Mohon tunggu...
Rosalia Fergie Stevanie
Rosalia Fergie Stevanie Mohon Tunggu... Penulis - penulis

Dunia Tanpa Sekat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Di Dalam FTV, Tata Krama "Nuwun Sewu" Malah Ditertawakan....

18 Oktober 2014   21:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:32 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siang ini (lagi-lagi) saya menonton sebuah FTV yang menurut saya pribadi cukup merendahkan harga diri orang lain. Mungkin akan ada orang yang berpikir, kalau tidak suka, ganti channel saja! Okey ganti channel memang mudah tapi bukan itu masalahnya.

Kenapa ya perbedaan gaya orang kota dengan pendatang dari desa atau kampung selalu dijadikan bahan komersialisasi tetapi dalam bahasa "buruk rupa"? Lalu adakah anda berpikir tentang pengaruhnya terhadap pembentukan karakter bagi anak-anak, dengan terlalu sering menonton tayangan seperti itu? Bisa jadi mereka akan terbiasa melihat sosok orang desa sebagai pelayan, pembantu, dan lain-lain, melihat penampilan kuno dan gak gaul layak ditolak, diejek dan juga ditertawakan bahkan jika itu saudaranya sendiri.

FTV siang ini persis seperti sinetron Diam-Diam Suka pada tayangan perdananya dahulu. Anak desa datang ke kota, bersekolah, berpenampilan cupu, menerima perlakuan luar biasa kejam dari teman-temannya, bullying. Ya, meski ditutupi dengan karakter polos, baik, dan cerdas, juga sabar, tapi perilaku bullying bisa lebih berbekas di pikiran penonton daripada segala sisi kebaikan hati.

Ada beberapa hal yang saya nilai sangat buruk dalam FTV itu :

1.  Seorang gadis remaja bernama Minah (katanya dari desa di kaki gunung merapi) ketemu seorang cowok Jakarta. Memandang si Minah dari bawah sampai atas (rok panjang, rambut kepang), dia berkata," Lo dari kampung ya? keliatan tauk, medok!"

Dimana ya rasa menghargai orang lain meskipun penampilannya gak gaul, apalagi rasa menghargai perempuan yang sedang cari alamat waktu malam hari? Inilah tabiat menilai orang berdasarkan apa yang tampak dari luar. Oh ya apakah para pembuat tayangan tersebut tahu jika saat ini tidak semua gadis desa mau berpenampilan sepolos itu. Ya, itulah pengaruh media yang menyebar pengaruh-pengaruh tentang pentingnya "Gaul ala metropolitan" supaya terhindar dari bullying!

2. Bosan, lagi-lagi cerita serupa... orang kampung yang ditolak mentah-mentah oleh saudaranya sendiri. Sadarkah anda jika pengaruh tema atau ide cerita ini bisa membentuk karakter sedari anak-anak untuk menilai orang desa sebagai sosok "katrok", selalu identik dengan pelayan, pedagang, pembantu, kotor, kuno, dan sebagainya?

Percuma menutupi itu dengan akhir kebaikan hati dan kesadaran sebab bahasa penghinaan di awal cerita punya pengaruh lebih kuat daripada penutup manisnya.

3. Kalimat-kalimat mengerikan dan langsung menohok identitas kesukuan diucapkan dengan nada mengejek, misalnya,"Jawir!", "dasar kampung", "kampungan", "katrok", dan sebagainya, pada akhirnya kuat menjadi trend termasuk bagi anak-anak dan remaja. Dunia pendidikan, tempat segala bullying dalam sinetron dan FTV, seolah gagal menanam keteladanan tentang cara menerima perbedaan dengan ketulusan hati

4. Satu hal yang cukup parah adalah ketika di sekolah, Minah berjalan menunduk dan mengucapkan "nuwun sewu" dua cowok tertawa keras sementara yang lain melihat dengan tatapan aneh, jijik. Wah, budaya sopan santun anak muda terhadap orang yang berusia jauh lebih tua, menjadi bahan ejekan...

Seperti apakah Komisi Penyiaran Indonesia merespon hal ini? beberapa kali saya juga coba mengkritisi konten yang tak mendidik secara khusus terhadap persoalan terkait konten persinggungan S.A.R.A dan kekerasan ala pelajar, namun sepertinya tak pernah berujung teguran untuk episode-episode tersebut. Contoh ketika saya dulu melayangkan protes terkait adegan sinetron DDS saat seorang tokohnya diikat di pohon, berseragam, rame-rame diejek serta hampir disiksa. Luput dari pantauan, rupanya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun