Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketekunan Orang-Orang Kudus

3 Februari 2018   21:46 Diperbarui: 19 Agustus 2018   19:29 2076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sanggahan dan jawaban

Doktrin ketekunan orang-orang kudus memiliki dukungan Alkitab yang sangat kuat, namun hal ini tidak berarti bahwa semua orang menerima konsep tersebut. Kalangan Armenian menganggap doktrin ini tidak sesuai dengan ajaran Alkitab maupun kenyataan yang dialami sebagian orang Kristen. Mereka mengajukan empat keberatan utama terhadap doktrin ini.

Peringatan terhadap bahaya kemurtadan

Kalangan Armenian menganggap doktrin jaminan keselamatan tidak sesuai dengan teks-teks tertentu dalam Alkitab yang mengajarkan adanya kemungkinan terjadi kemurtadan. Kemungkinan ini terlihat dari perintah-perintah terhadap bahaya kemurtadan. Yesus memperingatkan murid-murid agar tidak seorang pun menyesatkan mereka (Mat. 24:4). Mereka dinasihati agar terus bertahan, karena hanya mereka yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan (Mat. 24:11-13). Paulus juga memberi nasihat kepada jemaat di Kolose agar mereka bertekun dalam iman, tidak goyah dan tidak bergeser dari pengharapan Injil (Kol. 1:21-23a). Bagi mereka yang menganggap diri kuat Paulus memperingatkan mereka untuk berhati-hati supaya tidak jatuh (1Kor. 10:12). Paulus sendiri sangat berhati-hati dalam kehidupan rohaninya supaya dia pada akhirnya tidak ditolak oleh Allah (1Kor. 9:27). Jika orang percaya tidak mungkin murtad, lalu apa gunanya semua peringatan tersebut? Apa gunanya Paulus menguatirkan akhir hidupnya? Bukankah semua itu hanya merupakan sebuah basa-basi?

Selain teks-teks di atas, peringatan yang jauh lebih serius dapat dilihat dalam kitab Ibrani. Penerima surat ini sedang menghadapi penganiayaan dan tekanan dari para pengikut agama Yahudi (Yudaisme). Dalam situasi seperti ini penulisnya menasihatkan supaya mereka tidak terbawa arus kesesatan (2:1). Pasal 3:12-14 secara lebih eksplisit memperingatkan mereka yang disebut “saudara” (baca: orang Kristen, ayat 12) untuk tidak murtad, karena hanya mereka yang bertahan yang akan diselamatkan. Peringatan yang paling serius dan sering dipakai oleh orang Armenian untuk menyanggah doktrin ketekunan orang-orang kudus terdapat dalam Ibrani 6:4-6. Peringatan serupa juga diberikan lagi di pasal 10:26-27. Dalam dua teks terakhir ini terlihat bahwa orang yang sudah pernah mengalami karya Roh Kudus dalam hatinya – misalnya diterangi hatinya, mendapat karunia rohani, memperoleh pengetahuan tentang kebenaran – ternyata dapat menjadi murtad dan binasa.

Bagaimana kita merespons sanggahan ini? Apakah benar orang percaya memang ada kemungkinan menjadi murtad? Jika ya, bagaimana kita mengharmonisasikan teks-teks tersebut dengan teks-teks lain yang mendukung doktrin ketekunan orang-orang kudus? Jika tidak, bagaimana kita seharusnya memahami teks-teks tersebut di atas?

Untuk menjawab sanggahan di atas, saya akan membagi jawaban menjadi dua bagian: jawaban secara umum dan jawaban khusus terhadap Ibrani 6:4-6. Pertama-tama mari kita melihat jawaban yang bersifat umum lebih dahulu. Semua peringatan dan nasihat di atas tidak bertentangan dengan doktrin ketekunan orang-orang kudus. Semua itu merupakan alat yang dipakai Allah untuk memastikan bahwa orang yang sudah percaya tidak akan murtad (Erickson, Christian Theology, 1005). Seperti sudah dijelaskan dalam bagian sebelumnya, keselamatan memang anugerah Allah, tetapi hal itu tidak berarti bahwa setelah diselamatkan seseorang hanya perlu berdiam diri saja. Dia harus melibatkan diri dalam ketaatan, sekalipun kemauan dan kemampuan untuk itu tetap berasal dari Allah (Flp. 2:13). Di sinilah berbagai nasihat dan peringatan – bahkan yang sangat serius sekalipun – perlu diberikan supaya orang itu diberi kemampuan melalui firman Allah untuk bertahan dalam anugerah.

Jawaban di atas dapat dijelaskan dengan sebuah ilustrasi sebagai berikut. Seorang ayah yang khawatir kalau anaknya berlari ke jalan dan ditabrak oleh sebuah mobil dapat melakukan dua hal untuk mencegah hal itu terjadi. Dia dapat mendirikan pagar yang cukup tinggi dan tidak mungkin dapat dipanjat oleh anak kecil. Jika ini yang dilakukan, maka si anak tidak perlu diberi peringatan apapun, karena peringatan tersebut tidak berguna sama sekali. Cara kedua yang dapat dilakukan si ayah untuk menjamin keselamatan anaknya adalah dengan terus-menerus memperingatkan anaknya tentang bahaya menyeberang jalanan yang ramai bagi seorang anak kecil sambil dia menempatkan seorang satpam di depan pintu pagar untuk menjaga apakah anak itu mematuhi peringatan tersebut. Dari dua analogi ini, yang terakhir lebih tepat menggambarkan konsep jaminan keselamatan orang percaya. Allah menjamin keselamatan kita bukan dengan cara menghilangkan kemungkinan untuk murtad, tetapi melalui berbagai cara untuk memastikan bahwa kemungkinan itu tidak akan terjadi.

Sekarang mari kita selidiki Ibrani 6:4-6 secara lebih teliti untuk mengetahui apakah orang yang dimaksud dalam teks ini adalah orang yang sudah sungguh-sungguh percaya dan apakah ada kemungkinan bagi dia untuk murtad. Penyelidikan yang teliti menunjukkan bahwa semua berkat di ayat 4-5 tidak dapat diidentikkan dengan berkat keselamatan atau berkat-berkat yang menyertai keselamatan.

Berikut ini adalah beberapa argumen yang mendukung pandangan tersebut. Pertama, ungkapan-ungkapan yang dipakai di ayat 4-5 dapat ditafsirkan dalam banyak cara, sehingga pedoman utama kita adalah penyelidikan konteks.

Kata  “diterangi” – dari kata dasar “fwtizw” – tidak selalu berarti “mendengar dan percaya pada Injil”, walaupun pemunculan kata ini di Ibrani 10:32 dan 2Korintus 4:4, 6 sekilas tampak mendukung ke arah itu. Kata “fwtizw” muncul 11 kali di PB dan bisa merujuk pada tindakan menerangi secara umum yang tidak berhubungan dengan pertobatan atau penerimaan Injil (Luk. 11:36; Yoh. 1:9; 1Kor. 4:5; Ef. 1:18). Dari sekian ayat ini, Yohanes 1:9 mungkin paling penting untuk diperhatikan karena dalam ayat ini dunia juga sudah mendapat terang, tetapi tidak semua menerima terang itu (Yoh. 1:10; 3:19).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun