Mohon tunggu...
Steven Anthony Kristianto
Steven Anthony Kristianto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Kolese Kanisius

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bioplastik sebagai Solusi Masalah Plastik Dunia

13 Oktober 2022   21:08 Diperbarui: 13 Oktober 2022   21:18 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Limbah Plastik. Sumber ilustrasi : Freepik

Permasalahan Kegunaan Plastik

Setiap hari nyaris tidak mungkin seorang manusia melepaskan diri dari menggunakan plastik. Dengan kepraktisan dan murahnya harga kemasan plastik, hampir semua kebutuhan manusia diwadahi oleh plastik. Plastik merupakan hasil sintesis yang memiliki banyak jenis, seperti polyethylene (PE), polypropylene (PP), polyethylene terephthalate (PET), maupun polystyrene (PS). Kegunaannya dalam kehidupan manusia pun bervariasi, mulai dari pembungkus bubur ayam, peralatan makanan, kantong plastik untuk berbelanja, pipa, hingga mainan anak-anak. Artikel tersebut ditulis oleh Elisa Agri Elfadina melalui wartaekonomi.co.id.

Walaupun memiliki banyak kegunaan, plastik memiliki satu masalah utama yang tidak bisa diabaikan. Hal tersebut adalah bahwa plastik sukar untuk diurai secara alamiah sehingga memerlukan ratusan hingga ribuan tahun untuk terurai secara penuh. Plastik yang bermanfaat karena kepraktisannya telah menjadi pencemar lingkungan utama di masa modern saat ini. Faktanya, Indonesia termasuk salah satu negara yang menghasilkan sampah plastik terbanyak di dunia, sebesar 64 juta ton per tahun. Dilansir dari Indonesia.go.id, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sebanyak 3,2 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sementara itu, 85.000 ton atau 10 miliar lembar kantong plastik dibuang ke lingkungan setiap tahunnya. Setelah Tiongkok, Indonesia memiliki tingkat pencemaran sampah plastik tertinggi kedua di lautan. Sampah plastik merupakan ancaman bagi banyak aspek kehidupan, khususnya biota laut dan keseimbangan ekosistem laut, sehingga bukan merupakan suatu keadaan yang patut dibanggakan. Penulis artikel ini adalah Wahyu Ardiyanto dan dapat diakses melalui rumah.com.

20 tahun kedepan, permasalahan ini akan tetap ada jika tidak ditemukan suatu solusi untuk mengatasi permasalahan plastik di Bumi. Oleh karena itu, dibutuhkan peneliti-peneliti yang bisa mencari solusi permasalahan tersebut. Peneliti-peneliti ini bisa bervariasi, namun yang akan berdampak terhadap pengurangan penggunaan plastik konvensional adalah peneliti bioplastik. Peneliti bioplastik akan mencari alternatif plastik yang dapat terurai lebih cepat secara alamiah. Dengan menggunakan bioplastik, manusia masih bisa menggunakan kantong plastik seperti biasanya, namun bioplastik akan lebih bersahabat bagi lingkungan sekitar.

Bioplastik sebagai Alternatif

Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan plastik adalah dengan penggunaan 'Biodegradable Plastic', atau yang sering dikenal sebagai bioplastik. Bioplastik merupakan suatu jenis plastik yang dapat terurai secara penuh oleh mikroorganisme sehingga menjadi ramah lingkungan. Bioplastik aman saat dibakar karena tidak melepaskan senyawa kimia berbahaya, berbeda dengan plastik konvensional. Dikarenakan produk sampingan mikroorganisme dari dekomposisi meningkatkan nutrisi di dalam tanah, bioplastik, ketika terkubur di dalam tanah, justru akan meningkatkan kesuburan tanah. 

Secara keseluruhan, bioplastik terbuat dari bahan baku yang dapat diperbaharui, contohnya adalah tandan kosong kelapa sawit dan cangkang kerang hijau yang telah diproses. Dikarenakan oleh pengaruh mikroorganisme, struktur kimia bioplastik akan berubah, yang juga akan berdampak pada kualitasnya dan memungkinkan dekomposisi tanah dengan mudah.

Salah satu kekurangan bioplastik adalah bahwa biaya produksinya lebih mahal ketimbang plastik konvensional. Selain itu, bioplastik memiliki daya tahan yang lebih minim, tidak sekuat dan sefleksibel plastik konvensional. Bahkan bioplastik masih kurang bisa menahan panas, sehingga penggunaannya konon masih terbatas. Walaupun demikian, jika dilihat dari sisi tujuan, bioplastik masih akan menjadi solusi yang bagus untuk mengatasi permasalahan penggunaan plastik sintetis karena lebih mudah terurai secara alamiah. Artikel ini ditulis oleh Huyogo Simbolon melalui liputan6.com.

Pembuatan dan Penelitian Bioplastik

Sampai saat ini, sudah terdapat banyak sekali jenis bioplastik yang diteliti. Tentu juga, cara pembuatannya bervariasi. Fieger menyatakan bahwa ada berbagai metode untuk memproduksi bioplastik, dikutip dari studilibrar.com. Salah satunya menggunakan bahan utama berbasis selulosa atau pati untuk biosintesis. Berikut ini adalah tata cara pembuatan bioplastik berbahan dasar pati:

  • Mencampurkan pati dalam jumlah kecil (10-20%) dengan plastik tradisional (PE atau PP).
  • Mencampurkan pati dan PCL, atau turunan minyak bumi lainnya, dalam proporsi yang sama (50%).
  • Mencampurkan pati dengan zat seperti protein kedelai, gliserol, alginat, lignin, dan lain-lain sebagai plasticizer melalui proses ekstrusi.


Bioplastik Bagaikan Permainan Puzzle

Proses penelitian dan pembuatan bioplastik memanglah suatu hal yang rumit. Seorang peneliti bioplastik bagaikan seorang anak yang bermain "puzzle jigsaw". Terdapat berbagai jenis bagian puzzle yang perlu disusun sehingga bisa menghasilkan suatu gambar yang lebih besar. Bisa saja satu bagian tidak dapat terintegrasi dengan bagian lainnya, sehingga perlu mencoba dengan kombinasi lainnya. Begitu pula dengan seorang yang menggeluti profesi peneliti. Terdapat banyak sekali unsur-unsur dan senyawa yang bisa digabung dan dipecah untuk menghasilkan sesuatu yang lebih besar, baik secara nilai ekonomis, hingga nilai kegunaannya. Tidak ada penelitian yang sekali coba langsung jadi. Perlu adanya mencoba dan tentunya kegagalan adalah hal yang wajar. Sehingga mencoba kembali dan tidak mudah putus asa sangat diperlukan oleh seorang peneliti bidang bioplastik.

Plastik telah menjadi kebutuhan keseharian manusia. Kegunaanya telah membantu manusia di berbagai bidang kehidupan, seperti pembungkus makanan, peralatan makanan, kantong plastik, kabel fiber, pipa, hingga mainan anak-anak. Keberagaman kegunaan ini dan juga harga produksi yang ekonomis telah mengakibatkan produksi plastik secara massal. Namun, hal ini justru bisa membahayakan Bumi karena plastik konvensional pada umumnya membutuhkan ratusan tahun untuk terurai secara penuh. Pada akhirnya produksi dan penggunaan plastik secara berlebihan telah  mengakibatkan berbagai permasalahan di Bumi, seperti pencemaran tanah dan air. Tentunya apabila permasalahan ini tidak teratasi, manusia akan tetap menggunakan plastik konvensional secara berlebihan dan membahayakan kehidupan di Bumi, termasuk manusia itu sendiri. Oleh karena itu akan dibutuhkan peneliti di berbagai bidang untuk mengatasi permasalahan plastik di dunia ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun