Mohon tunggu...
Healthy

Mengupas Isu Anti Vaksin

5 September 2017   19:18 Diperbarui: 5 September 2017   19:26 1632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Vaksinasi merupakan salah satu cara untuk membuat tubuh kebal terhadap penyakit-penyakit infeksi yang berbahaya seperti polio dan hepatitis B. Proses ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan menyuntikkan vaksin yang berisi bagian tertentu dari kuman, kuman yang telah dilemahkan, racun yang dihasilkan kuman, atau dengan kuman yang telah dibuah genetiknya agar tidak dapat memperbanyak diri. Vaksinasi akan membuat tubuh membentuk imunitas terhadap kuman tersebut. Imunitas yang telah terbentuk akan diingat oleh tubuh dan dapat diaktifkan dengan cepat pada saat kuman yang sesungguhnya menyerang tubuh di kemudian hari. Vaksinasi telah terbukti aman dan diperkirakan telah mencegah 2-3 juta kematian akibat penyakit infeksi yang mengancam nyawa setiap tahunnya.

Jika vaksinasi telah terbukti aman, lalu mengapa belakangan ini isu anti vaksin kembali muncul? Ada 3 alasan utama yang mendasari isu ini. Pertama, ada teori yang mengatakan bahwa vaksinasi merupakan konspirasi salah satu korporasi besar untuk menguasai dunia. Hal ini dikarenakan WHO dibentuk oleh korporasi tersebut. Nyatanya, teknik vaksinasi sudah dilakukan jauh sebelum WHO dibentuk pada tahun 1948. Usaha untuk membuat vaksin tercatat dilakukan sekitar 1.000 tahun yang lalu di Cina, Afrika, dan Turki sebelum masuk ke Eropa dan Amerika. Namun, vaksinasi pertama baru berhasil dilakukan oleh Edward Jenner pada tahun 1796. Dengan menggunakan virus cacar dari sapi (cowpox) , Beliau berhasil membentuk imunitas terhadap cacar/variola (smallpox). Penggunaan teknik Edward Jenner disertai perkembangan tekonologi dan ilmu pengetahuan dalam dunia medis selama 200 tahun berhasil mengeradikasi cacar.

Alasan kedua adalah pemahaman bahwa vaksinasi merupakan hal yang menjijikan. Hal ini dikarenakan isi vaksin dibiakkan di tubuh penderita dan akan membawa DNA penderita tersebut saat disuntikan ke tubuh bayi. DNA sendiri merupakan suatu rangkaian informasi genetik yang menentukan sifat-sifat baik fisik maupun biologis yang dimiliki suatu makhluk hidup. Informasi genetik ini diwariskan dari sebagian DNA kedua orang tua pada saat terjadi fertilisasi antara sel telur dan sperma. Dalam pembuatan vaksin, misalnya vaksin polio, virus memang didapatkan dari orang yang sudah menderita polio karena virus tidak dapat hidup di luar makhluk hidup. Virus lebih sulit dibiakkan dibandingkan bakteri yang dapat dengan tumbuh dan berkembang di dalam laboratorium. Namun, pemahaman bahwa virus membawa DNA penderita adalah hal yang salah karena virus memiliki DNA sendiri yang digunakan untuk memperbanyak diri dan menyerang tubuh penderita. Virus yang sudah didapat pun tidak dibiakkan di tubuh penderita melainkan di laboratorium dengan menggunakan kultur sel tertentu. Salah satu kultur sel yang digunakan adalah sel Vero yang berasal dari sel ginjal African green monkey. Virus kemudian akan diisolasi dari sel lalu dilemahkan atau dibunuh sebelum disuntikan saat vaksinasi.

Terakhir, kuatnya alasan anti vaksin disebabkan penggunaan enzim babi yang dinilai haram dalam pembuatan vaksin. Enzim babi yang digunakan dalam pembuatan vaksin adalah trypsin. Enzim ini digunakan untuk memisahkan sel dari tempat kulturnya. Setelah sel terpisah, trypsin tersebut akan dicuci dan dihilangkan dari sel sehingga vaksin sama sekali tidak mengandung trypsin. Di Arab Saudi, penggunaan vaksin dinilai halal karena sudah tidak ditemukan lagi kandungannya dalam vasin yang diberikan ke pasien. Indonesia pun telah mengekspor vaksin ke berbagai negara Muslim di dunia. Namun, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memang masih mengkategorikan vaksin sebagai produk yang haram karena dalam pembuatannya terjadi kontak dengan enzim tersebut. Akan tetapi, berdasarkan hukum Islam, jika memang tidak ada vaksin lain yang dapat digunakan maka vaksin tersebut untuk sementara akan dianggap halal.

Berhasilnya program vaksinasi tentunya akan berhasil jika orang tua memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang vaksinasi. Pengetahuan dan pemahaman dapat diperoleh dari berbagai media sosial dan juga penyuluhan. Hal ini bukan hanya tugas tenaga kesehatan, tetapi juga merupakan tugas pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya vaksinani. Pemerintah secara lebih khusus memiliki tugas untuk meregulasi dan memonitor pelaksanaan program vaksinasi pada anak-anak di seluruh Indonesia. Selain itu, para orang tua diharapkan tidak langsung mempercayai berbagai berita mengenai vaksinasi yang belum jelas kebenarannya. Mari bersama kita jalankan vaksinasi karena mencegah lebih baik daripada mengobati.

Referensi:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun