Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksposisi Yesaya 52:13-53:12

20 Februari 2018   18:24 Diperbarui: 18 Agustus 2018   00:06 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para teolog pada umumnya setuju bahwa Yesaya 52:13-53:12 terdiri dari lima bagian (stanza). Tiap stanza terdiri dari tiga ayat. Walaupun demikian, para teolog memperdebatkan posisi dan keterkaitan antar stanza tersebut. Salah satu yang paling sederhana dan masuk akal adalah sebagai berikut:

  • Stanza 1: Pendahuluan (52:13-15)
  • Stanza 2: Penderitaan dalam kehidupan (53:1-3)
  • Stanza 3: Penafsiran --- untuk kita (53:5-6)
  • Stanza 4: Penderitaan dalam kematian (53:7-9)
  • Stanza 5: Penafsiran --- untuk kita (53:10-12)

Pendahuluan (52:13-15)

Bagian ini dari sisi alur pemikiran tidak terlalu rumit. Ayat 13 menggambarkan keberhasilan dan kemuliaan Sang Hamba. Ayat 14a dan 15 menceritakan kekaguman banyak orang terhadap keberhasilan tersebut. Ayat 14b – yang merupakan sebuah pernyataan tambahan – menerangkan peranan dan karya Sang Hamba yang menyebabkan kekaguman banyak orang.

Kerumitan terjadi pada saat kita menerjemahkan beberapa kata, terutama kata ‘buruk’ (ayat 14b) dan ‘membuat tercengang’ (ayat 15). Dua kata ini memiliki kaitan yang erat, yang satu turut menentukan yang lain. Untuk memudahkan, kita akan melihat kata ‘membuat tercengang’ (yazzeh) terlebih dahulu. Beberapa versi memilih ‘mencengangkan’ (LAI:TB/RSV/NRSV ‘startle’), sedangkan versi lain memakai ‘memercikkan/mencipratkan’ (KJV/ASV/NASB/NIV/ESV ‘sprinkle’). Dalam hal ini alternatif kedua lebih masuk akal. Terjemahan ‘mencengangkan’ mengasumsikan asal-usul kata dari bahasa Arab “naza” yang problematis. Kata “yazzeh” kemungkinan besar berasal dari kata dasar “nazah” yang memang dalam Alkitab sering berarti ‘memercikkan’. Terjemahan ini kadangkala ditentang dengan alasan tidak ada objek cair yang menyertai kata “nazah”, namun pemunculan kata “nazah” di Alkitab memang tidak selalu disertai objek eksplisit (Kel. 29:21; Im. 14:7; Bil. 19:19).

Sehubungan dengan kata ‘buruk’ (misḥaţ, ayat 14b), hampir semua versi terlihat sudah sepakat (NIV ‘disfigured’; KJV/RSV/NRSV ‘marred’). Secara tradisional, baik di kalangan Yahudi maupun Kristen, terjemahan ini sangat populer. Walaupun demikian, misḥaţ juga bisa berarti ‘pengurapan’, tergantung dugaan kita pada kata dasar di balik misḥaţ: ‘menghancurkan (sht) à kehancuran’ atau ‘mengurapi’ (msh) à pengurapan’. Saya berpendapat bahwa pilihan terakhir lebih masuk akal: (1) kata benda “misḥah” (pengurapan) lebih umum ditemukan dalam Alkitab, sedangkan kata benda “misḥat” hampir tidak pernah ditemukan; (2) ide tentang pengurapan yang sangat spesial (ayat 14b ‘rupanya adalah pengurapan melebihi semua manusia’) mirip dengan pengurapan imam besar (Kel. 30:30-33; bdk. Im. 21:10) dan raja (Mzm. 45:7-8); (3) kata ‘rupa’ disejajarkan dengan ‘tampak’ (ayat 14b), padahal kata kedua tidak hanya merujuk pada penampilan fisik, tetapi status rajani (Hak. 8:18; 1 Raj. 1:6; Est. 2:7; Rat. 4:8); (4) jika pilihan ini diterima, kita mengetahui objek dari kata kerja ‘memercikkan/mencipratkan’ di ayat 15 adalah minyak. Jadi, stanza 1 menampilkan kemuliaan dan keagungan Sang Hamba. Namun bagaimana Ia memperoleh semuanya ini?

Stanza 2: Penderitaan dalam kehidupan (53:1-3)

Ayat 1 bertutur tentang janji pemulihan yang akan dilakukan oleh Sang Hamba. Pemulihan ini akan menunjukkan kekuatan tangan Tuhan (ayat 1b “kepada siapakah lengan TUHAN dinyatakan?’; bdk. Kel. 6, 12). Persoalannya, agen pemulihan yang dipilih sekilas terlihat tidak meyakinkan.

Ia diumpamakan sebagai sebuah taruk dan tunas. Pemilihan kata yang jelas merujuk balik pada nubuat di 11:1 ini terlihat aneh. Raja atau kerajaan pada umumnya digambarkan sebagai tanaman anggur atau pohon yang sangat tinggi dan besar (2:13; 10:19; 14:8; bdk. Dan. 4:10, 12; Yeh. 17; Yeh. 31). Sang hamba di Yesaya 53:1 bukan hanya sebuah tunas, namun tunas itu tumbuh di tanah kering. Pendeknya, ia tidak memiliki penampilan dan kemuliaan seperti layaknya raja-raja yang lain (kata ‘semarak’ di ayat 2b = kemuliaan, lihat NIV/ESV/NASB/NRSV).

Ia bukan hanya terlihat hina di antara para raja. Di kalangan manusia pun ia tidak dipandang. Beberapa kali ide tentang perendahan dan penolakan muncul di bagian ini: tidak memandang, tidak menginginkan, dihina, dihindari, orang menutup muka, dan tidak memperhitungkan-Nya. Bukan hanya tidak terpandang, Ia juga dikenal sebagai manusia kesedihan (ESV ‘a man of sorrows’) dan dikaitkan secara erat dengan penderitaan (ESV ‘acquainted with grief’).

Stanza 3: Penafsiran --- untuk kita (53:4-6)

Orang banyak tidak hanya merendahkan Sang hamba, mereka menganggap semua penderitaan yang Ia alami sebagai hukuman Allah atas kesalahan Sang Hamba. Konsep ini bersumber dari konsep tradisional tentang teologi retribusi (taat = berkat, tidak taat = kutuk). Dengan paradigma teologis semacam ini, tidak heran mereka menilai Sang Hamba secara keliru. Ironisnya, pada waktu Tuhan sendiri menghajar mereka dengan berbagai penyakit dan penderitaan, mereka tetap tidak menyadari kesalahan mereka (1:5-6).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun