Mohon tunggu...
Stephen Sihombing
Stephen Sihombing Mohon Tunggu... Pemuka Agama - mengabdi bagi kemanusian dengan keteladanan Yesus

mengembangkan narasi iman bagi kebahagiaan umat http://sgrsihombing.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Khotbah Lukas 2:1-7

24 Desember 2017   13:43 Diperbarui: 24 Desember 2017   14:43 5070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: dokumen pribadi

Sensus kependudukan yang dilakukan Kaisar Agustus bertujuan mengokohkan kekuasaannya dan sekaligus menarik pajak dari rakyat. Maria dan Yusuf  berangkat dari kota Nazaret di Galilea menuju ke kota Betlehem, yang jaraknya 120 km. Mereka melakukan perjalanan yang tidak mudah sebab Maria dalam keadaan hamil tua.  
Maria dan Yusuf menerima kepercayaan dari Allah untuk menjadi satu keluarga kudus yang bertanggungjawab merealisasikan janji Allah bagi manusia. Keduanya menjaga kekudusan selama masa pertunangan dan Tuhan berkehendak agar melalui mereka maka kasih Allah bagi dunia dinyatakan.Kelahiran Yesus sudah diberitahukan malaikat Tuhan kepada Maria (1:30-31). Yesus yang lahir itu adalah Anak Allah Yang Mahatinggi, Raja atas bangsa-bangsa dan Kerajaan-Nya akan tegak selama-lamanya. Maria menerima ketetapan Allah dengan kerendahan hati bahwa dirinya adalah hamba Allah.
Perjalanan ke kota Betlehem mereka jalani dalam ketaatan baik kepada Allah yang menyatukan mereka maupun kepada pemerintah yang berkuasa. Keduanya dengan tulus menerima tanggungjawab iman dengan keyakinan pada pertolongan Allah. Mereka sama sekali tidak kuatir tentang bagaimana mereka mempersiapkan kelahiran Yesus dan masa depan-Nya..
Alkitab berkata tentang tidak adanya tempat di penginapan. Ruang yang tersisa adalah ruang bawah: tempat di mana hewan beristirahat. Pastinya bukan tempat cocok bagi kelahiran Juruselamat. Maria dan Yusuf menjalani semuanya dengan sukacita hingga bayi Yesus lahir lalu dibalut lampin dan dibaringkan di palungan.
Kita percaya bahwa Allah berdaulat atas hidup ini. Karya keselamatan Allah digenapi dengan melibatkan Maria dan Yusuf yang hidupnya kudus dan rendah hati. Mereka tidak meminta perlindungan istimewa atas kepercayaan dan penugasan yang Allah berikan. Sekalipun persoalan datang,  mereka dapat mengatasinya.

Kita yang malam nanti bersama keluarga memasuki ibadah malam natal, sudahkah kita siap mengalami berkat Tuhan dengan segala keberadaan yang kita alami? Barangkali ada yang datang dengan kesulitan ekonomi, tidak mempunyai dana cukup, ditolak saat melamar pekerjaan, dipandang sebelah mata karena keterbatasan. Saudara yang diperlakukan tidak adil dan dipermalukan dengan keji! Saudara yang datang di tengah keputusasaan dengan tetap bertahan hidup jujur ataukah sudah  terlibat dalam praktek korup dan munafik? Saudara yang boleh jadi selalu berusaha tetapi kurang mendapat dukungan dari keluarga atau rekan sepersekutuan, dan merasakan kekecewaan!

Dapatkah saudara dan saya, tetap mengalami sukacita bersama dalam persekutuan dengan umat Tuhan? Bersama memuji Allah karena kasihNya besar atas kita; bersyukur buat Yesus yang datang sebagai Juruselamat bagi kita; percaya bahwa masa depan kita terjamin dalam pemeliharaanNya. Bersukacita atas kasih Tuhan bagi kita manusia.

Keluarga Yusuf menjadi contoh bagi kita untuk saling mengasihi saat hidup kita selalu tidak seindah seperti yang dibayangkan. Kita diminta percaya kepada Allah dan menunjukkan kasih kita sebagai satu keluarga kudus. Keterbatasan bukan tanda tidak diberkati. Justru dalam situasi demikian, pertolongan Tuhan dinyatakan. Selalu tersedia berkatNya. Mereka tidak kehilangan sukacita dan kebahagiaan sebagai keluarga yang diberkati. Maria dan Yusuf  menerima apa yang Tuhan tetapkan dan menjalani tanggungjawabnya dengan sebaik baiknya dan percaya campur tangan Allah nyata.

Dalam konteks hari ibu, maka kita diingatkan tentang pengorbanan seorang ibu yang mengasihi keluarganya: anak-anak dan suaminya. Kaum ibu bertanggungjawab bersama suami dalam membesarkan dan mendidik anaanak agar jadi pribadi yang diberkati Tuhan. Kaum ibu yang rendah hati dapat menjalani kodratnya dengan tulus dan mau berbagi sukacita dengan suami. Peran kaum ibu perlu didukung sebab mereka pun dipilih Allah untuk menghadirkan rancangan damai sejahtera Allah bagi sesama.

Sebagai umat Tuhan, kita taat kepada Allah dan pemerintah yang berkuasa. Allah melibatkan pemerintah untuk memberkati keluarga kita. Kita patut bersukacita untuk kelahiran Yesus. Keterbatasan tidak boleh menghalagi sukacita natal. Di tengan sukacita natal, mari berdoa agar kaum ibu diberi kesehatan, hikmat dan panjang umur dalam tugas dan tanggungjawabnya 1 x 24 jam.

Sering dikatakan  oleh saudara kita bagaimana anak menghormati ibunya: "Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya". Artinya bahwa sebagai anak-anak diingatkan berbakti kepada ayah dan ibu serta  memelihara hidup orang tua dengan tidak berbantah, jangan membentak dan ucapkan perkataan yang mulia. Pengajaran yang serupa dicatat dalam hukum Tuhan yang ke-5: Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu (Keluaran 20:12) di mana kita memberikan penghargaan, penghormatan dan dukungan kepada orang tua "supaya engkau berbahagia dan panjang umurmu di bumi" (Efesus 6:2-3 BIS)

Sebagai suami, kita punya tanggungjawab tidak hanya dalam soal finansial tetapi mendoakannya agar kerja dan doa kita tidak terhalang sebab istri sebagai ibu atas anak-anak kita adalah teman pewaris dari kasih karunia Allah (1 Petrus 3:7). Selamat hari ibu. Tuhan memberkati semua ibu dan kita sebagai keluarga yang mengasihi Yesus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun