Outdoor Advertising kini memasuki babak baru. Perlahan billboard sudah mulai uzur/menua. Perkembangan teknologi dan kebiasaan masyarakat juga membuat metode ini mulai dianggap “kuno”.
Billboard atau papan reklame beberapa tahun yang lalu memiliki posisi yang cukup kuat dalam industri advertising, disamping iklan di televisi dan media cetak. Karakteristiknya yang cenderung besar, berada di tiap sudut jalan, dan desain yang eye catching dapat menarik perhatian orang yang melintas di dekatnya. Kita masih ingat bagaimana persaingan antara dua brand penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia dengan billboard mereka yang bersebelahan saat itu menjadi perhatian banyak orang dan menjadi pembicaraan khalayak ramai. Pada akhirnya, promosi tersebut berujung pada meningkatnya jumlah pengguna jasa keduanya.
Namun ketika perkembangan teknologi semakin canggih, serta dunia digital yang mudah dijangkau siapa saja, penggunaan billboard lambat laun mulai dimakan oleh zaman. Di kota-kota besar, penggunaan papan reklame yang masif pada saat ini dianggap mengganggu wajah kota. Belum lagi banyaknya papan reklame liar yang terpaksa ditertibkan karena tidak memiliki izin. Di Bandung, setidaknya 120 reklame ilegal ditertibkan. Di Jakarta, Ahok melarang pemasangan reklame pada Jembatan Penyebrangan Orang (JPO). Situasi seperti ini membuat strategi iklan lewat medium billboard semakin tertekan.
Akibatnya, para pelaku pengiklan pun rugi. Pesan tidak tersampaikan akibat billboard yang harus minggat karena tidak berizin. Biaya besar yang harus dikeluarkan juga membuat tidak semua perusahaan bisa mengakomodir cara yang satu ini. Padahal, setiap perusahaan khususnya perusahaan baru butuh sarana efektif untuk memperkenalkan diri dan juga memasarkan produknya.
Kebiasaan pengemudi mobil khususnya di kota-kota besar secara tidak langsung juga menurunkan efektivitas billboard. Saat ini, hampir semua pengguna mobil selalu melihat handphone ketika terjebak macet. Kebanyakan dari mereka menghabiskan waktunya dengan berselancar di dunia maya. Melihat media sosial, bahkan mengunjungi situs belanja online. Kebiasaan ini mengakibatkan mereka kurang peduli terhadap billboard di samping jalan.
Keadaan seperti ini mendorong hadirnya solusi outdoor advertising yang lebih efektif . Outdoor advertising yang tidak berdiri kaku, namun terus menerus berjalan menghampiri target audience. Outdoor advertising yang tidak sekedar “nampang”, namun memiliki analisa yang dalam terkait seberapa efektif iklan anda beredar. Seperti apakah solusinya?
To be Continued