Mohon tunggu...
Ws Gulo
Ws Gulo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menyalurkan emosi dengan menulis diiringi alunan musik piano adalah salah satu kebahagiaan sederhana bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Tikus Busuk

2 April 2014   21:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13964222031344304320

[caption id="attachment_318161" align="aligncenter" width="300" caption="http://weinterrupt.com"][/caption]

"Kau tahu, ini bukan tempat aman lagi untuk menghabisi waktu atau bahkan sekedar membuang-buang waktu. Tempat ini sudah berbeda sekarang. Aku mungkin akan pergi dan tinggal di tempat lain. Tenang dan bebas menjalani hari-hariku," kata Ardian padaku.

"Loh kenapa? Bukankah tempat ini menjadi tempat yang begitu kau gemari dahulu?," tanyaku keheranan.

"Itu dulu. Sekarang sudah berubah," katanya dengan tatapan kosong.

Siang yang panas ini hanya menghembuskan angin yang kering dan gerah. Tak ada tanda-tanda akan turun hujan.

"Bahkan perubahan itu tidak berlangsung lama John. Sebentar dan sangat cepat. Lebih cepat dari kesadaranku sendiri," katanya melanjutkan.

"Tinggal dua minggu lagi dan kau akan tahu apa hasil dari perjuanganmu. Hal yang sunggu aneh jika tiba-tiba kau mau pergi dan meninggalkan kota ini. Aku bahkan mendukungmu menentukan sikapmu yang mau memperjuangkannya," kataku sambil menatap tajam matanya.

"Hahaha!!!" Ardian tertawa, lalu menggeser sedikit badannya ke sandaran kursi dan bersandar.

"Kau tahu John? Aku akan menyesali keputusanku waktu itu seumur hidupku. Ya, mungkin seumur hidupku," kata Ardian padaku dengan nada sesal yang pekat.

"Loh apa yang terjadi?" kataku keheranan. Aku mulai penasaran dengan sikap pria di depanku ini sekarang.

"Ya, mungkin seumur hidup aku menyesali keputusan ini. Kau tahu aku kan John? Pernah berkata, seumur hidup tidak akan ikut campur urusan yang seperti itu? Mereka akan tetap menjadi tikus-tikus busuk dan bau anyir. Tapi entah mengapa aku melanggar janjiku sendiri. Lalu memperjuangkan calon tikus busuk yang satu ini!!" katanya padaku dengan suara yang sudah meninggi. Dia bahkan tidak mempedulikan keterkejutanku atas perubahannya sikapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun