Di sinilah pentingnya menyalakan kamera saat online class. Dengan nyalanya kamera, dosen dapat menarik kesimpulan apakah mahasiswanya benar-benar paham materi yang dijelaskan atau tidak, dari gesture atau non-verbal komunikasi yang mereka gunakan. Jadi, yang pura-pura memperhatikan, yang hanya iya iya saja, dan yang pandangannya kosong pun dapat ketahuan oleh dosen.
Jadi, apakah menyalakan kamera saat pelajaran urgensinya penting? Ya, jelas penting sekali. Tapi, apakah mahasiswa mau menyalakan kameranya secara sukarela? Tentu tidak, karena alasan tertentu dari setiap mahasiswa tadi yang ingin melakukan aktivitas lain di luar pembelajaran.
Maka dari itu, tak sedikit dosen yang "mewajibkan" mahasiswanya menyalakan kamera sebagai syarat pencatatan kehadiran. Hal ini pun terbukti cukup efektif dan dapat ditiru oleh para Kompasianer yang berprofesi sebagai dosen serta memiliki keresahan yang sama.
2. Agar Tercipta Komunikasi Dua Arah antara Dosen dan Mahasiswa
Sudah seharusnya dan wajib hukumnya, bahwa komunikasi dua arah adalah salah satu aspek yang harus terpenuhi dalam sistem belajar mengajar. Baik dari dosen maupun mahasiswa, kedua pihak harus memberikan responnya masing-masing.
Namun fakta di lapangan dalam proses implementasi sistem belajar online, nampaknya komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa belum begitu terwujud. Saat ini, hanya terjadi interaksi satu arah yakni dari dosen ke mahasiswa, tanpa ada feedback atau balasan dari mahasiswa terhadap dosen.
Hilangnya interaksi dari mahasiswa kepada dosen gara-gara tidak ada yang menyalakan kameranya, menyebabkan banyak dosen yang merasa kecewa. Dosen merasa hanya berbicara dengan tembok, lantaran mahasiswanya hanya diam seperti tembok dan tidak memberikan respon apa pun. Entah mereka mengerti atau tidak.
Padahal seharusnya, setelah dosen memberikan materi atau menjelaskan sesuatu, mahasiswa dituntut kritis dan turut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Partisipasi aktif tersebut dapet berupa tanggapan dengan menjawab "ya" atau "tidak", bisa juga dengan memberikan pertanyaan, dan juga bisa mendebat penjelasan dosen tersebut apabila dirasa ada kekeliruan yang harus diluruskan.
Maka dari itu, dosen menginginkan para mahasiswanya membuka kamera serta microphone nya, agar mereka tergerak melakukan interaksi atau feedback tersebut. Karena kalau kamera mahasiswa dimatikan, mereka cenderung merasa tidak memiliki kewajiban untuk menjawab ataupun merespon pertanyaan atau penjelasan dari para dosen.
3. Menghindarkan Mahasiswa Melakukan Kegiatan Diluar Proses Pembelajaran
Ya, seperti yang sudah saya singgung sedikit di awal, persoalan mahasiswa yang menyalahgunakan kepercayaan dari dosen inilah yang membuat para dosen akhirnya gerah dan mulai mempertanyakan keputusan mahasiswa yang memilih untuk mematikan videonya.
Perilaku mahasiswa yang tidur-tiduran sambil kelas, masuk kelas namun nonton drakor/anime, dan banyak masih banyak tingkah melenceng lainnya, tidak hanya menyia-nyiakan ilmu yang diberikan para dosen saja, namun juga sudah merendahkan para dosen tersebut.