Mohon tunggu...
Stingkiyawaty ali
Stingkiyawaty ali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aruwa sebagai Budaya Nyata Provinsi Gorontalo

6 Desember 2022   22:07 Diperbarui: 21 Januari 2023   14:24 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gorontalo merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Sulawesi. Gorontalo sendiri adalahhasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2000 silam. Daerah ini dikenal dengan sebutan "Serambi Madinah" dan memegang teguh "Aadati hula-hula'atosara'a, sara'a hula-hula'atokuru'ani". Yang artinya "Adat bersendikan Syara', syara' bersendikan Al-quran". Provinsi Gorontalo ini dihuni oleh mayoritas agama islam, maka tidak heran jika sebutan Serambi Madina diberikan di provinsi ini.

LATAR BELAKANG

Indonesia kaya akan budaya, suku, ras, dan agama. Hal ini menjadikan Provinsi Gorontalo juga memiliki budaya leluhur yang akan terus dilestarikan oleh masyarakat yang ada. Salah satu budaya tradisional yang masih melekat pada masyarakat Gorontalo adalah doa arwah atau lebih dikenal dengan doa aruwa. Tradisi ini telah ada sejak lama, dengan tujuan mengirimkan doa kepada kerabat yang telah berpulang. Aruwamemiliki makna yang sangat erat, dari segi spritual maupun agama.

METODE PENELITIAN

Artikel ini menggunakan metode study literatur, dengan menjadikan buku sebagai wadah informasi yang digali.

HASIL PENELITIAN

Aruwa atau Mongaruwa ini dilakukan masyarakat Gorontalo di saat malam ke 3,5,7,20 dan 40 hari setelah kematian. Sebagian masyarakat ada juga yang melaksanakan selama 7 malam berturut-turut, malam ke 20,40 dan hari ke 100. Penyajian Aruwa pun berbeda, penataan hidangan di buat membentuk lingkaran memanjang mengelilingi keluarga dan tamu undangan.

Di Gorontalo, tradisi aruwa ini hanya dilaksanakan oleh Nahdatul Ulama, saudara kita Muhammadiyah tidak melaksanakan aruwa ini. Akan tetapi, tidak menjadi masalah atau pertentangan di masyarakat.

Yang dihidangkan dalam aruwa pun beragam, dan terdapat beberapa hidangan harus disediakan seperti nasi merah, nasi kuning, pisang, garam micin dan cabe yang tersaji pada 1 tempat. Hidangan wajib ini tidak hanya 1 akan tetapi bisa mencapai 5. Selain itu di depan imam, terdapat baki lobohu atau tempat bara. Ini merupakan salah satu alat yang penting saat akan melaksanakan aruwa. Di dalam tempat bara ini, terdapat kemenyan, dan air segelas yang menandakan masyarakat Gorontalo percaya kehidupan itu bergantung pada alam contohnya air. Kemenyan diperuntukkan dibakar di atas bara.

Aruwa akan dipimpin oleh imam yang akan membacakan doa-doa. Biasanya saat sedang berlangsung aruwa ini, ada beberapa keluarga yang akan secara tidak langsung terbawa dalam alunan doa ini, badannya akan bergetar seraya melantunkan kalimat "Lailahaillah", banyak masyarakat yang menyakini bahwa pihak keluarga melihat arwah orangyang meninggal. Hal ini sering terjadi ketika aruwa dilaksanakan, tidak perlu dikhawatirkan karena akan berhenti sendiri nya ketika imam mulai berhenti.

Tetangga akan berkumpul bersama keluarga yang berduka sebagai rasa kekeluargaan yang melekat pada masyarakat, hal ini juga bertujuan agar keluarga yang berduka berkurang rasa sedihnya karena rumah ramai akan tetangga sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun