Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Rumampen', Nilai Juang Egaliter nan Seimbang Leluhur Minahasa, Tinggal Kenangan?!?

3 April 2022   01:40 Diperbarui: 10 April 2022   21:40 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BEM tak lupa juga berusaha mengaitkan inti pembicaraannya dengan pembicara sebelumnya, Dr. Hartono (mewakili Dirjen Kesbangpol Kemendagri) yang berbicara antara lain tentang proses ekonomi yang menyadarkan orang Indonesia akan kekuatan-kekuatan raksasa penggerak dan pengeruk di balik itu. 

Kalau ekonomi adalah upaya manusia utk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah seputarnya, maka untuk memenuhi kebutuhan itu orang Minahasa menjadi sangat kreatif apabila dikembalikan semua kepada nilai-nilai luhur itu.

Berproses untuk memenuhi segala kebutuhan dan menyikapi segala permasalahan kehidupan dengan semangat yang jujur dan adil, dalam pengertian luas dan sempitnya. Semuanya soal ukuran yang diberlakukan pada tempat dan situasinya masing-masing.

15. Pengertian kosa kata di atas dan penjelasan penerapannya di atas, makin dipertegas juga oleh pengertian lain tentang kata rumampen itu: "membuat sesuatu sampai ke akar atau dasarnya". Ini jelas sebuah eksistensialisme hidup ala Minahasa yang bernada metafisik, yang mengajak manusia untuk terus bergerak bahkan sampai ke dasar-dasar yang sekaligus mendorong manusia melejit sampai ke ujung manapun. 

Back to basic, kembali ke dasar ini hanya mungkin dan menjadi bermakna dalam bingkai dan orientasi nilai yang lebih tinggi sambil tetap berpijak dalam kenyataan kehidupan, yang sudah dan terus berjalan ini sampai akhir dunia. 

16. BEM sesunguhnya hendak menegaskan bahwa penjelasan etimologis dan morfologis ini, sepanjang sesuai dengan batas-batas faktual, ditujukan untuk diseminasi, yakni penelusuran bahasa pada makna asalnya itu menggali nilai filosofis aslinya.

Tetapi ke depan, kitalah yang mengkonstitusikan makna untuk kata yang kita jadikan representasi. Kitalah pembuat kebudayaan. Kitalah pembuat sejarah kita sendiri, demi masa depan yang dicita-citakan para leluhur kita dari masa lalu.

17. Dapa sayang sekali bila warisan nilai peradaban tinggi ini tinggal menjadi tinggal kenangan saja di masa lalu. Mati tergantikan oleh kecenderungan egoistik tak teratur dan menyesatkan diri dan umat manusia di jalan kehidupan.

Namun Praksis berMinahasa itu ada dalam usaha dinamis komunitas bersaudara (matuari) dan individu unggul (tona'as) nya untuk terus menyeimbangkan tegangan antara nilai-nilai normatif dengan pelaksanaan nyata di lapangan. Hidup mesti terus bergerak kedepan, apapun kenyataannya, supaya keseimbangan serta tentunya kemajuan selalu terjadi.#

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun