Mohon tunggu...
Adolf Nugroho
Adolf Nugroho Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dilahirkan di Kota Gudeg Jogjakarta. Seorang pendidik, trainer, penulis di majalah SDM dan psikologi. 2,6 tahun mengabdikan diri di bidang pendidikan di Papua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dunia Kerja dan Kita

27 November 2017   16:30 Diperbarui: 27 November 2017   16:38 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia Kerja dan kita

Apa yang menarik yang bisa kita lihat dari dunia kerja zaman sekarang? Mungkin sebagian besar orang masih berpandangan bahwa kota besar masih menawarkan dunia kerja yang menjanjikan. Karena menjanjikan maka dunia kerja dipenuhi dengan persaingan, baik internal maupun persaingan memperebutkan perusahaan yang bergengsi dengan gaji yang besar. Untuk internal sebuah perusahaan, tidak menjadi jaminan persaingan tersebut semulus dan sesehat yang diharapkan. Selalu ada sikap yang kurang etis dalam sebuah persaingan, yang terkadang berujung pada konflik yang berkepanjangan. Dan pada akhirnya menghambat tujuan perusahaan. 

Setiap orang yang bekerja tentu memunyai motivasi dan tujuan yang hendak dicapai. Ada harapan yang membuncah dalam diri setiap orang yang menjadikan pekerjaan sebagai sarana mendapatkan sesuatu. Entah itu materi maupun sebentuk kepuasan batin yang bisa dikategorikan sebagai passion. Dengan segala tantangan yang menyelimuti, persaingan dan apapun bentuknya, "motivasi" mendorong setiap pekerja untuk berprestasi di dunia kerja. Tetapi kita harus sadar bahwa tantangan dunia kerja salah satunya adalah bahwa dunia kerja terdiri dari banyak kepala yang berbeda tujuan. Perbedaan tersebut bisa di dorong karena ambisi atau tujuan pribadi yang hendak dicapai. Karena terdiri dari berbagai macam kepala itulah, tak jarang benturan pun terjadi. Namun ini bukanlah hal yang harus dikuatirkan, karena perbedaan pandangan umum terjadi di dunia kerja yang semakin berubah cepat. 

Dari semua yang sudah kita alami, patutlah kita untuk bersyukur atas pekerjaan ini. Apapun pekerjaan yang dijalani saat ini tak lepas dari siapa kita? Apa maksudnya "siapa kita". Kita hidup dalam dunia dengan berbagai tawaran, dimana tawaran tersebut membantu kita menemukan jalan hidup lewat pilihan pekerjaan. 

Dalam bahasa rohani disebut "panggilan". Banyak orang merasa terpanggil menjalani profesi pekerjaan yang sesuai dengan hati nuraninya. Seorang mistikus abad 15, St Ignatius menawarkan sebuah wawasan yang membantu kita dalam menghayati pekerjaan. Pertama, penghargaan terhadap martabat kerja. Setiap pekerjaan itu bermartabat. Apabila kita lakukan dengan bebas. Dalam dunia kerja, kadang kita merasa ingin mendapatkan "gengsi" disaat kita mendapati apa yang kita lakukan itu dipandang dan dilihat. 

Diluar sana ada begitu banyak orang melakukan pekerjaan yang dipandang sederhana, rendah dan bahkan tak banyak orang tahu. " mengapa engkau bekerja sedemikian keras?"Tanya sang kawan. "Tidak ada orang yang melihatnya". "Tapi Allah akan melihatnya," demikian ia menjawab. Dari sini tentu kita bisa menyimpulkan, bukan? Kedua, kemampuan menerima kegagalan. Bisa dipahami setiap pekerja ingin berhasil dalam pekerjaan. Dorongan berprestasi membuat pekerja melakukannya dengan maksimal. Betul, kita diajarkan untuk merencanakan setiap strategi untuk mencapai keberhasilan. Namun, ada istilah yang dinamakan "realitas situasi". 

Tak peduli betapa keras kita bekerja, ada beberapa hal yang memang tak bisa diubah. Kegagalan tidak terletak pada kemalasan, kebodohan atau perencanaan yang buruk. Ada yang namanya misteri penderitaan di dunia kerja yang terkadang dalam aspek tertentu membuat kita tak berdaya. Itulah mengapa kita membutuhkan spiritualitas kerja. Dengan mengalami spiritualitas di dunia kerja maka kita akan memahami apa itu realitas. Seorang misionaris besar yang mumpuni pun merasa pernah gagal. 

Hanya bedanya  dia bisa menerimanya sebagai realitas dan merefleksikan. Intinya kegagalan jangan sampai membuat anda frustasi. Ketiga, ada ketergantungan kepada Allah. Segala sesuatu yang sudah kita capai dan jalani melulu berkat Allah. Inilah sikap yang membebaskan, dan kita sadar bahwa kita tak bekerja sendiri, kita memiliki mitra dalam karya kita dan lebih dari pada itu, kita juga tak mampu melakukannya sendiri.

Akhirnya menjadi jelas "siapa kita" di dalam dunia kerja. Dunia kerja membentuk kita bertumbuh dalam mental dan pola pikir secara kreatif. Setiap proses yang terjadi dalam pekerjaan membuat kita dihadapkan pada pembelajaran baru. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Dalam terminologi "rohani" kita adalah co creatorAllah untuk membuat dunia ini berubah lebih baik. Pergumulan manusia dalam realitas dunia kerja memang tak lepas dari saling jatuh menjatuhkan, namun tak berarti dunia kerja merupakan lahan "gladiator". Justru karena kita adalah co creatorAllah, maka tugas kita untuk melanjutkan karya penciptaanNya. Lewat ide, gagasan dan menjadi SDM  yang kreatif bisa dihandalkan atau bekerjasama dengan tim adalah sarana mewujudkan karyaNya secara konkret. 

Inspired by spiritualitas Ignasian dalam keseharian

Created by Adolf Bramandita 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun