Mohon tunggu...
Hsu
Hsu Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang manusia biasa

Somewhere Only We Know

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ketika Ibu-ibu dan Pelajar di Bawah Umur Mengemudi

26 Maret 2014   00:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:29 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang saya tuliskan ini lebih ke arah unek-unek soal Ibu-ibu dan juga para pelajar yang masih di bawah umur mengemudikan kendaraan di jalan raya. Itu awalnya... berawal dari unek-unek saya saat sedang mengemudikan motor atau mobil bersama Isteri Tercinta (dalam hal ini saya yang berperan sebagai pengemudi). Sepanjang jalan yang saya lalui bisa di kira sebagai orang gila yang mengemudi sambil bicara mengumpat sendiri. Dan awalnya saya sering di bilang bawel dan cerewet oleh isteri sendiri akibat saya suka ngedumel sendiri ketika menyaksikan fenomena Ibu-ibu dan para pelajar di bawah umur mengemudikan kendaraan.

Dan ketika akan menuliskan ini pun mulai dari huruf pertama di atas, saya sudah siap dengan resiko bakal ditimpuki, dicaci maki, bahkan jika disumpahi pun saya siap. Disumpahi sama siapa? ya sama Ibu-ibu yang senang berkendara ataupun oleh pelajar dibawah umum yang sedang gatel naik motor, khususnya motor matic.

Apaan emang unek-uneknya? Sepertinya lebih enak jika saya menyajikannya berupa cerita-cerita dari selama beberapa bulan yang lalu.

Pertama dan yang paling sering saya amati selama mengemudi selama beberapa bulan ini semenjak motor matic makin kayak kacang goreng baik jumlah maupun harga jual (beli) kredit yang makin mendekati harga kacang goreng kiloan. Apa sih yang pertama... yang pertama ini adalah Bahwa Ibu-ibu dan juga para pelajar di bawah umur ini kalau keluar dari gang atau jalan komplek dan akan menikung biasanya langsung menikung tanpa berusaha untuk berhenti sejenak sambil tengok kanan-kiri. Itu motor sudah seperti tak ada remnya. Maka itulah akhirnya saya jadi menyebut motor matic itu adalah motor tanpa rem. Sebenarnya bukannya tanpa rem... remnya sih lengkap depan belakang... tapi ya itulah kalau yang mengemudikan Ibu-ibu dan para pelajar di bawah umur jadi seolah tak ada remnya. Alhasil ketika mereka menikung dengan cara seperti itu sudah pasti saya ataupun pengendara lainnya yang sedang melaju lurus jadi gelagapan dan mengocok-ngocok pedal rem kaki maupun rem tangan. Dan yang paling ngejengkelin adalah ketika sudah hampir ketabrak akibat ulah mereka menikung tanpa rem, mereka cuma bisa cengegesan tanpa berpikir apa akibat yang akan terjadi akibat ulah mereka yang berkendara tanpa mengerti aturan kapan harus berhenti sejenak.

Itu bawel dan cerewet yang pertama yang di label ke diri saya oleh isteri karena seringnya mengumpat akibat kejadian pada paragraf di atas. Terus apa kelanjutannya.

Yang kedua dan baru saja saya saksikan kembali beberapa hari yang lalu, ceritanya saya sedang mencari kantor kecamatan (karena kebetulan lagi ngebet pengen cepet punya KTP baru yang sudah 4 bulan gak jelas kabar ceritanya dari RT yang lebih memilih jadi tim sukses seorang caleg dari sebuah partai terkemuka di Republik ini - preeettt lah kepentingan warga sendiri jadi di nomor duakan). Dari kejauhan sekitar jarak 50 meteran saya melihat seorang Bapak sudah memberikan Lampu Sein Kanan pertanda si Bapak akan berbelok dan masuk ke sebuah gang di sebelah kanan dan si Bapak sudah mulai mengarahkan motornya agak ke tengah perlahan sambil sesekali menengok ke belakang untuk memastikan bahwa laju berbeloknya akan aman. Dan saya pun menyaksikan seorang Ibu yang mengendarai motor matic sambil membawa seorang anaknya di bagian depan motor, sementara di kiri kanan jalan sedang ramai para pedagang kaki lima. Namanya Ibu-ibu tetap aja walaupun sedang naik motor, matanya tetap jelalatan ke barang-barang dagangan yang disajikan para pedagang di pinggir jalan. Alhasil si Ibu pun tetap nyelonong ketika si Bapak yang akan menikung dan sudah memberikan lampu sein sejak dari jarak lumayan tetap tertabrak oleh si Ibu yang meleng dan tak memperhatikan jalan karena matanya jelalatan. Akibat kejadian itu, Si Bapak yang sudah menerapkan aturan berlalu lintas jadi ngusruk bungsrut akibat si Ibu yang matanya meleng menabraknya dari belakang. Kontan saja si Bapak marah-marah... eh ternyata malah galakkan si Ibu yang salah itu. Akhirnya saya menepi dan membantu si Bapak untuk bangun terlebih dahulu. Kemudian saya jelaskan kepada si Ibu bahwa saya melihat hal ini dari jarak yang tak terlalu jauh dan saya jelaskan bahwa yang salah adalah si Ibu karena tak memperhatikan tanda-tanda lampu yang diberikan si Bapak. Tapi ya dasar orangnya semaunya sendiri dan mau menang sendiri malah berlalu sambil ngomel-ngomel tanpa mau mengakui kesalahan. Preeettt lah kataku.

Yang selanjutnya... saya perhatikan di jalan-jalan utama di kota saya tinggal ini pun kerap kali memperhatikan para pelajar di bawah umur berkendara dengan motor matic untuk pulang dan pergi ke sekolah ataupun sedang menuju ke mana gitu. Nah mereka ini kerap tak menggunakan helm, banyak juga yang pada ngebut dan selap-selip tanpa aturan dan paling ngejengkelin jadi balik ke point pertama yaitu bahwa itu motor matic seolah gak ada remnya. Tapi ada satu lagi yang paling menjengkelkan adalah ketika mereka berboncengan hinga lebih dari dua orang dan mereka semuanya termasuk yang mengemudi pun mengemudi dengan sebelah tangan sambil sebelah tangannya sibuk dengan smartphone nya... Preetttt.

Dari seringnya menyaksikan hal-hal itu, sering pula saya bercerita pada Isteri mengenai hal-hal di atas... ya tetap aja dia malah menyalahkan saya juga yang terlalu mengkritik orang lain. Kalimatnya sih memang benar dan akhirnya saya diam aja lah... tapi eh dasar ada tapinya hehehe beberapa hari yang lalu gantian dia yang menyaksikan kejadian di jalan raya yaitu kecelakaan akibat kecerobohan seorang Ibu ketika akan menyeberang perempatan dengan motornya. Menurut cerita isteri bahwa si Ibu yang membawa motor matic ingin menyeberang perempatan ke jalan di seberangnya, dan si Ibu langsung nyelonong tanpa mau berhenti sejenak untuk tengok kiri kanan memastikan aman dari laju kendaraan dari kiri kanan. Alhasil akibat si Ibu ini mengendarai motor matic tanpa mau mengerem dan mengambil simpelnya saja alias nyelonong... ada seorang Bapak dari arah kanan yang baru saja pulang dari menjemput anaknya dari sekolah sampai ngerem mati-matian dan tetap saja akibat ngerem mendadak agar tidak menabrak si Ibu yang nyelonong akhirnya jatuh dan anaknya si bapak yang di bonceng jadi tertiban motor dan jatuhnya motor si Bapak itu pun hampir saja mengenai isteri saya yang waktu itu sedang berjalan kaki sepulang membeli buah-buahan. Dan menurut isteri si Ibu yang bawa motornya nyelonong cuma cengegesan tanpa rasa bersalah dan berlalu begitu saja sementara si Bapak yang jatuh marah-marah sambil teriak-teriak. Ketika isteri bercerita pada saya... kembali Preeetttt terlontar dari mulut saya.

Ini yang terjadi di kota saya, dan sepertinya hanya terjadi di kota saya... entah di kota atau daerah lainnya mengenai tren Ibu-ibu dan pelajar di bawah umur ketika berkendara di jalan raya. Jujur sekarang saya takut jika saat berkendara di kiri kanan depan belakang saya ada Ibu-ibu atau pelajar di bawah umur mengendarai motor... lebih baik saya berhenti sejenak agar mereka jaraknya agak jauh dari kendaraan yang saya kemudikan.

Kalau pelajar di bawah umur berkendara saya yakin mereka belum memiliki Surat Izin Mengemudi, sedangkan untuk Ibu-ibu mungkin sebagian sudah memiliki dan sebagian belum. Hanya saja bagi Ibu-ibu khususnya, mereka ini kurang sekali pemahamannya akan rambu-rambu lalu-lintas dan feeling mereka saat mengemudi belum benar-benar terlatih. Resiko kecelakaan akibat hal ini jadi besar sekali.

Ya sudah lah jika dituliskan terus nantinya malah jadi panjang. Yang pasti, para petugas yang bertugas di jalan raya agar lebih memperhatikan hal ini. Dan Sosialisasi mengenai rambu-rambu dan aturan berlalu-lintas memang perlu di perbanyak khususnya bagi Ibu-ibu dan juga pelajar di bawah umur yang kini sedang tren dengan mengendarai motor matic sambil berkaca mata kodok, tanpa helm, dan asik beronline ria sambil mengemudi dengan smart phonenya yang segede-gede batu bata.

Sambil Ngopi di lantai dua,

~Hsu~

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun