Mohon tunggu...
PPI TIONGKOK
PPI TIONGKOK Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menyambut Gelombang Baru Digital Ekonomi di Tanah Air

25 November 2018   18:14 Diperbarui: 25 November 2018   19:57 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: td.org | Olah pribadi

Pada tahun 2018, total investasi dalam bidang AI mencapai USD 19.1 milliar, bukti besarnya perhatian dalam pengembangan teknologi ini. Saat ini, perbankan dan institusi keuangan gencar berkolaborasi dengan perusahaan 'digital' dalam upaya migrasi teknologi berbasis AI.

Nah, dengan munculnya fenomena AI dan blockchain, model bisnis perbankan konvensional harus siap mengalami disrupsi. Sejak lama perbankan umum memiliki identitas closed banking dengan akses data terbatas. Di dalam ekonomi digital, ada konsep yang disebut open banking dimana terbukanya akses data yang luas bagi pihak nasabah atau pihak ketiga secara realtime dengan standar terbuka. Penerapan open banking sudah mulai dilakukan dengan hadirnya interface aplikasi pihak ketiga telah digunakan secara massif dan efisien seperti wechat pay dan hellopay.

Berbicara masalah open standard dan transparansi, tentu kita pernah mendengar Bitcoin, bukan? sebuah fenomena crypocurrency yang mengundang banyak perhatian netizen. Pada prinsipnya, Bitcoin ialah fenomena ekonomi digital yang menjadi fase dalam pengembangan industri finansial. Blockchain, teknologi yang berada dibalik Bitcoin, menjadi solusi baru dalam pengembangan industri Fintech dan menjadi penggerak ekonomi digital masa depan. Di Indonesia sendiri, pemerintah masih wait and see dengan fenomena blockchain ini. 

Kunci Sukses Ekonomi Digital di Indonesia.

Pada tahun 2025, nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai US$ 150 miliar atau sekitar Rp2.040 triliun. Untuk mencapai nilai ekonomi yang besar tersebut, penting bagi Indonesia untuk menerapan teknologi digital secara efektif.

Ekosistem bisnis ini memerlukan pengambilan keputusan yang lebih smart berbasis kecerdasan buatan, melalui model yang lebih simple dan melalui kecepatan transaksi berbasis blockchain. Semuanya akan menciptakan konektifitas realtime dalam ekosistem ekonomi berbasis internet ini.

Jika melihat dari sisi penanaman modal, menurut BKPM tahun 2017 investasi dalam bidang ekonomi digital telah encapai US$ 4.8 milliar. 

Nilai yang cukup besar bagi pelaku industri untuk segera mengambil langkah cepat dalam industri digital seperti Fintech, Kecerdasan Buatan, Analisis Data hingga Blockchain. Selain pengembangan teknologi, besarnya investasi harus digunakan untuk penguatan sumber daya manusia sebagai komponen penting dalam bangunan Ekonomi Digital di Tanah Air.

Selain melihat dari sisi inovasi teknologi dan pelaku industri, kesuksesan ekonomi digital ini tentu tidak lepas dari keseriusan Pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Untuk menjalankan roda ekonomi digital, Pemerintah mesti mengambil langkah-langkah agresif untuk membuat ekosistem 'baru' ini benar-benar menjadi engine pertumbuhan era digital. Inilah momen yang tepat untuk mengembangkan ekonomi digital di tengah penetrasi pengguna internet yang sudah melewati 140 Juta pengguna di seantero Nusantara.

McKinsey Global Institute menyebut  Indonesia memiliki sekitar 30 juta online shoppers pada periode 2017, Ini layaknya gelombang baru pertumbuhan bisnis online bidang digital bagi Indonesia. Agar bisa berhasil, kolaborasi antar stakeholders yakni Pemerintah, Pelaku Industri digital, dan Pejabat Perbankan mesti harus positif. Ini menjadi parameter kesuksesan sebuah negara dalam ekosistem the new economy ini.

World Economic Forum tahun 2015 pernah menyebut ekonomi digital adalah kunci pertumbuhan bagi Indonesia. Ini harus disambut sebagai signal positif bagi pelaku Industri dan Pemerintah sebagai katalis utama untuk pertumbuhan industri era baru. SIngkatnya, konsep Fintech, Smart City, Intelligence Commerce hingga E-Tax hanya menjadi khayalan belaka jika tidak ada keseriusan dari para stakeholders dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun