Mohon tunggu...
stevia oka zaki
stevia oka zaki Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tholabul 'ilmi fii sabilillah

Dimana ada kemauan pasti ada jalannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa Itu Hubungan Internasional?

19 Oktober 2019   21:02 Diperbarui: 19 Oktober 2019   21:05 2264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mungkin masih banyak diantara kita belum paham tentang arti Hubungan Internasional yang sebenarnya dengan definisi yang pasti. Mengingat ilmu sosial merupaka ilmu yang selalu mengalami perubahan sehingga setiap individu memiliki cara pandang tersendiri serta sulit untuk didefinisikan secara khusus. 

Sebagaimana dikatakan Chris Brown dan Kristen Ainley, HI adalah studi tentang hubungan negara-negara (relations satates). Dalam arti sempit, hubungan internasional dapat pula dimaknai sebagai aksi dan reaksi di antara negara-negara berdaulat yang diwakili oleh para elite yang berkuasa di negara-negara tersebut (international relations are action and reactions among sovereign states as represented by their governing elites).[1]

 Tokoh berpengaruh yang mendifinisikan hubungan internasionalpun tidak hanya dua tokoh yang telah disebutkan diatas beserta dengan pendapatnya, tokoh lainnyapun ikut mendefinisikan seperti Hans Morgenthau. 

Menurut Hans Morgenthau hubungan internasional adalah, international relations is a struggle for power among nations (hubungan internasional merupakan perjuangan untuk kekuasaan di antara bangsa-bangsa).[2] Setelah beberapa tokoh mengemukakan pendapatnya mengenai hubungan internasional, dua tokoh lainnyapun juga menambahkan definisi hubungan internasional seperti Robert H. Jackson dan Georg Sorensen. 

Menurut Robert H. Jackson dan Georg Sorensen studi HI merupakan studi tentang hubungan dan interaksi antarnegara, termasuk aktivitas-aktivitas dan kebijakan-kebijakan pemerintah nasional, organisasi-organisasi internasional (IGO), organisasi-organisasi non-pemerintah (NGO), dan perusahaan-perusahaan multinasional (MNC).[3] 

 Menurut pernyataan Robert H. Jackson dan Georg Sorensen tersebut mereka menegaskan bahwa hubungan internasional tidak hanya ilmu yang berhubungan antara satu negara dengan negara lainnya. 

Hubungan internasional adalah ilmu yang mempelajari negara dengan negara lainnya beserta aktor-aktor hubungan internasional lainnya seperti organisasi antar-pemerintah (IGO), organisasi non-pemerintah (NGO) serta perusahaan-perusahaan Multinational (MNC). 

Tidak hanya aktor-aktor yang telah disebutkan sebelumnya yang berperan, dalam hubungan internasional terdapat aktor-aktor lainnya yaitu adalah industrialis, pemodal besar, raja, media, aktivis selebriti, tokoh agama, olahragawan terkenal, tetapi bisa juga tokoh kriminal (mafia). Yang demikian disebut juga dengan the super-empowered individual.[4] 

Aktor-aktor individu dapat mempengaruhi hubungan internasionalpun dengan caranya masing-masing diantaranya adalah dengan menggunakan uang, otoritas moral, keahlian dan lain sebagainya.[5] Berbagai macam cara dilakukan oleh aktor-aktor individu agar dapat berpengaruh di dalam suatu negara sesuai dengan latar belakangnya masing-masing. 

 

            Masyarakat dunia juga harus mengetahui bahwa aktor negara tidak hanya terbagi menjadi beberapa bagian sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. Aktor lainnya adalah adanya kelompok kejahatan (criminal groups). Beberapa contoh criminal groups atau kelompok kejahatan internasional adalah Yakuza di Jepang, Triad di China, Mafia di Italia, atau kartel-kartel narkoba di Amerika Latin (contohnya kartel Sinaloa di Meksiko dan kartel Cali di Kolombia).[6] Aktor kejahatan internasional seperti ini sangat membahayakan masyarakat sipil dan bahkan dapat merubah kebijakan suatu negara jika negara tersebut sudah dinyatakan sebagai negara gagal failed state sebagai contoh adalah negara Afghanistan. Terjadi demikian karena lemahnya benteng pertahanan suatu negara sehingga negara kecolongan akan otoritasnya dan sangat mudah untuk dimasuki tangan-tangan tak bertanggungjawab seperti teroris di Afghanistan. Meskipun faktor utama terjadinya negara gagal bukan hanya karena teroris namun ini merupakan salah satu upaya negara agar tidak mudah dimasuki atau bahkan dikendalikan oleh kelompok kejahatan (criminal groups) seperti teroris. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun