Mohon tunggu...
PPI TIONGKOK
PPI TIONGKOK Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Sejarah Perjalanan Diplomasi Nusantara

5 Januari 2019   13:07 Diperbarui: 5 Januari 2019   13:29 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia, salah satu penggagas berdirinya lembaga ASEAN 8 Agustus 1967 di Bangkok. DI ASEAN Indonesia banyak memberikan masukan atau ide seperti penegakan HAM, pembentukan komunitas keamanan se-Asia Tenggara, serta anjuran adanya pergelaran budaya atau kunjungan antar delegasi negara secara berkala.

Dalam bidang ekonomi, Indonesia merupakan bagian dari anggota ekonomi Asia Pacific Economic Coorperation (APEC). Sebuah organisasi yang memfasilitasi interaksi bisnis dan kebijakan bagi pertumbuhan ekonomi antarnegara Asia Pasifik. Kedudukan Indonesia menonjol pada 1994, yaitu ketika berperan sebagai ketua sekaligus tuan rumah penyelenggaraan APEC. Saat itulah lahir kebijakan Bogor Goals yang membahas perdagangan dan investasi internasional. Sampai kini, kebijakan itu masih menjadi acuan dan ukuran pencapaian bagi para pemimpin APEC.

Sebagai ajang diplomasi untuk Indonesia, baru-baru ini Indonesia menjadi tuan rumah IMF and World Bank Annual Meeting.  Pada perhelatan itu, Pemerintah Indonesia berkomitmen terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan siap berkontribusi secara global. Itu adalah kunci dalam  penuntasan masalah kemiskinan dan rendahnya mutu SDM sebagai pondasi kemakmuran dalam pergerkan ekonomi.  

Peran Indonesia sebagai Pemimpin Regional

Pada tahun 2011, Indonesia ikut serta dalam upaya perdamaian Kamboja dan Thailand. Marty Natalegawa-Menteri Luar Negeri (Menlu) saat itu, melakukan shuttle diplomacy tepat satu hari setelah terjadinya baku tembak antara kedua negara. Marty menemui Menlu Kamboja Hor Nam Hong dan Menlu Thailand Kasit Piromya untuk membicarakan langkah penyelesaian konflik di kedua kawasan Asia Tenggara.

Hal itu bukan yang pertama kalinya bagi Indonesia. Tahun sebelumnya pada 1988 dan 1989, Indonesia menggagas Jakarta Informal Meeting menyikapi konflik antara Kamboja dan Vietnam. Menlu Mochtar Kusumaatmadja disusul Menlu Ali Alatas membawa perwakilan negara tersebut untuk berdiskusi menyelesaikan masalah dalam suasana informal. Sebuah model diplomasi baru khas nusantara.

Baru-baru ini, Mentri Luar Negeri RI, Retno Marsudi datang langsung ke perbatasan kota Yaman dengan misi kemanusiaan dan perlindungan warga negara. Setelah melalui berbagai kesulitan, misi kemanusiaan itu akhirnya dapat mendaratkan pesawat angkatan udara Indonesia  untuk memindahkan WNI di kota Aden ke wilayah aman. Ancaman perang, bom dan tebaran peluru tidak menyutukan semangat  untuk menyelamatkan anak bangsa disana.

Bagaimana diplomasi Indonesia terkait konflik Myanmar ? Pada 4 sepetember 2017 lalu, di Rakhine State, Retno bertemu langsung dengan pemimpin Myanmar Daw Aung San Suu Kyi. Sebagai amanah masyarakat Indonesia dan suara dunia International agar krisis kemanusiaan dapat diselesaikan. Krisis ini telah menjadi perhatian besar masyarakat Internasional. Hasilnya, Pemerintah Myanmar berkomitmen untuk segera mengatasi konflik tersebut.

Indonesia juga berhasil merekomendasikan hasil tersebut kepada PBB dan pemerintah Myanmar untuk  segera mengimplementasikan laporan pertemuan Rakhine State. Akhirnya dibentuk sebuah Komite  Khusus untuk mengawal resolusi Myanmar. Selain itu, pembentukan Aliansi kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) menjadi salah satu cara untuk terus memantau penyelesaian konflik dan  memberi bantuan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan relief.

Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bagaimana diplomasi Indonesia berjalan  sejak sejarah masa lalu. Mulai dari, bagaimana sultan kerajaan dahulu menjalin persahabatan dengan negara-negara dunia. Dan bagaimana Indonesia di Era Demokrasi modern ini menampilkan diri dan mengambil peran dalam dunia politik internasional. 

Saya yakin bangsa Indonesia memang bisa menjadi penengah dan bagian solusi di dalam penyelesaian konflik internasional. Bangsa Indonesia dengan sifat kehati-hatian dan ramah menjadi modal penting dalam mencapai kesepakatan diplomasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun