Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksposisi 1 Korintus 12:21-26

17 April 2018   12:31 Diperbarui: 29 Juli 2018   21:50 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata sambung ‘jadi’ di awal ayat 21 (LAI:TB) menimbulkan kesan bahwa bagian ini adalah penutup atau kesimpulan dari bagian sebelumnya. Hal ini tidak tepat. Beberapa versi Inggris secara tepat memilih untuk menerjemahkan kata sambung “de” dengan ‘dan’ (KJV/ASV/NASB, kontra NRSV/RSV/NET yang tidak menerjemahkan kata ini sama sekali). Berdasarkan penggunaan kata “de” secara umum dan pertimbangan konteks, kita memang sebaiknya memilih ‘dan’. Jika ini menjadi pilihan kita, maka ayat 21-26 dapat dipahami sebagai kelanjutan dari ayat 16-20.

Kalau di bagian sebelumnya (ayat 16-20) Paulus lebih menyoroti metafora tubuh dari perspektif anggota yang lemah (mereka merasa kurang berharga dan tidak menjadi bagian integral dari tubuh), sekarang di ayat 21-26 ia lebih memandang dari sisi anggota yang kuat (mereka merasa penting dan tidak membutuhkan anggota yang lain). Paulus menjelaskan mengapa sikap ini salah (ayat 22-24a). Ia juga menerangkan tujuan ilahi di balik keragaman anggota tubuh (ayat 24b-26).

Perasaan superior (ayat 21)

‘Mata’ dan ‘kepala’ di ayat ini dikontraskan dengan ‘tangan’ dan ‘kaki’. Sebagian besar penafsir meyakini bahwa arah pembicaraan dari mata ke tangan dan dari kepala ke tangan menyiratkan perspektif dari atas. Mata dan kepala menyiratkan posisi kepemimpinan (tuan atau orang kaya), sedangkan tangan dan kaki merujuk pada jemaat dalam kelompok pekerja (buruh atau budak). Ini merupakan contoh bagaimana perasaan superior telah membuat sebagian jemaat merasa tidak membutuhkan orang lain.

Sekilas kita mungkin bingung dengan arah pembicaraan Paulus di sini, karena konteks pasal 12-14 adalah persoalan seputar keragaman karunia roh, bukan keragaman status sosial. Kesan ini ternyata salah. Paulus juga menggunakan metafora tubuh dalam konteks keragaman secara sosial (12:13 Yahudi-Yunani, orang bebas-budak). Jadi, aplikasi metafora ini cukup luas, karena sumber perpecahan dalam jemaat Korintus memang cukup kompleks.

Dalam bagian sebelumnya (11:17-34) kita sudah melihat bagaimana jemaat-jemaat yang kaya merendahkan jemaat lain yang miskin. Dalam perjamuan Tuhan, jemaat yang kaya merasa tidak memerlukan yang lain. Mereka makan dan minum sampai mabuk tanpa merasa perlu untuk menunggu orang lain. Para penerima surat 1 Korintus yang sudah membaca pasal 11 dan 12 pasti tidak akan mengalami kesulitan untuk menemukan sebuah ironi dalam sikap diskriminatif tersebut: jemaat yang kaya tidak menyadari bahwa dalam perjamuan Tuhan mereka harus mengakui ‘tubuh Tuhan’ (11:29), sedangkan seluruh jemaat adalah ‘tubuh Kristus’ (12:12, 27).

Kesalahan dalam sikap superior (ayat 22-24a)

Paulus memulai ayat 22 dengan negasi yang ditekankan (alla, KJV/ASV ‘nay’; NET/NASB/NIV/ESV ‘on the contrary’). Penerjemah LAI:TB berusaha mengekspresikan ini melalui terjemahan ‘malahan’ (bukan hanya ‘tetapi’). Bukan hanya itu, sesudah kata sambung “alla”, Paulus langsung meletakkan “pollo mallon” (lit. ‘tetapi jauh lebih...’). Struktur kalimat seperti ini menyiratkan bahwa sikap di ayat 21 bukan hanya salah, tetapi benar-benar salah. Mengapa?

Pertama, bagian tubuh yang terlihat paling lemah justru jauh lebih dibutuhkan (ayat 22). Di ayat ini Paulus sengaja menambahkan kata ‘yang nampaknya’ (ta dokounta, dari kata kerja “dokeo”). Kata yang muncul di ayat 22 dan 23 ini merujuk pada apa yang tampak atau dipahami oleh orang lain, namun apa yang dipahami itu tidak selalu sesuai dengan yang sebenarnya. Jadi, anggota-anggota yang ‘lemah’ sebenarnya tidak selemah penampilan mereka.

Anggota-anggota itu justru ‘dibutuhkan’ (anankaia). Jika kata “anankaia” digabungkan dengan “pollo mallon” yang muncul di bagian awal (pollo mallon...anakaia), maka kita mendapatkan terjemahan ‘jauh lebih dibutuhkan’. Menariknya, pada saat menegaskan nilai dari anggota-anggota yang ‘lemah’ ini, Paulus tidak lagi menambahkan kata ‘nampaknya’ (dokeo). Dengan kata lain, Paulus sedang mengajarkan bahwa penampilan yang lemah tidak memiliki keterkaitan dengan nilai yang sesungguhnya dari anggota-anggota tubuh itu. Peribahasa populer menasihatkan ‘jangan menilai buku dari sampulnya’.

Beberapa penafsir berbeda pendapat tentang anggota tubuh yang tampaknya lemah. Sebagian memikirkan organ-organ dalam (ginjal, hati, dsb.). Sebagian mengusulkan organ seksual. Apabila kita mengasumsikan bahwa anggota tubuh yang dipikirkan Paulus di ayat 22 dan 23-24 adalah sama, maka kemungkinan besar anggota-anggota yang tampak lemah di ayat 22 merujuk pada organ seksual. Di samping itu, beberapa tulisan Yunani kuno di luar Alkitab juga menggunakan istilah ‘anggota tubuh yang diperlukan’ sebagai rujukan pada organ seksual laki-laki (bdk. ‘alat vital’ = organ seksual).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun