Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peristiwa 26 Agustus 2022 bagi Tou Kawanua: Momen Rahmat

29 Agustus 2022   01:06 Diperbarui: 29 Agustus 2022   01:28 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah perjuangan panjang dan menyita banyak energi dari pelbagai pihak elit yang peduli khususnya, akhirnya pada tanggal 26 Agustus 2022, di hotel Aryaduta Jakarta, Angelica Tengker dan Ronnie F. Sompie, sebagai pucuk pimpinan dua organisasi Kawanua itu telah mendatangani surat kesepakatan yang intinya hanya mengakui satu kepemimpinan KKK. Pimpinan yang turut menandatangani kesepakatan tersebut adalah Benny Mamoto dan Theo Sambuaga serta tokoh-tokoh dari kedua pihak.

dok. Audy W.
dok. Audy W.
Menarik merefleksikan realitas ini dari sisi organisasi yang kental maupun sisi peristiwa yang lebih cair. Secara organisatoris, kedua kubu mengklaim punya dasar dan alasan yang sah untuk membentuk sebuah struktur organisasi. Oke baik, itulah kenyataan sejarah yang tak terhindarkan waktu itu. Penuh dengan dinamikanya, oleh pelbagai tokoh sentral dan penggeraknya, dengan alur kisah sedemikian rupa yang akhirnya menghasilkan dua kepemimpinan itu.

Tak berhenti di situ, kisah terus berlanjut, bahkan ketegangannya pernah cukup menguat yang berpuncak pada upaya saling klaim sebagai yang paling sah dan mendapat dukungan perwakilan pemilik suara maupun langsung dari anggota masyarakat yang diwakili, dan otomatis saling menuduh yang lain itu tidak sah.

Pelbagai upaya persatuan selalu diwacanakan dan ditindaklanjuti dengan pelbagai upaya, tapi tidak berhasil. Bahkan sempat ada wacana untuk membiarkan organisasi masing-masing berjalan dengan program kegiatan sendiri-sendiri. Tetap dua kepemimpinan, asal melaksanakan segala program yang baik dan bermanfaat dalam dan melalui organisasi masing-masing.

Untuk sementara waktu memang terjadi demikian, namun tentu keadaan ini tetap dinilai tidak sehat secara praktis ekonomis, terlebih dari sisi nilai dan identitas serta spiritualitas tou Kawanua yang satu dan sama. Mahkairangen, beking malo jo, buat malu saja. Dua organisasi kok dengan satu nama dan logo yang sama.

Makin jelas, dasar perpecahan ini nampaknya tidak terlalu substansial, karena itu selalu dipertanyakan. Tapi waktu terus berlalu, seolah yang tidak baik bagi kebersamaan itu seolah mulai dianggap normal saja.

Namun tahun demi tahun, pelbagai peristiwa terjadi. Para elitnya terus digedor oleh hati nurani dan pikiran sadarnya.

Salah satu yang nyata dan mulai disadari bahwa ternyata stakeholder KKK yang utama adalah masyarakat kawanua itu sendiri. Contoh yang terang nenderang adalah peserta kegiatan2 besar dari dua organisasi itu relatif satu dan sama saja, yakni orang-orang Kawanua sendiri yang tidak terlalu peduli dengan dualisme kepemimpinan yang ada itu.

Di lain pihak ada fenomena ketidakpedulian untuk mengikuti kegiatan2 yang dibuat oleh masing2 kepengurusan itu, dan lebih aktif di kelompok-kelompok teritorial dan kategorial kekawanuaan tanpa berafiliasi secara organisatoris pd salah satu dari dua organisasi besar itu.

Dua fenomena ini memperlihatkan dinamika orang-orang Minahasa yang tidak larut pada organisasi yang kaku, apalagi yang berhenti pada status quo pada sekedar klaim sepihak atas kepemimpinan yg sah. Orang2 Kawanua sejatinya adalah orang-orang yang dinamis terus bergerak bahkan progresif dan tidak terikat mati pada organisasi yang sifatnya memang cenderung kaku dan legalistik itu. Mereka bisa melaksanakan kegiatan kebersamaan dengan relatif berhasil tanpa mesti mempermasalahkan legitimasi organisasi secara ketat.

Namun demikian, bukan berarti struktur organisasi itu tidak penting. Justru salah satu penyebab perpecahan karena prinsip dan tata organisasi dianggap sudah dilanggar oleh pihak yang satu terhadap yang lain, dan sebaliknya.

Syukurlah bahwa kedua pihak menyadari pentingnya struktur organisasi dan terlebih tetap menentukan mana yang prinsip. Misalnya, walau para pimpinan di kedua itu punya klaim otoritas tersendiri, tapi keduanya tetap memasukkan agenda persatuan, dan bagaimana itu diwujudkan secara organisatoris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun