Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paradoks Minahasa: Kehebatan dan Kemerosotan di Minahasa

20 Desember 2020   02:45 Diperbarui: 20 Desember 2020   15:09 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saut Taru dalam bahasa Minahasa tutur Tondano, lebih populer disebut Pisang Goroho (Melayu-manado)/dok.stefir

Stop press
 Yth. Semua Pejabat Pemerintah Eksekutif dan Legislatif di wilayah adat leluhur Minahasa.

Menurut penelitian terkini (), ditemukan bahwa hampir semua bahasa ibu di Sulawesi Utara, termasuk bahasa Minahasa dalam semua tuturnya mulai menghilang...

Tonsawang:  21.000
Tombulu: 19.000
Tontemboan: 14.860
Tondano: 9.560
Tonsea: 670
Dst. 

Benarkah? Mungkin tidak sedramatis itu ya, tapi fenomena gradasi itu sangat nampak, bahkan sudah lama, sejak zaman penjajahan kolonial. 

Memprihatinkan dan ironis bila diakui bahwa sejatinya bahasa adalah bagian utama dari budaya dan identitas sebuah bangsa... Bahasa ibu menghilang akan mengancam nilai kultural dan historis yg melekat pd identitas suku bangsa masyarakat itu.

Dalam sejarah kita diberitahu para ahli bahwa perubahan dan kemajuan sudah menjadi keniscayaan dan orientasi hidup bagi orang Minahasa sejak dahulu, khusus ya sejak perjumpaan dengan bangsa-bangsa lain. Salah satu bukti kuat adalah euforia masyarakat Minahasa untuk memasukkan anak-anak mereka bersekolah! Sangat fenomenal dan signifikan dibandingkan daerah lain di Nusantara waktu itu.

Namun di lain pihak sadar tak sadar terjadi kemerosotan bahasa dan budaya secara umum yg sangat mencolok dibandingkan daerah manapun di nusantara (Dr. Hetty Palm, Ancient Art of the Minahasa, 1958).

Ini mestinya membuka mata dan hati kultural identitas kita untuk mulai bisa mengkritisi isi perubahan dan kemajuan itu, misalnya soal bahasa Melayu dan bahasa Belanda yg pernah giat diperkenalkan di sekolah2 itu, dari tingkat rendah sampai tinggi pd jaman kolonial.

 Sejak tahun 1928 Sumpah Pemuda sudah dinyatakan  bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dan hanya 17 tahun kemudian secara resmi menjadi bahwa nasional sejak proklamasi kemerdekaan RI.

Logis dan mestinya secara faktual bahasa Indonesia itulah yg seharusnya dipakai, dari pendidikan rendah sampai tinggi, dan mempengaruhi masyarakat Minahasa sampai unit sosial terkecilnya, keluarga!

Bahasa Indonesia modern, bukan lagi bahwa Melayu yg hanya menjadi akar bahasa Indonesia modern! Bahasa Indonesia sekarang sudah berkembang jauh meninggalkan bahasa yang tak mencukupi kebutuhan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun