Mohon tunggu...
Stephanie Maria Mantiri
Stephanie Maria Mantiri Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menuangkan imajinasi ke dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Penglihatan Sang Bulan

12 Juni 2022   23:45 Diperbarui: 15 Juni 2022   01:32 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada waktu itu, Bulan menunduk ke bawah sembari memperhatikan manusia-manusia dengan berbagai aktivitas yang dilakukannya. 

Bulan melihat ada seseorang yang sedang tertidur. Maka, Bulan memohon pada Langit agar manusia itu diberikannyalah mimpi indah. 

Langit pun mengutus para Bintang untuk menyusun mimpi indah dibantu dengan sorot cahaya bulan nan indah. Menurut Bulan, tugas kali ini mudah. Memberikan kebahagiaan bagi manusia yang diawasinya.

Bulan kemudian menengok ke arah lain. Banyak juga manusia yang mencari hiburan di tengah malam. Segerombolan anak muda tampak bercanda satu sama lain, seraya menikmati malam. 

Maka, ia terangkan sorotnya agar gerombolan itu tetap dapat menikmati malam yang indah. Bulan sudah menyaksikan banyak manusia yang menikmati masa muda kemudian akan menua dan menghilang dari bumi seiring waktu. 

Sering pula Bulan melihat rombongan anak muda yang awalnya beramai-ramai kemudian berkurang jumlahnya seiring waktu. 

Terkadang Bulan penasaran ke mana perginya mereka. Pertanyaan ini mungkin akan ia tanyakan pada Langit nanti, atau mungkin Mentari melihat mereka saat ia sedang bertugas.

Dilain arah, Bulan melihat seorang lelaki menangis sendirian di bangku taman sembari memandangi foto seorang perempuan. Bulan merasa iba dan kemudian bertanya pada Langit

"Mengapa ia menangis?. Apa ada yang dapat kita bantu?"

"Tidak ada yang dapat kita bantu. Ia baru saja kehilangan istrinya bulan lalu"

Lelaki itu menangis cukup lama dengan tangisan yang rasanya tak kuat lagi Bulan dengar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun