Mohon tunggu...
Ahmad afif
Ahmad afif Mohon Tunggu... Afif

fleksibel adalah kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sikap Muslim Dalam Keberagaman Indonesia

19 April 2025   06:53 Diperbarui: 19 April 2025   06:53 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Signature Sumber: Dokumen Rumahan

Indonesia sebagai jamrud khatulistiwa pada masanya karena hijaunya alam yang ditopang dengan kekayaan hayati menimbulkan pancaran kehijauan dari atas planet bumi sehingga laksana jamrud yang memancar. Belum lagi gugusan pulau yang mencapai ribuan terhampar luas mulai dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Miangas sampai Rote; tidak terbantahkan. Sumber kekayaan alam tersebut juga telah melandasi kekayaan budaya tidak terkecuali konteks agama sebagai latarnya. Hal tersebut membuat Indonesia sangat lengkap dari dua sisi antara sumber daya alam dan manusia.

Potensi tentu saja ada melihat agama yang juga hadir menjadi sendi-sendi keberagaman di bumi nusantara. Salah satunya islam sebagai agama terbesar populasinya ke dua setelah kristen di dunia, namun beda cerita data yang ada dibagi kedalam kristen katolik dan protestan, islam akan menjadi agama terbesar populasinya di dunia. Di Indonesia, islam dengan populasi besarnya melebihi agama lain patut menjadi pengayom bagi minoritas. Kebesaran Islam jangan lantas menjadi aroma tak sedap di taman bunga dalam bingkai rajutan persatuan dan kesatuan. Tidak sedikit gerakan yang telah tercipta dengan menyasar pola mindset dan actionset guna ingin membuat sporadis rajutan tali persatuan dan kesatuan bangsa ini. Namun, para tokoh agama lagi-lagi memantapkan langkah harmonisasi kedalam riak-riak tersebut dengan terus menggelorakan semangat persatuan dan toleransi antar umat bergama. Solusinya adalah ajaran yang harus terus menerus digelorakan oleh para tokoh agama untuk tiada henti-hentinya mengingatkan ke segala lapisan masyarakat agar terus menjaga kebhinekaan dengan harmonis.

Tentu saja, banyak pola yang digunakan oleh setiap kelompok dalam mengamalkan ajaran islam tidak terkecuali dengan konsep yang telah diusung oleh para ulama' dengan mensinergikan konsep tawasuth, ta'adul dan tawazun. Keseluruhan konsep tersebut dirangkai lagi dalam ulasan wasathiyah. Islam sebagai agama samawi terakhir harus dapat membuat pola sinergitas antara agama dengan realitas. Segala bentuk konsep realitas yang ada pada setiap golongan tentunya harus mengedepankan konsep wasathiyah ini agar benar-benar rasional untuk menyikapi segala probelamtika yang ada di era zaman yang semakin kompleks.

Sikap moderat yang mengusung tema wasathiyah dapat digelorakan dengan beberapa implementasinya yaitu: ( ) dan  ( ), pemaduan antara dua hal yang berbeda dan realistis. Sikap tersebut yang akan menjadi enginer dalam mentransmisi nilai-nilai pada implementasi konsep wasathiyah agar dapat dilaksanakan dengan baik. Karena dalam hadits nabi Riwayat Bukhori juga disebutkan:

"Sebaik-baik persoalan adalah sikap moderat" (HR. Bukhori).

Sifat yang baik dan berorientasi positif tentunya akan menjadi landasan pada konsep moderat. Moderasi dalam islam perlu mengejawantahkan persoalan yang dilakukan dengan analisis komponen terlebih dahulu yang kemudian akan dinarasikan melalui mindset serta actionset untuk menyikapi kedholiman dan kebathilan, dalam redaksi yang lain dapat pula diasumsikan konsep tengah-tengah tersebut antara artinya antara beku dan mendidih. Interpretasinya tentu dapat kita cerna dengan baik dengan istilah anget-anget kuku dan sebagainya.

Selanjutnya, pemaduan antara dua hal yang berbeda misalnya jasmani dan rohani yang harus mendapatkan perhatian keduanya. Islam tidak hanya melihat hanya jasmani yang terpenting dalam hidup namun keselarasan dengan rohani adalah keharusan. Jangan sampai asupan nutrisi hanya untuk kebutuhan anggota tubuh saja yang mestinya asupan tersebut juga dibutuhkan oleh hati setiap muslim demi mensinergikan antara kesehatan dhohir dan bathin, dengan raga yang sehat maka akan kuat dalam menjalankan aktivitas sedemikian juga rohani yang cukup akan memancarkan aura positif baik dalam pikiran dan cara kerja setiap muslim. Sehingga sekompleks apapun seluruh permasalahan maka akan ada solusinya. Terakhir adalah realistis, hal ini layak kita sandingkan dengan thulil 'amal yakni berangan-angan tanpa didasari dengan akal sehat dalam mencapainya, bukan berarti sama dengan sebuah impian dan cita-cita, thulil 'amal akan terjadi dikala seorang muslim membuat target namun tidak ada usaha sama sekali.

Seluruh konsep wasathiyah tersebut sudah seharusnya diaplikasikan dengan baik oleh setiap muslim, patutlah kita berkaca pada beberapa tokoh yang tidak perlu kita ulas satu persatu telah berhasil mensinergikan agama dengan konsep wasathiyah ini, apa hasilnya? Sebuah keharmonisan ditengah-tengah keberagaman Indonesia tanpa meninggalkan sedikitpun nilai-nilai ubudiyyah. Agama sudah sepantasnya berada pada jalur yang sesuai dengan melihat unsur syariah, aqidah dan akhlaq yang notabene akan bisa membaca secara rasional tentang realitas kehidupan.

Syariah merupakan jalan sebagai koridor serta rambu-rambu dalam beragama sementara seluruh aspek realitas kehidupan terus berjalan, kontekstual dengan istinbathul hukmi dari alquran dan sunah yang ditransmisikan oleh ushul fiqih lantas menjadi sebuah produk hukum fiqih yang nantinya akan menjawab segala realitas persoalan yang ada. Aqidah melambangkan nilai-nilai keimanan dalam setiap sanubari dalam mempercayai rukun iman beserta segala aspek realitas untuk tetap berada pada jalan yang sesuai. Terakhir, akhlaq yang bahasa umumnya sering dikenal dengan etika atau moral. Perlu menjadi catatan bahwa diatas syariah ada akhlaq, bahkan misi utama Rasulullah diturunkan oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlaq.

Harapan pasti ada, Negara Indonesia yang menjadi rumah kita merupakan anugerah dari Allah SWT melalui perjuangan serta sejarah panjang sehingga para ulama' serta founding fathers negeri ini bersikeras untuk mencari jalan tengah bagaimana konteks agama dapat dirasionalkan dalam persoalan falsafah bernegara, akhirnya lahirlah Pancasila sebagai salah satu jariyah para pendiri bangsa yang didalamnya juga terdapat Ulama' yang sangat paham betul bagaimana merefleksikan konsep wasathiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun