Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksposisi 1 Korintus 12:27

23 April 2018   09:30 Diperbarui: 22 Juli 2018   02:41 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun yang lalu ada sebuah tren di Amerika Serikat yang disebut car worship. Jemaat yang datang ke gereja dengan mengendarai mobil akan berhenti di lapangan parkir gereja, kemudian tidak ikut masuk ke dalam gedung gereja untuk mengikuti ibadah. Dengan demikian, mereka tinggal menunggu di mobil dan menikmati sound system yang bagus serta sudah disediakan layar yang lebar untuk beribadah dari dalam mobil. Ada salah satu orang yang menikmati cara ibadah seperti ini bahkan sambil mengkonsumsi hamburger dan soft drink.

Gagasan ini mungkin dimaksudkan untuk kebaikan tertentu, misalnya supaya suami (yang belum Kristen) yang mengantar istrinya bisa menunggu sambil mendengarkan firman Tuhan. Mungkin juga dimaksudkan untuk menjangkau orang-orang lain yang mungkin alergi terhadap gereja. Terlepas dari motivasinya yang terlihat baik, sebuah pertanyaan tetap muncul di benak: apakah kebijakan ini bisa menciptakan sebuah gereja yang benar-benar mewujudkan tubuh Kristus? Saya yakin jawabannya adalah tidak.

Tren lainnya adalah beberapa orang Kristen yang menghindari ibadah di gereja dan hanya beribadah di depan televisi atau di depan komputer sambil ikut memuji Tuhan. Mereka menganggap yang penting adalah mendengarkan firman Tuhan. Bahkan di beberapa internet worship sudah disediakan bank account untuk persembahan secara online. Mungkin beberapa orang nyaman-nyaman saja dengan cara seperti itu. Mungkin orang-orang itu adalah orang yang tidak nyaman kalau harus bertemu dengan orang lain dan diusik privasinya. Privasi adalah salah satu alasan mengapa banyak orang pergi ke gereja yang besar dan menghindari gereja yang kecil. Pertanyaannya tetap sama: apakah tindakan semacam itu pantas dilakukan oleh anggota tubuh Kristus? Saya yakin tidak. Mengapa? Karena tubuh Kristus melibatkan banyak aspek yang akan kita pelajari bersama-sama dari 1 Korintus 12:27.

Ada perbedaan pendapat di kalangan para penafsir tentang posisi ayat itu. Sebagian penafsir memandang ayat ini sebagai penutup bagi paragraf sebelumnya (12:21-27). Sebagian memilih untuk meletakkan ayat 27 sebagai pembuka bagi paragraf sesudahnya (12:27-31). Jika ayat 27 dipahami sebagai penutup bagi paragraf sebelumnya, maka pendahuluan dari paragraf selanjutnya ada di ayat 28. Ini adalah sebuah kejanggalan. Berdasarkan pemunculan kata ganti penghubung “dan yang/kai hos” dalam teks Yunani di awal ayat 28, kita sebaiknya memperlakukan ayat 27 sebagai pendahuluan bagi ayat 28-31. Frasa “dan yang” yang mengawali anak kalimat tidak mungkin dipahami sebagai kalimat pertama.

Jika opsi di atas diterima, maka ayat 27 termasuk dalam bagian penutup di ayat 27-31. Tentu saja, ini menyimpulkan semua pembahasan Paulus di pasal 12. Penafsiran ini turut didukung dengan diulangnya beberapa ide [tubuh Kristus (12:12, 27), Allah sebagai penentu keragaman (12:6, 18, 24, 28), dan keragaman karunia rohani (12:7-10, 28-30)] dalam ayat 27-31 yang sudah pernah dibicarakan sebelumnya.

Penjelasan ini menghantar kita untuk mengetahui alur berpikir Paulus. Hari ini kita hanya akan menyoroti ayat 27: “kamu semua adalah tubuh Kristus, dan masing-masing adalah angotanya” (LAI:TB). Apakah artinya gereja sebagai tubuh Kristus? Kita akan mencoba menjawab pertanyaan ini dengan memperhatikan ayat 27 secara seksama. Hampir setiap kata dalam ayat ini mengandung makna teologis yang penting. Kita akan belajar lima hal tentang gereja sebagai tubuh Kristus.

Konsep tubuh Kritus berhubungan dengan setiap gereja lokal

Pertama, konsep gereja sebagai tubuh Kritus berhubungan dengan setiap gereja lokal. Dalam teks Yunani, ayat 27 dimulai dengan kata ganti “hymeis (lit. ‘kalian’) este”. Penggunaan subjek secara eksplisit seperti ini tidak diperlukan, karena kata kerja Yunani sudah mengandung subyek di dalamnya. Jika kita menemukan struktur kalimat yang memiliki subjek tersendiri semacam “hymeis” ini, penekanan biasanya terletak pada identitas subjek ini. Karena ditambah dengan kata kerja “adalah”, maka penerjemahannya akan menjadi: “Kalian, kalian, adalah tubuh Kristus...” Subjek “kalian” di dalam kalimat itu tersirat di dalam kata kerja dan juga muncul secara eksplisit. Hal ini secara tata bahasa Yunani tidak diperlukan. Jadi mengapa Paulus memunculkan kata “kalian” sebanyak dua kali?

Di dalam kaidah bahasa Yunani, pemunculan subjek yang eksplisit bertujuan untuk memberikan penekanan atau untuk mengontraskan sesuatu. “Kalian, kalian, ‘bukan yang lain’ adalah tubuh Kristus.” Sesuai konteksnya, Paulus tampak tidak sedang mengontraskan sesuatu. Paulus sedang memberikan penekanan bahwa jemaat Korintus memang adalah tubuh Kristus. Dengan kata lain, Paulus sedang menunjukkan bahwa metafora di ayat 13-26 berbicara tentang mereka. Paulus bisa saja mengkalimatkannya seperti ini, “Gereja adalah tubuh Kristus.” Sebuah kalimat yang sangat umum sekali. Walaupun metafora itu berlaku untuk jemaat-jemaat lain di berbagai tempat, tetapi di ayat 27 Paulus ingin menandaskan bahwa ia sedang berbicara tentang jemaat Korintus. Paulus tidak mau kehilangan poin bahwa dia bukan sedang berbicara tentang gereja secara umum, tetapi penekanannya terletak pada gereja secara lokal di Korintus.

Bagi Paulus, konsep tentang gereja sebagai tubuh Kristus bukan bersifat teoritis dan abstrak. Konsep ini bersifat praktis dan relevan untuk setiap gereja. Konsep ini bukan untuk dibicarakan saja, melainkan juga untuk diterapkan dalam gereja setempat. Setiap gereja lokal adalah tubuh Kristus. Konsep gereja sebagai tubuh Kristus bukan hanya digunakan secara doktrinal. Apakah konsep ini sudah terealisasi di dalam gereja kita masing-masing?

Inilah kelemahan dari orang Kristen. Konsep yang indah tidak selalu menghasilkan praktik yang indah. Gereja sebagai tubuh Kristus adalah sebuah kebenaran yang luar biasa. Kenyataannya, jarang di antara kita yang benar-benar mendaratkan konsep itu di dalam kehidupan setiap jemaat lokal. Menyadari kebersamaan semua gereja tidaklah salah. Kesatuan gereja secara universal adalah konsep yang penting. Namun hal ini bukan pengganti bagi kebersamaan pada tingkat lokal. Bagaimana kita mampu menciptakan kebersamaan sejati dalam tingkat universal kalau kita tidak memulainya dari tempat kita masing-masing?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun