sekolah. Mencari kerja adalah bagian, bukan tujuan utama orang bersekolah. Belajar dan sekolah adalah untuk memahami kehidupan, memahami bagaimana realitas ekstensial dikonstruksi, memahami bagaimana seharusnya hidup di dan bersama dunia dan bagaimana menjadi subyek di tengah-tengah perubahan sosial. Inilah inti pendidikan. 

Demikain tulisan ini, semoga bermanfaat untuk kita semua .... terimakasih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun