Mohon tunggu...
Steven Bandong
Steven Bandong Mohon Tunggu... Ilmuwan - Engineering Physics-Indonesia-Christianity

a researcher in AI-CA Laboratory ITB

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Amarah Si Kristen

14 Mei 2018   11:16 Diperbarui: 14 Mei 2018   11:18 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada pagi hari Minggu13 Mei 2018 tiga gereja di Surabaya dibom. Ada sepuluh orang yang meninggal dan 41 lainnya terluka. Banyak orang Kristen merespon dengan sedih dan menyatakan bahwa harus sabar dan mengampuni. Tetapi umat Kristen juga harus merespon dengan amarahnya! Kebebasan beribadah, keamanan,  rumah ibadah dan orang yang kita kasihi direnggut. Jika kita tidak marah maka sesungguhnya kita menganggap rendah nilai hal-hal baik itu.

Banyak orang kristen merespon dengan mengedepankan kasih dan mengampuni terhadap peristiwa biadab ini. Saya setuju bahwa kita harus mengampuni dan mengasihi musuh-musuh namun apakah kita tidak boleh menyuarakan kemarahan  karena saudara-saudara kita dilukai,dibunuh dan rumah ibadah di bom?

Mungkin karena kesadaran diri sebagai kaum agama minoritas sehingga kita menilai tidak pantas untuk menyuarakan kemarahan terhadap terorisme yang mana berkedok agama mayoritas. Ini karena kita mengkotak-kotakkan diri kita sebagai agama Kristen, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu dan Islam sehingga jelaslah siapa minoritas dan mayoritas.

Namun mengapa tidak kita menilai diri kita sebagai Bangsa Indonesia? Bukankah dengan demikian kita menjadi mayoritas bersama saudara yang sebangsa? Sehingga mereka yang anti Pancasila, para teroris itulah yang menjadi minoritas. Kitalah bangsa Indonesia dengan Ideologi Pancasila. Bersama-sama, bergandengan tangan antar agama, kitalah mayoritas di masyarakat Indonesia. Tidak ada perasaan rendah diri sebagai agama yang kecil. Sehingga wajar bila sebuah agama kecil menyatakan kemarahannya ketika hak-haknya diganggu secara brutal.

Namun bentuk kemarahan seorang kristen BUKANLAH dengan melakukan aksi kekerasan balasan, mengangkat senjata dan balik melawan. Seorang Kristen dapat menyuarakannya pikirannya tentang ketidak setujuannya terhadap terorisme kepada umum seperti tulisan ini. Namun  terutama seorang Kristen akan menyerahkan amarahnya kepada Tuhan sebab pembalasan adalah hak Tuhan.

Dalam kitab Roma 12:19 dikatakan  "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." 

Pemerintah adalah salah satu alat Tuhan untuk membalaskan perbuatan ini. Karena itu hendaklah pemerintah didukung dalam upaya untuk pemberantasan terorisme.

Dalam doa agar Tuhan membalas, haruslah tetap diingat bahwa Yesus memerintahkan untuk mengasihi musuh dan mengampuni mereka yang berbuat salah(Matius 5:44;6:12). Sehingga dalam doa itu terpancar juga permohonan agar teroris-teroris ini bertobat. Kita haruslah menyadari bahwa kita juga adalah orang berdosa yang menikmati pengampunan yang besar dari pengorbanan Isa Almasih.

Keinginan untuk melihat mereka bertobat harus lebih besar daripada keinginan melihat pembalasan yang mengerikan dari Tuhan.

Jadi seorang Kristen dapat menyuarakan kemarahannya terhadap aksi bom ini namun BUKAN dengan kekerasan . Ia harus menyerahkan pembalasan kepada Tuhan. Ia mendukung upaya pemerintah untuk menghukum teroris. Ia membenci paham TERORISME tetapi ia mengharapkan para TERORIS bertobat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun