Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksposisi 1 Korintus 12:31

27 April 2018   10:41 Diperbarui: 21 Juli 2018   16:01 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayat ini memiliki dua fungsi sekaligus. Di satu sisi, nasihat Paulus di ayat 31a merupakan penutup bagi pembahasan sebelumnya (12:1-30). Di sisi lain, ayat 31b merupakan transisi ideal bagi topik kasih di pasal 13. Melalui ayat ini Paulus ingin mengajarkan bahwa menginginkan dan mengejar karunia tertentu tidak selalu keliru, namun hal itu harus dilakukan dengan cara yang tepat. Karunia-karunia rohani bukan alat untuk mengejar status sosial maupun spiritual tertentu, melainkan sarana untuk mengasihi orang lain.

Usaha memperoleh karunia-karunia yang lebih utama (ayat 31a)

Bagian yang pendek ini mengandung beragam kesulitan yang perlu diputuskan dahulu sebelum kita bisa memahami maksud Paulus di ayat ini. Yang pertama berkaitan dengan tata bahasa. Kata “zeloute” (LAI:TB ‘berusahalah untuk memperoleh’) bisa berbentuk kata kerja indikatif (pernyataan) maupun imperatif (perintah). Jika ini adalah indikatif, maka Paulus hanya sekadar menyinggung apa yang sudah dilakukan oleh jemaat Korintus (ayat 31a), dan ia hanya memberikan nasihat tentang hal lain yang lebih baik (ayat 31b). Jika imperatif yang benar, maka Paulus sedang memerintahkan jemaat untuk memperoleh karunia-karunia yang lebih utama.

Beberapa penafsir mengambil pilihan yang pertama. Persoalan dalam jemaat Korintus menurut mereka adalah ambisi yang berlebihan atas karunia-karunia tertentu. Di tengah situasi seperti ini Paulus tidak mungkin memerintahkan mereka untuk mengejar karunia rohani. Mereka tidak perlu diajar untuk mengejar karunia-karunia rohani yang lebih utama. Justru karena ambisi itulah mereka saling berselisih.

Pembacaan yang lebih teliti akan menghasilkan penafsiran yang berbeda. Kata “zeloute” muncul beberapa kali dalam pembahasan Paulus tentang karunia rohani (14:1, 39). Dalam dua teks ini “zeloute” jelas berbentuk imperatif. Mengingat bentuk kata kerja yang digunakan dan konteks pembicaraan di 12:31, 14:1 dan 14:39 adalah sama, tidak ada alasan untuk menerjemahkan “zeloute” di 12:31 secara berbeda dari yang lainnya. Dalam hal ini semua penerjemah terlihat sepakat untuk mengambil “zeloute” sebagai kata perintah.

Kesulitan kedua dalam 12:31 adalah nuansa dari perintah Paulus. Sebagaimana kita ketahui, Paulus beberapa kali menggunakan bahasa sindiran dalam surat 1 Korintus (misalnya 4:8-13). Ia beberapa kali menyitir ucapan jemaat Korintus, lalu mengoreksi ucapan itu (6:12; 8:1, 4; 10:23). Mungkinkah perintah di 12:31a bersifat sindiran (misalnya “kejarlah karunia-karunia rohani yang kamu anggap lebih besar, hal itu akan semakin memperburuk keadaanmu!”), sedangkan 12:31b sebagai koreksi terhadap hal itu?

Sekali lagi, pemunculan kata “zeloute” di 14:1 dan 14:39 yang tidak mengandung nada sindiran tampaknya mengarah pada kesimpulan sebaliknya. Paulus terlihat bersungguh-sungguh dengan perintahnya di 12:31a. Lagipula, tidak ada indikasi apapun bahwa di ayat 31a Paulus sedang mengutip ucapan jemaat Korintus. Sebagai tambahan, fungsi 12:31 sebagai transisi bagi pembahasan tentang kasih (13:1-13) akan terlihat sedikit janggal apabila Paulus memaksudkan 12:31a sebagai sebuah sindiran yang sarkastik.

Kunci untuk memahami semua ini terletak pada kata “ta charismata ta meizona” (LAI:TB ‘karunia-karunia yang paling utama’; KJV ‘karunia-karunia terbaik’; ESV ‘karunia-karunia lebih tinggi’; NASB/NIV ‘karunia-karunia yang lebih besar’). Apakah yang dimaksud dengan karunia-karunia yang lebih utama ini? Sebagaimana kita sudah bahas dalam artikel sebelumnya, walaupun semua karunia berasal dari Roh yang sama (12:11), namun beberapa karunia bisa dikatakan lebih utama daripada yang lain dari sisi manfaat bagi orang banyak. Beberapa karunia memiliki manfaat langsung bagi banyak orang, misalnya rasul, nabi, guru, dan nubuat (12:28; 14:4-5). Sebaliknya, beberapa karunia – misalnya bahasa roh – lebih berkaitan dengan manfaat untuk diri sendiri (14:2), kecuali kalau ada orang lain yang menerjemahkannya untuk jemaat (14:5, 13). Intinya, berbeda dengan jemaat Korintus yang memanfaatkan karunia rohani untuk keutamaan dan kesombongan diri sendiri, Paulus justru mengajarkan keutamaan dari karunia-karunia tertentu dalam memberikan manfaat bagi jemaat.

Kesulitan ketiga tentang 12:31a adalah nasihat yang terkesan anthroposentris (berpusat pada manusia). Di bagian sebelumnya Paulus baru saja menjelaskan bahwa pemberian karunia rohani ditentukan oleh Allah sepenuhnya (12:4-6, 7, 11, 18, 24, 28). Bagaimana mungkin ia memerintahkan jemaat untuk mengupayakan hal tersebut? Bukankah orang Kristen bersikap pasif dalam hal pemberian karunia-karunia rohani dari Allah?

Bagi Paulus, kedaulatan Allah dalam menetapkan karunia-karunia rohani tidak bertentangan dengan upaya orang percaya dalam memperoleh hal itu. Ia bahkan menggunakan kata “zeloute” yang mengandung arti yang lebih tegas daripada sekadar “berusaha memperoleh” (kontra LAI:TB). Beberapa versi Inggris dengan tepat memilih terjemahan “earnestly desire” (NASB/ESV), “desire earnestly” (ASV), “eagerly desire” (NIV), atau – bahkan – “strive for” (NRSV). Kata dasar “zeloo” muncul di 13:4 dengan arti “cemburu” (juga 2Kor. 11:2; Yak. 4:2). Kata yang sama digunakan Paulus sebagai rujukan untuk upaya yang giat dari pengajar sesat dalam menipu jemaat (Gal. 4:17-18). Dari data ini terlihat bahwa “zeloute/zeloo” menyiratkan usaha yang sungguh-sungguh. Ini bukan sekadar keinginan yang biasa, tetapi hasrat yang besar. Ini bukan hanya menyiratkan upaya yang seadanya, tetapi keseriusan dan kedisiplinan (bentuk present tense dari kata perintah “zeloute” menyiratkan usaha yang terus-menerus).

Bagaimana cara kita mengupayakan karunia rohani yang lebih utama? Paulus akan menjawab: berdoa! (14:13). Sebagian gereja modern sudah mendorong jemaat mereka untuk berdoa agar diberi karunia rohani tertentu. Persoalannya, mereka justru mendoakan karunia bahasa roh yang tidak secara langsung dan tidak secara jelas membangun jemaat lain. Dengan kata lain, mereka sedang mengejar karunia yang tidak utama. Mereka seharusnya ‘berambisi’ untuk karunia-karunia rohani yang membawa manfaat besar bagi orang lain. Paulus berkali-kali mendorong jemaat untuk menginginkan nubuat daripada bahasa roh (14:1, 5, 24, 31, 39), karena nubuat lebih berguna bagi seluruh jemaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun