Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Eksposisi 1 Korintus 13:4-7 (Bagian 2)

30 April 2018   23:19 Diperbarui: 21 Juli 2018   15:14 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam artikel sebelumnya sudah disinggung bahwa daftar karakteristik kasih di 13:4-7 kemungkinan diperoleh Paulus dari sumber lain, namun sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keadaan jemaat Korintus. Berdasarkan hal ini, penafsiran detail terhadap tiap karakteristik harus memperhatikan persoalan apa yang sedang terjadi di jemaat Korintus.

Kasih itu tidak memegahkan diri (ou perpereuetai)

Kata dasar “perpereuomai” hanya muncul sekali di Alkitab. Dalam tulisan Yunani kuno di luar Alkitab, kata “perpereuomai” muncul dengan arti “membual”. Kata ini muncul dalam konteks retorika kuno tatkala puji-pujian atau sanjungan berlebihan diberikan pada seseorang sebagai bumbu-bumbu pidato. Berpijak pada penggunaan seperti ini, terjemahan “memegahkan diri” (LAI:TB) atau “membanggakan diri” (NIV/ESV “boast”) belum sepenuhnya mengekspresikan poin yang ditekankan dalam kata “perpereuomai”. Ini bukan tentang pemegahan diri atas suatu realita. Ini hanya pembualan yang tidak berdasar atau tidak sesuai dengan kenyataan.

Tidak sulit untuk melihat bagaimana jemaat Korintus telah gagal dalam karakteristik kasih ini. Mereka lebih memilih persuasi retorika Yunani daripada salib Kristus (1:18; 2:1-5). Mereka mengagungkan hikmat duniawi yang kosong daripada hikmat salib yang menyelamatkan (1:23-24; 2:7). Mereka lebih tergiur dengan bentuk luar yang menarik daripada isi yang berbobot. Lebih parah lagi, di atas semua dasar yang goyah inilah mereka membanggakan diri (1:29, 31)! Dengan kata lain, jemaat Korintus telah terjebak pada “pembualan rohani”: melebih-lebihkan sesuatu yang sebenarnya kosong.

Kasih mendorong kita untuk menerima diri sendiri apa adanya. Kasih membuat kita tidak malu mengakui kelemahan-kelemahan kita, bukan malah menyangkali semua kelemahan itu atau menutupinya dengan bualan yang kosong. Kelemahan-kelemahan itu justru menjadi pengingat tentang kasih karunia Allah dalam diri kita (1:25-29). Akui kelemahan kita, berubahlah oleh kekuatan Allah. Itulah kasih.

Kasih itu tidak sombong (ou physioutai)

Secara hurufiah kata ini berarti meniup atau menggelembungkan sesuatu (KJV/ASV “It is not puffed-up”). Berbeda dengan bualan (perpereuomai) yang lebih mengarah pada ketidaksesuaian dengan kenyataan, kesombongan (physioo) lebih ke arah pelampauan batasan (4:6, 18-19). Orang yang sombong mungkin memang memiliki sesuatu untuk disombongkan, misalnya pengetahuan teologis tertentu yang mereka yakini sebagai kebenaran (8:1). Kalau bualan hampir pasti terlihat dari luar, kesombongan kadangkala mengambil kedok tindakan yang terlihat rendah hati (Kol. 2:18). Dengan kata lain, kesombongan juga menyoroti hati seseorang.

Menilik pemunculan kata “physioo” di Alkitab, kesombongan merupakan dosa yang serius di jemaat Korintus. Dari tujuh kali pemunculan kata “physioo” di Perjanjian Baru, enam di antaranya ditemukan di 1 Korintus (4:6, 18, 19; 5:2; 8:1; 13:4). Jemaat Korintus menyombongkan diri atas orang lain (4:6, 18-19). Mereka tidak mau mempedulikan orang lain (8:1, 7).

Berbeda dengan kesombongan yang bersifat egosentris, kasih justru terfokus pada orang lain (8:1). Kesombongan menempatkan kita di atas orang lain dan diri kita yang sebenarnya, sedangkan kasih meletakkan kita di bawah orang lain untuk memahami dan melayani mereka. Kesombongan dan kasih tidak mungkin duduk berdampingan. Yang satu akan meniadakan yang lain.

Kasih itu tidak melakukan yang tidak sopan (ouk aschemonei)

Sebagian versi Inggris menerjemahkan “aschemoneo” dengan “kasar” atau “tidak sopan” (NKJV/NIV/ESV). Terjemahan ini tampaknya terlalu sempit. Kata “aschemoneo” bisa merujuk pada segala tindakan yang tidak pantas dan hina. Kata kerja ini muncul di 7:36 untuk perbuatan yang tidak senonoh terhadap seorang gadis (berkaitan dengan dosa seksual). Kata benda “aschemosyne” muncul dalam konteks homoseksualitas (Rom. 1:27) dan ketelanjangan (Why. 16:15). Kata sifat “aschemon” digunakan di 1 Korintus 12:23 untuk bagian tubuh yang tidak elok (baca: tidak pantas untuk diperlihatkan). Berdasarkan analisa kosa kata ini, terjemahan tradisional “tidak pantas” (KJV/ASV “unseemly”) lebih baik dipertahankan (juga LAI:TB “yang tidak sopan”). Jadi, apa saja yang dipandang hina oleh masyarakat atau mengakibatkan kehinaan bagi orang lain harus dihindari oleh mereka yang memiliki kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun