Mohon tunggu...
Stephan Laras
Stephan Laras Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Masyarakat terhadap Pengamen Jalanan

10 Januari 2021   10:51 Diperbarui: 10 Januari 2021   11:22 2082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Menurut Harry Sulastianto, keahlian dalam mengekspresikan berbagai macam ide & pemikiran estetika, termasuk dalam mewujudkan segala kemampuan & imajinasi pandangan akan suatu benda dan suasana, atau karya yang dapat menumbuhkan rasa indah sehingga mampu menciptakan peradaban yang lebih maju lagi. Setiap orang dapat menuangkan ide, pikiran dan perasaannya dalam bentuk seni. Orang yang melihat hasil seni tersebut juga dapat menangkap dan merasakan apa yang disampaikan oleh pembuat seni.

            Indonesia memiliki masyarakat  berlatar belakang beragam. Perbedaan suku, agama/kepercayaan, ras, keadaan ekonomi hingga perbedaan gagasan atau pikiran. Perbedaan-perbedaan tersebut akhirnya menimbulkan kreativitas yang berbeda-beda setiap masyarakat. Kita bisa melihat masyarakat di sekitar kita punya kreativitas yang tidak terduga. Contohnya alat musik dari karet ban dan balok kayu, alat musik dari tutup minuman bersoda (biasanya masyarakat menyebut 'ecek-ecek') dan ketipung dari pipa.

            Biasanya kita dapat melihat alat-alat tersebut ketika kita menemukan pengamen jalanan, entah itu satu orang atau berkelompok. Kebanyakan dari mereka membuat alat musik sendiri, salah satu alasannya yaitu keterbatasan biaya. Beberapa pengamen membuat alat musik yang 'mencolok' agar orang tertarik saat mendengarkan mereka. Jika semakin tertarik, orang-orang tidak segan untuk memberikan sedikit uangnya kepada pengamen.

            Namun, masyarakat kita menganggap bahwa pengamen hanya membuat bising dan ramai. Kebanyakan masyarakat memberikan uang agar pengamen segera pergi. Akhirnya lagu atau musik yang dibawakan pengamen hanya setengah atau sebagian saja. Pengamen akhirnya tidak berpikir tentang apa yang ia mainkan, tetapi hanya uang yang dipikirkan. Jika sudah diberi uang, mereka pun langsung berhenti bermain musik dan pergi. Akhirnya pengamen kebanyakan tidak dipandang sebagai seniman, melainkan pengganggu.

            Seharusnya masyarakat menghargai para pengamen yang berusaha untuk memainkan musik dan mencoba menghibur masyarakat. Jika masyarakat menghargai pengamen dengan menonton hingga selesai, pastinya pengamen semakin senang ketika pertunjukkannya ditonton. Selain itu pengamen juga akan semakin berusaha untuk membuat pertunjukkannya semakin menarik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun