Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksposisi Yohanes 12:1-8

23 Februari 2018   18:57 Diperbarui: 17 Agustus 2018   23:25 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang dilakukan Maria kepada Yesus dalam peristiwa di Yohanes 12:1-8 pasti mengingatkan kita pada kisah yang mirip di kitab injil yang lain di Matius 26:6-13, Markus 14:3-9, dan Lukas 7:36-50. Sebagian penafsir meyakini bahwa empat catatan ini berbicara tentang peristiwa yang sama: pemilik rumah sama-sama bernama ‘Simon’ (Luk. 7:40; Mat. 26:6; Mrk. 14:3); sama-sama terjadi pada saat perjamuan makan; pengurapan oleh seorang perempuan di depan publik merupakan hal yang tidak biasa secara kultural; dan sama-sama menyeka kaki Tuhan dengan rambutnya.

Argumen di atas sebenarnya tidak terlalu meyakinkan. Nama ‘Simon’ pada waktu itu sangat populer, sehingga mudah menemukan banyak orang dengan nama seperti itu. Situasi pada saat perjamuan makan juga tidak unik, karena Yesus memang sering bersosialisasi melalui perjamuan makan, bahkan Ia dituduh sebagai pelahap dan peminum (Mat. 11:19; Luk. 7:34). Sehubungan dengan tindakan yang aneh secara kultural, orang kadangkala berani mengekspresikan perasaan mereka yang terdalam melalui cara-cara yang tidak biasa. Di samping itu, penyelidikan yang lebih saksama juga menunjukkan bahwa pengurapan oleh perempuan berdosa di Lukas 7:36-50 sangat berbeda dengan catatan-catatan lain yang paralel. Perhatikan tabel berikut ini:

perbedaan-pengurapan-yesus-5b76f718677ffb030c4c9a73.jpg
perbedaan-pengurapan-yesus-5b76f718677ffb030c4c9a73.jpg
Penulis Injil Yohanes tampaknya ingin menekankan bahwa kisah pengurapan Yesus oleh Maria sangat berhubungan dengan apa yang dialami oleh Lazarus. Kalau sebelumnya Betania diterangkan sebagai ‘kampung Maria dan adiknya Marta’ (11:1), sekarang Betania disebut ‘tempat tinggal Lazarus’ (12:1). Lazarus dijelaskan sebagai orang yang dibangkitkan oleh Yesus (12:1b), padahal peristiwa kebangkitan itu sendiri baru saja dikisahkan di pasal 11. Lazarus perlu disebutkan namanya sebagai salah seorang yang turut dalam perjamuan makan (12:2), padahal perjamuan ini memang diadakan dalam kaitan dengan kebangkitannya. Lazarus sudah pasti ada dalam perjamuan itu!

Jika kita ikut memperhitungkan catatan di Injil Matius dan Markus bahwa perjamuan ini diadakan di rumah Simon (mantan penderita kusta yang disembuhkan oleh Yesus?), kita makin mengerti mengapa nama Simon tidak muncul dalam catatan di Injil Yohanes: penulisnya ingin mengedepankan keterkaitan antara perjamuan makan di sini dengan Lazarus. Keutamaan Lazarus di bagian awal kisah ini menjadi lebih kentara apabila kita menyadari bahwa dalam kisah ini ia sama sekali tidak mengucapkan atau melakukan tindakan apapun (kecuali duduk makan di ayat 2). Di awal cerita perjamuan makan, hanya nama Lazarus dan Marta yang muncul. Tidak ada Maria di sana. Hal ini memang disengaja, karena penulis Injil Yohanes ingin memberikan tempat khusus bagi Maria di ayat selanjutnya (12:3).

Penerjemah LAI:TB memilih untuk memulai ayat ini dengan kata sambung ‘maka’ (“then” KJV/NIV/NLT). Beberapa versi bahkan tidak memberikan kata sambung apapun (RSV/NRSV). Dalam teks Yunani, kata sambung yang digunakan adalah “oun”. Berdasarkan pemakaiannya secara umum, kata sambung ini seharusnya diterjemahkan ‘karena itu’ (ASV/ESV). Jika kita memilih terjemahan ini, maka keterkaitan antara tindakan Maria di ayat 3 dengan bagian sebelumnya menjadi semakin jelas: melihat Lazarus sekarang masih hidup dan duduk bersama Yesus (ayat 2b), Maria merespons hal itu dengan sebuah tindakan yang luar biasa. Jadi, apa yang dilakukan Maria merupakan bentuk ucapan syukur atas kebangkitan Lazarus.

Bukan hanya atas kebangkitan Lazarus, tetapi juga atas kasih Yesus yang besar bagi keluarga Maria. Para pembaca pasti tidak akan gagal untuk mengaitkan tindakan Maria dengan ikatan kasih yang besar antara Yesus dan keluarga Betania yang dikisahkan di pasal sebelumnya. Lazarus disebut dengan ‘dia yang Kau kasihi’ (11:3). Yesus mengasihi Maria, Marta, dan Lazarus (11:5). Lazarus dianggap sebagai sahabat (11:11, NET/KJV/RSV; LAI:TB ‘saudara’). Yesus bahkan tidak malu mengungkapkan keharuan dan kesedihannya atas kematian Lazarus di depan umum (11:33, 35). Orang-orang Yahudi pun diyakinkan betapa Yesus sangat mengasihi keluarga Betania (11:36). Rujukan yang eksplisit dan berkali-kali tentang kasih Yesus kepada keluarga Betania menunjukkan bahwa kebangkitan Lazarus tidak dapat dipisahkan dari kasih Yesus kepada keluarga Betania.

Seberapa besar Maria mengasihi Yesus? Kita tidak dapat membaca kedalaman hati Maria, tetapi kita bisa menebak kualitas kasih itu berdasarkan tindakan konkrit yang ia tunjukkan. Maria rela mengorbankan sesuatu yang sangat berharga. Minyak wangi (myron) yang ia curahkan adalah dari jenis narwastu (nardos). Jenis ini berasal dari tanaman khusus yang ada di sebelah timur India, di daerah Himalaya. Minyak wangi narwastu hanya digunakan untuk proses peminyakan yang sangat khusus, misalnya pernikahan atau pemakaman yang spesial. Pendeknya, ini bukan parfum untuk acara pesta yang biasanya.

Penulis Injil Yohanes juga menambahkan keterangan bahwa minyak narwastu ini adalah murni (pistikos) dan mahal (polytimos). Penambahan pistikos berhubungan dengan kebiasaan beberapa orang pada waktu itu untuk memalsukan atau mencampur dengan bahan lain. Apa yang Maria miliki adalah yang murni. Kata sifat “polytimos” bisa berarti ‘mahal’ (dari sisi harga, Mrk. 13:46) atau ‘berharga’ (dari sisi nilai, 1Pet 1:7). Karena kita tidak mengetahui seberapa besar nilai penting minyak narwastu tersebut bagi Maria, kita sebaiknya membatasi diri pada pilihan pertama, yaitu dari sisi harga. Menilik tempat asal yang jauh dan kekhususan tanaman narwastu, harga yang mahal merupakan sesuatu yang sangat bisa dipahami. Yudas sendiri memperkirakan minyak itu senilai 300 dinar (12:5) atau upah pekerja selama setahun (tanpa menghitung Hari Sabat dan hari raya Yahudi).

Beberapa penafsir menduga minyak yang digunakan Maria adalah sisa dari minyak untuk penguburan Lazarus di pasal 11. Dari catatan Injil Yohanes kita sulit membenarkan maupun menyanggah dugaan ini. Seandainya dibandingkan dengan catatan lain, kita dengan pasti dapat mengabaikan teori tersebut, karena minyak dan isinya memang masih baru, sehingga perlu dipecahkan pada bagian leher botol (Mrk. 14:3).

Kualitas kasih Maria tidak hanya tersirat dari jenis minyak yang diberikan, melainkan juga dari jumlah yang digunakan. Jumlah minyak itu adalah setengah kati (litra). Litra adalah satuan jumlah/berat dalam budaya Romawi yang kurang lebih setara dengan 0,3 liter. Untuk ukuran parfum, jumlah ini jelas sudah sangat berlebihan. Penulis Injil Yohanes bahkan menceritakan bahwa Maria perlu menyeka lelehan minyak yang ada di kaki Tuhan Yesus dengan rambutnya. Jika perlu diseka, itu pasti menyiratkan jumlah lelehan yang cukup banyak. Tidak heran, bau minyak semerbak di rumah itu (lit. ‘rumah itu dipenuhi oleh bau minyak’).

Tidak hanya dari jenis dan jumlah minyak yang ia gunakan, cara Maria meminyaki Yesus juga mengekspresikan betapa besar kasihnya kepada Yesus. Ia meminyaki kaki Yesus dengan rambutnya. Sesuai dengan tradisi makan pada waktu itu, para laki-laki duduk di lantai di depan meja yang agak rendah berbentuk seperti huruf U dengan memposisikan kaki mereka ke belakang. Tata cara seperti ini memudahkan Maria untuk meminyaki kaki Yesus dari belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun