Mohon tunggu...
Santuso
Santuso Mohon Tunggu... Guru - pendidik generasi khoiru ummah

Hai, salam kenal! Saya Santuso, seorang pemuda yang sedang belajar menjadi penulis, linguis, jurnalis, aktivis, dan pendidik Islam ideologis. Konten blog ini saya tulis untuk berbagi inspirasi, informasi, stori, dan nasihat islami. Bila bermanfaat, silakan disebarluaskan. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Pembelajaran Jarak Jauh bagi Siswa, Butuh Peran Orangtua untuk Mengatasinya

22 September 2020   18:26 Diperbarui: 25 Mei 2021   17:38 1588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 saat ini merupakan pandemi yang telah mengubah dunia, termasuk juga dalam bidang pendidikan. Karenanya, pendidikan saat ini dilakukan secara virtual menggunakan jaringan internet. Itulah yang disebut dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dengan adanya PJJ ini, para siswa belajar di rumah dan selalu bergantung dengan ponsel pintar.

Sebagai seorang guru, saya merasakan sendiri kelebihan dan kekurangan dari PJJ ini, yang agak berbeda dengan pengajaran yang dilakukan secara langsung di kelas. Kelebihan PJJ ialah kita merasa lebih aman dari resiko tertular virus Covid-19. Adapun kekurangan dari program PJJ ini salah satunya berdampak kepada siswa. Dampak tersebut setidaknya saya rangkum menjadi 3 poin berikut.

1. Kecanduan Gawai

Karena pembelajaran setiap hari selalu menggunakan ponsel, setiap siswa mau tidak mau harus selalu dekat dengan ponsel. Hal itu ternyata mengakibatkan sebagian dari mereka menjadi kecanduan untuk selalu menggunakan ponsel.

Baca juga : Apakah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Efektif di Indonesia?

Bagi mereka, ponsel pintar adalah alat yang sangat asyik dengan beragam fungsi. Itulah sebabnya, mereka tergiur untuk selalu mengenal lebih dalam dengan "alat yang serba bisa" itu. Adapun kecanduan gawai yang paling umum ialah kecanduan untuk main game. Kecanduan untuk selalu ingin bermain game ini bahkan bisa jadi sangat mengganggu belajar mereka. Hal itu karena ada juga murid yang suka main game ketika jam pelajaran sedang berlangsung.

Dampak negatif dari hal ini sebenarnya bisa dicegah jika orang tua punya atau mencari inisiatif. Orang tua bisa mencari di internet tentang aktivitas-aktivitas menyenangkan yang bisa menghilangkan kejenuhan anak tanpa berhubungan dengan ponsel. Aktivitas tersebut seperti berkebun, berkarya, atau lainnya.

2. Tidak Mengumpulkan Tugas

Berhubung pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka langsung, beberapa murid biasanya lebih menyepelekan tugas yang diberikan oleh guru. Akibatnya, mereka tidak mengerjakan tugas. Akibat ini setidaknya karena tiga faktor, yaitu faktor anak yang bersangkutan, faktor orang tua, dan faktor teknis.

Faktor dari anak yang bersangkutan, seperti anak kecanduan main game sehingga lebih banyak waktunya untuk main game. Penyebab lain yang saya dapati juga ialah si anak lebih tergiur untuk bermain dengan teman-teman di lingkungan sekitar rumahnya. Akibatnya, tugas dari guru terbengkalai.

Baca juga : Covid Note: Percuma PJJ, Pak, Bu, Anak-anak Masih Main di Jalan!

Adapun faktor dari orang tua ialah orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak punya banyak waktu untuk membersamai anaknya saat PJJ berlangsung. Akibatnya, orang tua tidak bisa mengingatkan anaknya untuk mengerjakan tugas tepat waktu. Sedangkan, faktor teknis, beberapa siswa tidak mengumpulkan tugas karena alasan terkendala tidak punya ponsel pintar.

Pada dasarnya, semua kendala-kendala itu bisa diatasi jika guru dan orang tua aktif mencari solusinya. Orang tua jangan segan untuk menyampaikan kendalanya kepada guru. Insya Allah jika semua pihak ikut bekerja sama, kendala itu bisa tertangani.

3. Punya Banyak Kesempatan Mencontek

PJJ ini juga bisa jadi ajang murid untuk mencontek saat ulangan atau ujian. Bukan bermaksud menuduh, saya dan beberapa guru juga merasakan perubahan yang drastis dari beberapa siswa semenjak belajar dari rumah. Beberapa siswa tersebut bisa mendapatkan nilai sempurna. Padahal sebelum pandemi, nilai mereka standar.

Sebagai guru, saya selalu berusaha berbaik sangka. Hanya saja, satu hal yang tidak bisa dielak ialah jawaban ulangan atau ujian dari beberapa murid yang 100% sama dengan LKS, baik dari segi bahasa maupun tanda titik-komanya. 

Begitu pula, saya pernah dapati jawaban tentang sebuah definisi dari seorang murid yang tidak pernah saya ajarkan tentang definisi itu. Bagaimana bisa seorang murid SD bisa menjawab definisi tentang sesuatu, sedangkan definisi yang ditulisnya adalah definisi yang dipakai selevel SMA? Tentu ini bukan jawaban jujur, melainkan mencari di internet.

Baca juga : Nilai Siswa Menurun Selama PJJ, Guru yang Disalahkan?

Para guru termasuk saya hanya bisa berharap semoga orang tua bisa mendampingi anaknya selama ulangan atau ujian berlangsung. Kalaupun orang tua sedang sibuk pada saat itu, berikanlah nasihat dan motivasi kepada anaknya agar menjawab soal ulangan atau ujian dengan jujur. 

Percuma mendapat nilai bagus, jika ternyata pengetahuan tentang pelajaran itu masih kurang. Lebih baik belajar dengan serius, bertanya kepada guru jika tidak mengerti, selanjutnya jawab ulangan atau ujian sesuai kemampuan. Insya Allah, jujur kepada guru membuat ilmu menjadi berkah.

Demikianlah tiga poin dari minusnya PJJ. Semua minus ini sebenarnya bisa dicegah sehingga tidak akan terjadi. Syaratnya ialah semuah pihak, terutama orang tua harus aktif memantau dan membersamai anak selama PJJ ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun